Konten dari Pengguna

Ketika Tren Vlogging Content Creator Mengkonstruksi Hiperrealitas Masyarakat RI

Wulan Fitriani
Mahasiswi Aktif Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas. Saat ini aktif di kegiatan pers dan kompetisi debat
3 April 2023 13:21 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wulan Fitriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi vlog di laman YouTube. Foto: dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vlog di laman YouTube. Foto: dok. pribadi
ADVERTISEMENT
Istilah vlog dan content creator saat ini mungkin sudah tidak asing di telinga kita. Namun, ketika membaca judul tulisan ini, mungkin kamu akan bertanya-tanya mengenai apa itu hiperrealitas yang mungkin masih terdengar asing.
ADVERTISEMENT

Apa itu Hiperrealitas ?

Hiperralitas adalah istilah yang digunakan oleh Jean Baudrillard untuk menjelaskan bagaimana suatu realitas dapat diciptakan oleh individu secara luas dan terbuka. Dalam hiperrealitas ini, terdapat konsep Simulakra dan Simulasi yang menjelaskan bahwa realitas semu atau simulasi hadir dari imajinasi.
Baudrillard menyebut bahwa saat ini, manusia berada pada fase simulakra. Ditandai dengan hilangnya pertanda dan metafisika representasi, runtuhnya ideologi, dan susutnya realitas itu sendiri, yang kemudian diambil alih oleh duplikasi dan fantasi.
Simulasi yang dibuat dari fenomena ini tidak akan pernah sama dengan realitas yang ada, sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Simulasi ini juga kemudian akan menciptakan simulasi baru yang berakar dari simulasi yang sudah tercipta sebelumnya, sehingga akan menjadi sangat sulit untuk dapat dibedakan dan lambat-laun akan dicap sebagai suatu kebenaran. Fenomena berulang inilah yang disebut sebagai konsep hiperrealitas.
ADVERTISEMENT
Hiperrealitas saat ini menjelma menjadi fenomena yang sering ditemui di lingkungan masyarakat. Peningkatan hiperrealitas ini ditandai dengan semakin banyak realitas yang dibentuk oleh masyarakat hanya untuk sekadar menunjukkan eksistensi mereka atau merepresentasikan diri mereka sendiri.
Biasanya individu-individu di tengah masyarakat akan membuat atau meniru citra diri dari individu lain untuk digunakan sebagai identitas diri yang akan dikonstruksikan pada lingkungan masyarakat mereka.
Fenomena ini kemudian didukung dengan adanya media yang mampu memfasilitasi konstruksi hiperrealiti yang berusaha dibangun. Dengan adanya media, masyarakat dapat dengan leluasa membuat realitas yang mereka kehendaki dan bisa jadi berbeda jauh dengan realitas yang ada.

Bagaimana Media Mengkontruksi Hiperrealitas?

com-Ilustrasi vlog. Foto: Shutterstock
Media menciptakan suatu makna dan kondisi yang akan membuat segala hal dianggap nyata daripada kenyataan itu sendiri dan kepalsuan akan dianggap lebih benar daripada kebenaran itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Artinya isu yang dibangun akan jauh lebih dipercaya daripada informasi yang benar adanya, sehingga masyarakat saat ini tidak lagi dapat membedakan antara isu dengan realitas. Perkembangan hiperrealitas ini tidak terlepas dari kemajuan inovasi teknologi.
Kemajuan teknologi yang terjadi saat ini karena adanya tuntutan dari konsumsi masyarakat yang semakin meningkat, sehingga tidak menutup kemungkinan hal ini akan menjadi bahan bakar untuk perkembangan teknologi selanjutnya.
Gaya hidup masyarakat yang sulit dipisahkan dari teknologi. Praktis dan efektif menjadi alasan utama masyarakat memilih lekat dengan teknologi. Salah satu kecanggihan dari teknologi adalah smartphone yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses internet dengan jangkauan yang lebih luas.
Kepraktisan yang disuguhkan oleh internet kemudian mendukung hadirnya new media atau media baru di tengah masyarakat, seperti media sosial. Saat ini masyarakat tidak lagi asing dengan hadirnya media sosial seperti misalnya Twitter, Facebook, Instagram, bahkan YouTube.
ADVERTISEMENT
Saat ini masyarakat bahkan secara luas dan terbuka menampilkan diri mereka melalui media sosial, mengonstruksi khalayak tentang kehidupan sosial maupun pribadi mereka, bahkan tidak jarang masyarakat saat ini mengatur sedemikian rupa foto dan video yang akan mereka unggah.

Fenomena Vlogging di Indonesia

Masyarakat di Indonesia sudah sangat terbiasa dengan kehadiran media sosial, salah satunya YouTube. Kemudahan akses dan banyaknya pilihan konten yang disajikan membuat media sosial ini sangat banyak digandrungi oleh masyarakat.
Saat ini bahkan statusquo menunjukkan tidak sedikit masyarakat yang terjun langsung menjadi content creator YouTube, sehingga YouTube tidak hanya menjadi miliki orang-orang yang sudah memiliki nama seperti misalnya artis atau selebriti saja.
Dan salah satu konten yang marak digandrungi adalah konten yang menampilkan aktivitas keseharian seseorang bisa mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi atau bisa juga hanya untuk bagian moment tertentu di hari-hari tertentu. Konten-konten demikian lebih dikenal dengan vlog dan kegiatan membuat konten vlog disebut vlogging dengan aktor atau orangnya disebut vlogger.
ADVERTISEMENT
Fenomena vlogging yang sudah banyak diminati masyarakat menjelma menjadi hal yang biasa seperti hal nya gaya hidup atau lifestyle baru.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa terdapat realitas yang dibuat oleh seorang vlogger dengan maksud-maksud tertentu sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, baik itu untuk kepentingan popularitas, penghasilan, kenyamanan, pengakuan, dsb. Realitas buatan inilah yang kemudian dapat membuat realitas sebenarnya dan suatu hal yang semu dan imajinatif bercampur menjadi satu membentuk hiperrealitas.
Eksistensi hiperrealitas dari fenomena vlogging ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya dapat dilihat dari tahap-tahap pembuatan vlog, mulai dari tahap perencanaan, pembuatan naskah, pengambilan video, hingga editing serta mempertimbangkan banyak aspek lainnya agar penonton dapat menikmati konten tersebut dengan nyaman.
ADVERTISEMENT
Hal ini memang tergolong ke dalam hiperrealitas, tetapi secara tidak langsung konten yang dihasilkan juga termasuk ke dalam bentuk karya seni dalam bentuk videografi atau audio visual.
Namun, dampak negatifnya yang ditimbulkan adalah bisa jadi pembuat atau penikmat video atau konten tersebut akan lebih terfokus pada kehidupan di dunia maya yang dibangun.
Mereka bisa jadi akan cenderung fokus pada bagaimana masyarakat menilai mereka di dunia maya daripada mereka di dunia nyata atau lingkungan sosial mereka, sehingga mereka akan membentuk identitas baru untuk mereka konstruksikan di tengah masyarakat secara luas sebagai label atas diri mereka sendiri.
Apabila ini terus dilanggengkan, maka bukan tidak mungkin menimbulkan efek domino buruk lainnya seperti memaksakan sesuatu di luar batas kendali, menyebarkan berita hoaks, penipuan publik, dan hal buruk lainnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, penting untuk kita sebagai bagian dari masyarakat ikut serta dalam mengontrol adanya hiperrealitas seminimalnya di lingkungan terkecil seperti keluarga dan lingkaran pertemanan.
Memang akan menjadi hal yang sangat sulit untuk mengontrol hiperrealitas di tengah gempuran perkembangan teknologi yang akan terus ada. Namun, tidak ada salahnya apabila kita memulainya dari diri sendiri salah satunya dengan melihat fenomena vlogging sebagai bagian dari seni untuk dapat dinikmati dan menyadari bahwa realitas dunia nyata jauh lebih penting ketimbang membangun realitas semu di dunia maya.