Mencari Toilet di Saat Genting

Yahya Cholil Staquf
Katib 'Aam PBNU & Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin. Mantan Juru Bicara Presiden KH. Abdurrahman Wahid.
Konten dari Pengguna
5 Februari 2017 7:14 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yahya Cholil Staquf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kiai Mustofa Bisri (Foto: (istimewa))
Gus Mus diundang mengisi ceramah pengajian yang istimewa. Judul acaranya: "Nada dan Dakwah bersama Gus Mus dan --sebut saja:-- Sri". Sri, bukan nama sebenarnya, adalah seorang penyanyi ndangndut perempuan yang sedang naik daun waktu itu.
ADVERTISEMENT
Banyak tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan ikut hadir. Mereka ditempatkan di deretan tempat duduk terdepan, tepat didepan panggung, sebelah-menyebelah dengan Gus Mus sendiri.
Usai ceramah pengajian, Gus Mus kembali ke kursinya dan acara dilanjutkan dengan hiburan lagu-lagu Islami oleh Si Sri. "Saya sangat bangga dan berdebar-debar mendapatkan kesempatan menyanyi disini," kata Sri. Ia membuka penampilan dengan sepatah-dua patah kata. "Apalagi dihadapan seorang ulama yang sangat saya kagumi dan menjadi idola saya... Guus Muuus! Mana tepuk tangannyaaa? Tepuk tangan buat Guuus Muuuusss...!"
Dan musik pun mulai mengedut.
Namanya ndangndut, walaupun Islami tetap saja menyondol-nyondol pinggang untuk bergoyang. Buat Sri sendiri, itu sudah naluri. Ditahan-tahan juga percuma. Ketika sudah masyuk dalam irama, ia pun melangkah turun panggung. Mendekati seorang pejabat di deretan depan, menggamit lengannya, dan membuat pejabat itu tak punya pilihan - atau tak ingin memilih - selain gabung berjoget bersama Sri.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Gus Mus berkutat menahan gelisah. Entah seperti apa raut mukanya selama memaksa-maksakan diri untuk tersenyum-senyum waktu itu. Belakangan jelas sekali ia tampak lega ketika seorang panitia mendekat menyuguhkan minuman.
Gus Mus menggamit si panitia.
"Dik, toilet dimana?"
"Oh, mari saya antarkan, Pak Kyai."
"Nggak usah. Tunjukkan saja tempatnya, biar saya kesana sendiri."
Panitia menunjuk pintu keluar gedung.
"Dari situ terus ke arah kiri, Pak Kyai."
Sambil mengangguk kanan-kiri, Gus Mus bergegas kearah pintu itu. Dari situ ia langsung menuju tempat parkir mencari mobilnya, lalu menyuruh sopir cepat membawanya kabur.
Sopirnya pun heran,.
"Kok tergesa-gesa, 'Yai?"
ADVERTISEMENT
"Aku takut diajak njoget."