Konten dari Pengguna

Lansia Sebaiknya Dirawat Keluarga atau Panti Jompo?

Yanu Endar Prasetyo
Peneliti. Pusat Riset Kependudukan BRIN
1 Juni 2024 8:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yanu Endar Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sembelit yang memperparah pada lansia. Foto: CGN089/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sembelit yang memperparah pada lansia. Foto: CGN089/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernyataan Menteri Sosial terkait panti jompo adalah budaya Barat ternyata menimbulkan diskusi dan perdebatan menarik. Ada baiknya momentum ini kita gunakan untuk merenungkan kembali tentang bagaimana perawatan lansia sebaiknya dilakukan di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Budaya Barat vs Timur?
Saat menghadiri puncak peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2024 di Aceh Utara, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengaku tidak setuju dengan konsep panti jompo (nursing home). "Itu tadi yang saya sampaikan, itu model luar negeri sebetulnya menurut saya. Saya nggak setuju, tidak sesuai dengan budaya"(29/5/2024). Mensos tidak mau keberadaan panti jompo menjadi pembenaran anak muda tidak mau merawat orang tuanya.
Memang, perawatan lansia di panti jompo adalah hal umum dan biasa di negara-negara Barat. Banyak faktor yang mempengaruhi, seperti individualisme, struktur keluarga yang lebih kecil, serta partisipasi perempuan yang tinggi dalam angkatan kerja. Sebaliknya, di banyak negara Asia termasuk Indonesia, perawatan lansia oleh keluarga di rumah lebih umum karena nilai-nilai budaya yang menekankan tanggung jawab anak untuk merawat orang tua mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, perubahan sosial dan ekonomi yang cepat di Indonesia menimbulkan tantangan baru. Mobilitas geografis, urbanisasi, peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, hingga muningkatnya sandwhich generation, menyebabkan semakin banyak keluarga yang menghadapi kesulitan dalam merawat lansia di rumah.
Banyak keluarga kelas bawah menghadapi keterbatasan finansial dalam merawat lansia di rumah. Biaya perawatan medis, kebutuhan harian, dan penyesuaian rumah untuk kenyamanan lansia bisa menjadi beban yang berat. Generasi sandwich, yang harus merawat anak-anak mereka sekaligus orang tua yang menua, menghadapi tekanan fisik dan emosional yang signifikan. Mereka seringkali harus mengorbankan karier atau waktu pribadi untuk merawat anggota keluarga lansia.
Solusi Bagi Kelas Menengah dan Bawah
Menggunakan panti jompo mungkin terlihat sebagai adopsi budaya Barat. Tapi perlu diingat bahwa panti jompo bukan hanya produk budaya, tetapi juga respon terhadap kebutuhan praktis.
ADVERTISEMENT
Panti jompo yang dikelola dengan baik dapat memberikan perawatan medis yang lebih baik, fasilitas yang memadai, dan lingkungan yang aman bagi lansia. Ini sangat penting bagi keluarga yang tidak memiliki kemampuan finansial atau waktu untuk memberikan perawatan yang memadai di rumah.
Panti jompo juga dapat menyediakan dukungan emosional dan sosial melalui interaksi dengan sesama lansia dan kegiatan yang terstruktur, yang bisa meningkatkan kualitas hidup lansia.
Bagi keluarga kelas bawah, panti jompo yang disubsidi oleh pemerintah atau dikelola oleh organisasi non-profit dapat menjadi solusi yang realistis. Ini mengurangi beban finansial dan memastikan lansia mendapatkan perawatan yang layak.
Aksesibilitas dan Kualitas Panti Jompo
Masa depan perawatan lansia di Indonesia tentu membutuhkan pendekatan yang seimbang antara mempertahankan nilai-nilai keluarga dan meningkatkan dukungan kebijakan serta layanan sosial. Dukungan yang memadai dari pemerintah dan peningkatan kualitas fasilitas perawatan lansia adalah kunci untuk menjawab tantangan ini.
ADVERTISEMENT
Bagi warga ekonomi kelas bawah di Indonesia, pilihan yang paling rasional dan realistis terkait perawatan lansia harus mempertimbangkan keterbatasan finansial, akses ke layanan kesehatan, serta dukungan dari komunitas dan pemerintah.
Pemerintah perlu menyediakan subsidi atau bantuan finansial khusus untuk keluarga yang merawat lansia. Baik dalam bentuk bantuan tunai atau subsidi untuk biaya medis dan kebutuhan harian lansia. Memperluas cakupan asuransi kesehatan untuk lansia, termasuk perawatan jangka panjang, bisa membantu mengurangi beban finansial bagi keluarga kelas menengah.
Mengadakan program pelatihan bagi anggota keluarga yang merawat lansia juga penting. Pelatihan ini bisa mencakup keterampilan medis dasar, perawatan sehari-hari, dan manajemen stres.
Selain itu, Pemerintah Daerah juga dapat mengoptimalkan penggunaan Posyandu Lansia yang di tingkat desa dan kelurahan. Posyandu Lansia ini dapat dikembangkan dengan program pemeriksaan kesehatan gratis dan rutin, serta aktivitas sosial yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia. Kader kesehatan di komunitas juga dapat membantu mendampingi dan memberikan edukasi mengenai perawatan lansia.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, kemampuan merawat orang tua atau lansia di rumah ini, adalah persoalan privilege. Keluarga kaya atau mampu, yang memiliki jaringan sosial luas, akses informasi yang baik, dan dukungan komunitas yang memadai, tentu berada dalam posisi yang lebih baik untuk memberikan perawatan yang berkualitas, baik di rumah maupun di panti jompo. Mereka bisa memilih dengan mudah. Sementara itu, keluarga miskin dan kelas menengah umumnya, jelas menghadapi banyak dilema dan hambatan dalam merawat lansia dengan baik.
Oleh karena itu, fokus Pemerintah (Kementerian Sosial), seharusnya adalah bagaimana mengembangkan berbagai inovasi kebijakan atau program yang dapat mengurangi kesenjangan privilege ini, alih-alih memperdebatkan apakah panti jompo itu budaya timur atau barat?