Konten dari Pengguna

Akankah Suporter jadi Ancaman dalam Dunia Sepak Bola Indonesia?

Yunita Anindi putri
Mahasiswa S1 Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi
14 April 2025 9:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yunita Anindi putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by jcomp On Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Image by jcomp On Freepik
ADVERTISEMENT
Dunia sepak bola bukan hanya soal kemenangan dan mencetak gol, namun juga soal bagaimana kita menjaga ketertiban dan kenyamanan banyak orang di lingkungan para pemain. Menjaga atmosfer stadion agar tetap mencerminkan semangat, kebanggaan, dan persatuan bangsa, menjadi tugas bagi setiap orang yang ada di sana. Apa gunanya melontarkan dukungan besar dengan semangat tapi malah menjadi coretan hitam untuk para pemain nasional hanya karena mengganggu penonton lain dan tidak menjaga ketertiban?
ADVERTISEMENT
Masih sering kita jumpai kasus-kasus mengenai suporter Indonesia yang sering membuat rusuh, mengganggu penonton lain, dan tidak menjaga kenyamanan di stadion. Berbagai keluhan dari pihak penyelenggara selalu muncul dan sudah tidak mungkin jika mereka juga mengaitkannya dengan pemain nasional yang berjuang untuk meninggikan derajat bangsa ini. Hal ini kembali mencuat usai laga Timnas Indonesia melawan Bahrain pada Maret 2025 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK). Banyak sekali permasalahan saat itu yang kemudian menjadi keluhan banyak orang, mulai dari insiden pelemparan jersey oleh suporter ke lapangan, merokok di dalam stadion, hingga aksi memalukan saat jersey milik Marselino Ferdinan yang ditujukan oleh seorang anak kecil malah direbut oleh penonton lain. Selain itu, muncul juga persoalan mengenai penonton ilegal yang berhasil masuk tanpa tiket dan dugaan pemalsuan tiket pertandingan.
ADVERTISEMENT
Melihat banyaknya persoalan yang bisa jadi ancaman bagi Timnas, PSSI dan PT Garuda Sepak Bola Indonesia (GSI) tentu saja tak tinggal diam. Melalui sistem identifikasi berbasis data bernama Garuda ID, sejumlah pelaku berhasil diidentifikasi, mulai dari wajah hingga alamat tempat tinggal, dan akan segera ditindaklanjuti. Tindakan tegas tengah disiapkan, termasuk pelarangan membeli tiket dalam jangka waktu tertentu bagi yang melanggar aturan stadion. Mereka tidak akan bisa kabur dari konsekuensi akibat perbuatan mereka sendiri
Apa yang terjadi di GBK bukan hanya masalah kecil dan sepele. Justru, ini nantinya akan menjadi cerminan untuk bangsa kita bahwa memang budaya suporter di negara ini selalu rusuh seperti itu. Ini menjadi masalah yang lebih dalam yang perlu disorot dan dicarikan solusi secara serius.
ADVERTISEMENT
Pertama, minimnya kesadaran akan etika sebagai penonton. Suporter ideal, tidak hanya hadir memberikan semangat yang menggebu-gebu, memberikan dukungan untuk pejuang bangsa kita yang tengah berlarian dan berusaha mencetak gol besar-besaran, namun juga menjaga ketertiban dan memahami batasan dalam bersikap. Merokok di dalam stadion, melempar benda ke lapangan, atau melakukan tindakan egois di tengah kerumunan menunjukkan betapa kurangnya pemahaman terhadap tanggung jawab sebagai penonton yang baik.
Kedua, tingkat literasi suporter terkait aturan dan keselamatan pertandingan masih rendah. Sudah banyak sekali peraturan-peraturan untuk penonton stadion yang melarang penonton untuk merokok, namun masih tetap banyak yang melakukannya. Penonton yang hadir harus memiliki tiket resmi, namun masih ada juga yang masuk ke stadion dengan tiket ilegal sampai terjerat pemalsuan tiket. Banyak juga yang tidak memahami bahwa perilaku mereka membahayakan pemain, penonton lain, bahkan merugikan citra bangsa di mata dunia.
ADVERTISEMENT
Ketiga, pengawasan dan keamanan stadion masih memiliki celah yang cukup longgar. Meskipun pihak penyelenggara menyatakan bahwa pengaman terhadap tim tamu berjalan baik. Tetap saja ada penonton tak bertiket yang masuk, menunjuukan lemahnya kontrol di beberapa titik.
Langkah awal yang dilakukan PSSI dan GSI dengan sistem Garuda ID patut diapresiasi. Mereka sudah bertindak cepat atas kerusuhan yang dilakukan oleh para pelaku, dan ini menunjukkan keseriusan dalam menciptakan stadion yang lebih tertib dan aman. Namun, pendekatan ini perlu dilengkapi dengan strategi yang lebih menyentuh akar permasalahan.
Pertama, edukasi singkat kepada suporter sebelum pertandingan besar bisa diterapkan. Misalnya, melalui media sosial atau tayangan di stadion. Penyampaian pesan soal etika menonton dan sanksi jika melanggar akan memperkuat kesadaran publik. Kedua, PSSI bisa bermitra dengan komunitas suporter untuk menjadi pengawas di tribun. Ketika suporter mengingatkan sesamanya, efeknya cenderung lebih kuat dan tidak menimbulkan resistensi. Ketiga, sistem tiket harus diperketat lagi, misalnya menggunakan QR code sekali pakai atau ada jangka waktu check-in, serta verifiksi dengan identitas yang terhubung langsung ke Garuda ID. Dan yang tak kalah penting, sanksi harus diberlakukan tegas namun adil. Suspend pembelian tiket bagi pelanggar adalah langkah baik, tetapi juga perlu ruang bagi pelaku untuk memperbaiki diri.
ADVERTISEMENT
Laga melawan Cina pada 5 Juni 2025 mendatang dapat menjadi titik evaluasi serta pembuktian bahwa sepak bola Indonesia tak hanya berkembang dari sisi teknis, tetapi juga dalam kualitas penontonnya. Suporter bukan hanya menonton dan bersorak memberikan semangat, melainkan bagian dari wajah sepak bola kita di mata dunia.
Sudah saatnya kita berhenti mencoreng nama bangsa sendiri hanya karena segelintir orang. Mari kita ciptakan suasana stadion yang semangat dan nyaman bagi semua usia, dari anak-anak hingga orang tua. Jadikan pertandingan sebagai pesta yang menggembirakan, bukan arena kericuhan. Suporter Indonesia punya semangat yang luar biasa. Tingal satu hal yang perlu diingat, kedewasaan dalam bertindak. Jika itu tercapai, maka bukan hanya Timnas yang akan diperhitungkan dunia, tapi juga para pendukungnya.
ADVERTISEMENT
Oleh: Yunita Anindi Putri