Konten dari Pengguna

Brexit Melemahkan Integrasi Uni Eropa

Zahara Yusminda
Mahasiswa Hubungan Internasional - Universitas Andalas
2 Juni 2022 17:14 WIB
clock
Diperbarui 19 Agustus 2022 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahara Yusminda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Keluarnya Inggris (Brexit) dari Uni Eropa. Sumber: https://www.shutterstock.com/image-photo/exit-britain-european-union-brexit-623833832
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Keluarnya Inggris (Brexit) dari Uni Eropa. Sumber: https://www.shutterstock.com/image-photo/exit-britain-european-union-brexit-623833832
ADVERTISEMENT
Integrasi merupakan proses membentuk unsur atau elemen yang berbeda menjadi kesatuan. Konsep integrasi kawasan bermula dan berkembang di Kawasan Uni Eropa. Uni Eropa digadang-gadang sebagai organisasi kawasan yang perkembangan integrasi mereka yang lebih maju daripada organisasi kawasan lain di dunia. Proses integrasi Uni Eropa membutuhkan waktu yang panjang meskipun digadang-gadang sebagai organisasi kawasan yang memiliki perkembangan lebih maju dan cepat. Inggris memiliki sejarah yang panjang dalam integrasi Uni Eropa bahkan Inggris menjadi salah satu negara anggota penting di Uni Eropa serta negara anggota Uni Eropa yang memiliki hak veto di PBB selain Prancis. Inggris merupakan negara yang besar dengan ekonomi yang stabil, militer yang kuat, hingga memiliki koloni yang banyak. Namun, pasca Perang Dunia II, Inggris mengalami kemunduran dibidang ekonomi dan politik sehingga Inggris memilih untuk bergabung menjadi negara anggota Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Brexit (British Exit) merupakan keputusan masyarakat Inggris untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa pada tahun 2016. Mengenai Brexit tersebut maka masyarakat Inggris terbagi dalam dua golongan. Golongan pertama ialah masyarakat Inggris yang setuju mengenai Inggris yang keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Boris Johnson dari partai konservatif mewakili golongan pertama tersebut. Golongan kedua ialah masyarakat Inggris yang tidak setuju mengenai Inggris yang keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Jeremy Corbyn dari partai buruh mewakili golongan kedua tersebut. Pada tanggal 23 Juni 2016, masyarakat Inggris melakukan referendum yang menghasilkan bahwa sebanyak 52% suara memilih untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Setelah 43 tahun menjadi anggota Uni Eropa, pada tahun 2016 Inggris memutuskan untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Uni Eropa dan Inggris seringkali memiliki pandangan yang berbeda bahkan beberapa kebijakan Uni Eropa tidak sesuai dengan Inggris. Uni Eropa menuntut Inggris untuk memberi anggaran kepada masyarakat Eropa dengan jumlah lebih dari 1 miliar Uero pertahun yang mana Inggris merasa keberatan akan hal tersebut. Selanjutnya, Inggris yang menolak untuk menyetujui pembentukan mata uang tunggal dan bank sentral Uni Eropa. Puncak dari perbedaan pandangan antara Uni Eropa dan Inggris ini terjadi pada masa kepemimpinan M. Thatcher dan John Major mengenai European Moneter Union (EMU), Bank Sentral Eropa, mata uang tunggal, hingga dalam Bab Sosial Perjanjian Maastricht dimana Inggris merasa terisolasi dalam Uni Eropa. Inggris merasa bahwa apa yang mereka terima dari Uni Eropa tidak sesuai dengan apa yang telah mereka beri kepada Uni Eropa sehingga Inggris lebih memilih untuk menarik diri dan keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa tentu melemahkan integrasi yang telah Uni Eropa bentuk dan bangun selama bertahun-tahun. Apa yang terjadi di Kawasan Uni Eropa tersebut bisa juga disebut dengan disintegrasi. Disintegrasi merupakan kebalikan dari integrasi yang mana terjadi perpecahan atau kehancuran dalam sebuah sistem sehingga merusak kesatuan.