Mengandung Bakteri, 6,1 Ton Benih Jagung Asal India Dimusnahkan

30 Maret 2019 14:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kementrian Pertanian musnahkan 6,1 ton benih jagung asal India. Foto: Dok. Kementerian Pertanian
zoom-in-whitePerbesar
Kementrian Pertanian musnahkan 6,1 ton benih jagung asal India. Foto: Dok. Kementerian Pertanian
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Karantina Pertanian Bandar Udara Soekarno Hatta memusnahkan 6,1 ton benih jagung asal India. Pemusnahan dilakukan karena benih tersebut positif mengandung bakteri yang belum pernah ada di Indonesia dengan kategori Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A1 bernama Pseudomonas Syrungae Pv Syrungae (PSS).
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan, Ali Jamil, mengatakan benih jagung yang masuk lewat Bandara Soekarno - Hatta akhir tahun lalu ini memiliki dokumen resmi dan lengkap dari India. Namun Karantina Pertanian Indonesia wajib untuk tetap melakukan pemeriksaan laboratorium, dan hasilnya benih tersebut tidak lolos dalam verifikasi perkarantinaan Indonesia.
“Ini merupakan bentuk komitmen kami menjaga pertanian dalam negeri dari ancaman OPTK, terlebih bakteri ini belum pernah ada di Indonesia, selain merusak produksi jagung dalam negeri, bakteri ini juga sangat berbahaya karena dapat menyerang berbagai jenis family tanaman lain“ ujar Jamil saat pemusnahan di Instalasi Karantina Pertanian, Balai Besar Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (30/3).
Menurut Jamil, bakteri PSS akan sangat berbahaya bagi kinerja petani dalam berproduksi, karena berpotensi mengurangi produksi jagung secara signifikan hingga 40 persen dari hasil panen. Apabila bakteri tersebut tersebar, Lanjut Jamil, potensi kerugiannya diperkirakan mencapai Rp. 11 triliun per tahun. Angka tersebut belum termasuk biaya pengendalian yang harus dikeluarkan pemerintah. Hal ini tidak hanya mengancam ketahanan pangan nasional tetapi juga pendapatan 6,7 juta keluarga petani jagung di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Luas pertanaman jagung Indonesia mencapai 3,35 juta hektare, dengan produksi 3,4 ton per hektare, apabila kemampuan berproduksi tanaman diestimasi berkurang hingga 40 persen maka total kehilangan produksi bisa mencapai 4,5 juta ton, dengan harga per ton Rp. 2,5 juta maka akumulasi kerugian mencapai Rp 11 triliun,” beber Jamil.
Di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Sumarjo Gatot Irianto, menambahkan PSS merupakan bakteri yang sangat berbahaya karena termasuk penyakit yang belum ditemukan di Indonesia dan tidak dapat dibebaskan dengan cara perlakuan sehingga harus dimusnahkan dengan cara dibakar. Bakteri ini berpotensi besar mendatangkan kerugian secara ekonomi serta mengancam keberhasilan Upaya Khusus (UPSUS) mewujudkan swasembada Padi, Jagung dan Kedelai di Indonesia.
Kementrian Pertanian musnahkan 6,1 ton benih jagung asal India. Foto: Dok. Kementerian Pertanian
ADVERTISEMENT
“Saya mengapresiasi para petugas karantina pertanian dan seluruh Komunitas Bandara, bapak ibu yang secara nyata melindungi pertanian kita, bisa dibayangkan berapa kerugian yang kita alami apabila benih berbakteri ini tersebar, ini parent seed apabila sudah diproduksi menjadi benih sebar, bayangkan berapa kerugiannya," timpalnya.
Perwakilan PT Metahelix Life Sciences Indonesia, Reri Susanto, selaku perusahaan pemilik benih jagung tersebut mengapresiasi kinerja pemerintah dalam mencegah masuk dan tersebarnya OPTK yang dapat membahayakan sektor pertanian dalam negeri.
“Saya mengapresiasi upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian, sebagai bagian dari warga negara Indonesia saya harus ikut dan taat pada peraturan yang berlaku, dan ini pembelajaran untuk kami selaku pengusaha agar ke depannya tidak terjadi lagi” ungkap Reri.
ADVERTISEMENT
Selain benih jagung, Karantina Pertanian Soekarno Hatta juga memusnahkan 2 kg benih padi asal Jepang ilegal yang dibawa oleh perorangan dan tidak dilengkapi dengan persyaratan dokumen karantina sesuai dengan UU No 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.