Ever Banega, si Malaikat Berwajah Kotor

14 Maret 2018 15:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ever Banega yang suka menyabotase diri sendiri. (Foto: AFP/Jorge Guerrero)
zoom-in-whitePerbesar
Ever Banega yang suka menyabotase diri sendiri. (Foto: AFP/Jorge Guerrero)
ADVERTISEMENT
Ever Banega memilih untuk merendah. Tak sedikit pun dia menyebut betapa hebatnya apa yang dia perbuat di Old Trafford, Rabu (14/3/2018) dini hari WIB. Yang ada, pemain Argentina ini justru memilih untuk memuji kekompakan tim dan menyebutnya sebagai kunci kemenangan Sevilla atas Manchester United.
ADVERTISEMENT
"Hari ini kami bisa saling mengumpan dengan nyaman dan aku merasa bahagia. Kami bermain dengan fokus dan bisa memanfaatkan senjata kami, yaitu bermain dengan bola. Kami memang suka bermain dengan bola. Kekompakan tim ini adalah kunci kemenangan kami," ucap Banega, menyitat Mundo Deportivo.
Laga antara Sevilla dan United itu berakhir dengan skor 2-1. Dua gol Wissam Ben Yedder hanya mampu dibalas sekali oleh tuan rumah lewat kaki Romelu Lukaku. Margin yang sangat tipis, memang, mengingat Sevilla sebenarnya layak untuk menang dengan skor yang lebih telak.
Lalu, apa yang membuat Sevilla lebih layak? Statistik, kah? Well, tidak juga. Sebab, secara statistik, Sevilla dan United sebenarnya boleh dikatakan berimbang. Dari segi penguasaan bola, United unggul tipis dengan persentase 52%. Kemudian, dari segi penciptaan peluang, keunggulan Sevilla juga tidak telak. Mereka menciptakan 21 tembakan (5 mengarah ke gawang), berbanding 17 (3 tepat sasaran) milik United.
ADVERTISEMENT
Artinya, ada hal yang tak bisa serta merta dijelaskan lewat angka semata dari laga United melawan Sevilla itu. Yakni, bagaimana cara mereka bermain. Mereka tampil agresif, dengan pergerakan tanpa bola yang apik, dan aliran bola yang jelas. Dibandingkan dengan pergerakan para pemain United yang statis dan terkesan kehabisan ide, inilah yang membuat Sevilla layak untuk menang.
Soal agresivitas dan pergerakan tanpa bola, memang itu merupakan hasil kerja seluruh pemain yang ada di lapangan. Namun, itu semua tak ada artinya tanpa keberadaan Banega yang mengorkestrasi ke mana dan kapan bola akan diarahkan.
Pada laga tersebut, Banega adalah pemain yang paling kerap menyentuh bola dengan 108 sentuhan. WhoScored juga mencatat bahwa pemain satu ini bertanggung jawab atas 9,2% penguasaan bola. Untuk penguasaan bola, Banega kalah tipis dari Steven N'Zonzi yang memiliki penguasaan 9,4%.
ADVERTISEMENT
Namun, apa yang diperbuat Banega tidak bisa dilakukan rekannya itu. Pasalnya, dari sekian penguasaan bola dan sekian sentuhan, Banega mampu menghasilkan 7 umpan kunci. Bahkan, salah satu umpan kuncinya itu berbuah gol pertama yang dicetak Ben Yedder. Bola kiriman Banega mampu diterima dengan baik oleh Joaquin Correa sebelum disodorkan lagi kepada Ben Yedder.
Segala yang diperbuat Banega ini seakan menjadi penegas kehebatannya di Liga Champions. Musim ini, catatan pemain 29 tahun ini memang begitu spesial. Dari 8 pertandingan, dia berhasil mencatatkan 1 gol, 2 assist, serta 3,6 umpan kunci per laga. Rata-rata jumlah umpannya pun tak main-main, sampai 107,9 kali per pertandingan.
Akan tetapi, ada satu hal yang juga tidak boleh dilupakan. Minus Liverpool yang memang berani tampil menekan, lawan-lawan Sevilla di Liga Champions musim ini semuanya cenderung bermain menunggu seperti halnya Manchester United di 16 besar. Spartak Moskva dan Maribor di fase grup juga memberi keleluasaan kepada Banega (dan Sevilla) untuk menguasai bola. Tak heran jika pencapaian pemain kelahiran Rosario itu bisa sebagus ini.
ADVERTISEMENT
Banega mengadang Lukaku. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Banega mengadang Lukaku. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
Perbedaan kontras terlihat kala kita membandingkan catatan Banega di Liga Champions dengan raihannya di La Liga. Di kompetisi domestik itu Banega 'baru' mencetak 2 gol dan 2 assist dari 23 pertandingan. Selain itu, catatan umpan dan umpan kunci per laganya juga kalah jauh ketimbang apa yang dibuatnya di Liga Champions. Di La Liga, eks pemain Valencia ini hanya mampu menghasilkan 64,7 umpan dan 1,9 umpan kunci per laga.
Kontrasnya raihan Banega itu sama kontrasnya dengan performa Sevilla di kedua ajang tersebut. Di Liga Champions, klub asal Andalusia itu boleh jadi masuk perempat final, tetapi di La Liga mereka terseok-seok di urutan kelima. Mereka sudah tertinggal 11 poin dari Valencia yang duduk di urutan empat.
ADVERTISEMENT
Namun, dari sini bisa pula terlihat bahwa jika Banega bermain bagus dan diberi keleluasaan, Sevilla juga tampil apik. Tak mengherankan, memang, karena pemain yang sempat berkostum Internazionale ini memang merupakan nyawa dari Sevilla.
Sebagai seorang kreator, Banega memiliki kemampuan teknis yang komplet. Umpannya bagus, dribelnya pun begitu (dia mampu mencatatkan 2,5 dribel per laga di La Liga dan Liga Champions). Selain itu, dia pun memiliki kelebihan dalam eksekusi bola-bola mati. Terakhir, yang tak kalah penting, sebagai pemain yang dimainkan sebagai poros, Banega juga punya atribut defensif lumayan bagus. Atribut defensif itu diejawantahkan lewat 2,3 tekel dan 0,5 intersep per laganya.
Hanya, Banega punya satu kekurangan besar. Terkadang, dia gagal menaklukkan dirinya sendiri. Salah satu contoh paling nyata adalah bagaimana dia sudah membuat 3 kesalahan dengan 2 di antaranya berujung gol pada musim ini. Buruknya kemampuan Banega berkonsentrasi terbukti sudah beberapa kali membuat dirinya atau timnya menderita.
ADVERTISEMENT
Tak cuma itu, Banega juga punya riwayat karier yang tak menyenangkan. Di Valencia dulu, pemain satu ini kerapkali berulah, mulai dari datang ke tempat latihan dalam keadaan mabuk, melakukan masturbasi di depan kamera web, sampai mencederai diri sendiri karena lupa menarik handel rem tangan mobilnya. Ulah antiknya di luar lapangan itu kerap disebut sebagai musabab di balik terhambatnya karier Banega.
Banega merayakan gol. (Foto: AFP/Cristina Quicler)
zoom-in-whitePerbesar
Banega merayakan gol. (Foto: AFP/Cristina Quicler)
Secara talenta, Banega sebenarnya cukup bagus untuk bermain di tim yang lebih bagus dari Sevilla. Pada 2013 lalu, misalnya, Pep Guardiola pernah memuji kemampuan bermain Banega. Menurut sosok yang kini memanajeri Manchester City itu Banega adalah pemain fantastis. Tentunya, pujian dari seorang perfeksionis seperti Guardiola tidak bisa dipandang sebelah mata.
ADVERTISEMENT
Namun, yang kerap dilakukan Banega justru menyabotase diri sendiri. Dia pun sudah terbukti tidak mampu keluar dari situasi sulit dan ini tak cuma terjadi di atas lapangan. Musim lalu di Inter, misalnya, Banega gagal beradaptasi meski kerap dimainkan oleh Stefano Pioli. Akhirnya, pada musim panas 2017 Banega memutuskan 'mudik' ke Sevilla.
Artinya, tanpa suasanya yang benar-benar nyaman, Banega kerapkali gagal. Menghadapi tim-tim yang bermain menekan macam Atletico Madrid dan Eibar di La Liga, Banega tak berkutik. Sevilla pun kemasukan sepuluh gol dalam dua laga tersebut. Maka dari itu, sulit sebenarnya menyebut Banega sebagai pemain besar karena di situasi yang tak menguntungkan, dia tak mampu berbuat banyak.
Akan tetapi, itu semua tetap tidak mengubah fakta bahwa pada laga leg kedua 16 besar Liga Champions melawan Manchester United dia tampil gemilang. Terlepas dari apa pun kondisinya, penampilan Banega adalah pembeda antara dua tim tersebut. Selepas laga itu, pemain binaan Boca Juniors ini pun menahbiskan diri sebagai pemain dengan jumlah umpan sukses terbanyak di Liga Champions dengan angka 797.
ADVERTISEMENT
Catatan itu berarti satu hal. Yakni, bahwa sebenarnya Banega mampu. Masalahnya, apakah kemampuan itu bakal bisa terus direplikasi atau tidak, hanya Banega dan Tuhan yang tahu.