Ketahanan Mental sebagai Penentu Kemenangan Amerika atas Inggris

3 Juli 2019 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Semifinal Piala Dunia Wanita antara Inggris dan Amerika Serikat. Foto: AFP/Jean-Pierre Clatot
zoom-in-whitePerbesar
Semifinal Piala Dunia Wanita antara Inggris dan Amerika Serikat. Foto: AFP/Jean-Pierre Clatot
ADVERTISEMENT
Tiga gol tercipta, satu gol dianulir, satu tendangan penalti digagalkan, dan satu kartu merah dilayangkan. Itulah momen-momen penting yang terjadi pada semifinal Piala Dunia Wanita 2019 antara Inggris dan Amerika Serikat di Stade de Lyon, Rabu (3/7/2019) dini hari WIB. Dari laga itu sendiri Amerika akhirnya keluar sebagai pemenang dengan skor 2-1 dan berhak lolos ke final untuk ketiga kalinya secara beruntun.
ADVERTISEMENT
Laga melawan Inggris sama sekali tidak berjalan mudah bagi Amerika. Satu gol yang dianulir dan satu penalti yang digagalkan tadi keduanya merupakan milik Inggris. Artinya, Amerika sebenarnya punya peluang besar untuk kalah pada pertandingan tersebut. Namun, menurut pelatih Jill Ellis, semua bisa teratasi berkat ketahanan mental.
"Aku bilang kepada para pemain bahwa ini adalah jalan tersulit menuju final yang pernah mereka alami di kompetisi ini. Namun, mereka berhasil menemukan cara dan menurutku itu adalah buah dari kekuatan mental mereka yang dihasilkan oleh budaya, lingkungan, sejarah. Kupikir mereka memang tahan banting dan kalian bisa lihat semuanya malam ini," kata Ellis.
"Pertandingan tadi benar-benar ketat dan fantastis. Ini adalah pertandingan di mana ketahanan mental adalah sesuatu yang wajib kau punyai. Ini adalah putaran final Piala Dunia, bukan sepak bola hari Minggu. Sebagai seorang pelatih, kamu akan sangat mengandalkan pemain-pemain yang punya mental kuat dan mereka semua adalah produk dari lingkungan yang kompetitif," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Christen Press dan Kelley O'Hara merayakan gol AS ke gawang Inggris. Foto: AFP/Franck Fife
Di kesempatan terpisah, Alex Morgan yang mencetak satu dari dua gol Amerika secara khusus memuji kiper Alyssa Naeher. Naeher sukses menggagalkan eksekusi penalti kapten Inggris, Steph Houghton, dan menjadi pahlawan bagi The Stars and Stripes.
"Hari ini tim bermain luar biasa dan Alyssa Naeher layak menjadi pemain terbaik pertandingan ini. Dia menyelamatkan bokong kami hari ini. Lewat pertandingan ini kami akan membangun momentum menghadapi laga final nanti," kata Morgan yang juga tengah berulang tahun ke-30.
Di babak final nanti, Amerika akan menghadapi pemenang antara Belanda dan Swedia. Di antara kedua tersebut, Swedia-lah yang sebelumnya sudah pernah merasakan final Piala Dunia, tepatnya di edisi 2003. Namun, kala itu mereka kalah dari Jerman.
ADVERTISEMENT
Inggris Semakin Dekat dengan Puncak
Dari kubu Inggris, Houghton yang gagal menjadi eksekutor penalti merasa terpukul. Meski demikian, wanita yang juga merupakan kapten Manchester City itu tetap merasa bangga dengan pencapaian rekan-rekannya.
"Hatiku hancur tetapi aku sangat bangga dengan apa yang dilakukan oleh tim. Kami benar-benar bertarung dengan hebat di turnamen ini. Jarak kami sudah sangat dekat dengan tim terbaik dunia tetapi kami tetap merasa kecewa," ucapnya.
Ekspresi Steph Houghton setelah Inggris dikalahkan AS. Foto: AFP/Franck Fife
"Hari ini aku diberi tahu bahwa akulah yang jadi algojo penalti. Aku merasa percaya diri karena sepanjang minggu aku selalu berhasil mencetak gol. Namun, hari ini aku tidak menendang bola dengan baik dan kiper lawan mampu menebak arahnya dengan benar," sambung Houghton.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pelatih Inggris, Phil Neville, berkata bahwa pertandingan melawan Amerika ini merupakan bukti bahwa Lionesses telah 'menggedor pintu kemapanan' sepak bola wanita.
"Kami sekarang sudah semakin dekat dengan gelar juara. Pertandingan tadi adalah yang terhebat selama aku menjadi manajer. Di situ kami benar-benar menggedor pintu kemapanan itu. Tujuan kami adalah menjadi yang terbaik, seperti Amerika, dan aku tidak akan mundur sampai kami berada di sana," kata Neville.
Bagi Inggris, ini adalah kali kedua secara beruntun mereka terhenti di semifinal Piala Dunia Wanita. Empat tahun silam, langkah mereka dihentikan oleh Jepang yang akhirnya menjadi runner-up.