Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam buku tersebut, Emery diklaim sebagai pelatih paling efektif di Spanyol. Akan tetapi, ketika buku itu diluncurkan, respons yang didapatkan Emery sama sekali tidak hangat. Kala itu dia masih menangani Valencia dan sedang mengarungi masa-masa sulit. Para suporter Los Che menganggap buku 'Mental Pemenang' tadi sebagai sebuah lelucon. Apalagi, dalam buku itu, Emery mengasosiasikan dirinya sendiri dengan karakter komik Captain Thunder.
Di Valencia, Emery memang tidak pernah memenangi apa pun. Namun, sumbangsihnya untuk klub Pantai Timur itu sebetulnya patut diacungi dua jempol. Ketika Emery mengambil alih pos kepelatihan, Valencia baru saja finis di urutan kesepuluh musim 2007/08. Bersama Emery, Valencia sukses memperbaiki peringkat di musim berikutnya dan berhak untuk lolos ke Liga Europa.
ADVERTISEMENT
Pada musim-musim berikutnya, prestasi Valencia membaik. Tiga musim berturut-turut Emery membawa klub yang bermarkas di Mestalla itu finis ketiga, di bawah Barcelona dan Real Madrid. Dalam dua musim terakhirnya, 2010/11 dan 2011/12, Emery bahkan berhasil mengantarkan Valencia ke urutan ketiga tadi tanpa diperkuat David Villa dan David Silva yang sudah dilego.
Namun, bagi para suporter, pencapaian Emery itu tidak cukup. Dalam kolomnya di The Guardian , Sid Lowe menyebut bahwa sosok asal Basque itu adalah korban dari kesuksesannya sendiri. Para suporter menganggap bahwa Emery sebenarnya mampu membawa Valencia finis di posisi yang lebih tinggi dan bersaing di jalur juara. Akan tetapi, Emery tidak pernah mampu melakukan itu.
Sebenarnya, bukan salah Emery sepenuhnya jika Valencia tidak mampu bersaing dengan Barcelona dan Real Madrid. Dengan kondisi keuangan yang pas-pasan, Valencia sudah melakukan yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, usaha maksimal para pemain itu tidak diakui oleh para suporter. Mereka menganggap bahwa para pemain tidak mengenakan seragam Valencia dengan rasa bangga. Muak dengan tuduhan-tuduhan tak berdasar itu, Emery akhirnya minggat dari Valencia pada musim panas 2012.
***
Menjadi korban dari kesuksesan sendiri adalah sesuatu yang senantiasa menghantui Emery. Enam tahun setelah angkat kaki dari Mestalla, Emery mengalami nasib serupa di Paris Saint-Germain (PSG) .
Emery datang ke PSG dengan membawa kredensial yang mentereng. Menyusul masa kepelatihan singkat di Rusia bersama Spartak Moskva, Emery kembali ke Spanyol pada 2013 untuk membesut Sevilla. Bersama klub Andalusia inilah dia menjalani masa-masa terbaik. Tiga musim berturut-turut -- 2013/14, 2014/15, dan 2015/16 -- Sevilla dibawanya menjadi kampiun Liga Europa. Kesuksesan di Eropa inilah yang membuat Emery dipercaya menangani PSG.
ADVERTISEMENT
Sebagai klub dengan kekuatan finansial tanpa tanding di Prancis, PSG sudah menjadi juara di negaranya bahkan sebelum kompetisi betul-betul dimulai. Oleh karenanya, selain ditugasi untuk mengamankan gelar domestik yang sudah 'otomatis' itu, Emery juga diberi mandat untuk menaklukkan Eropa.
Namun, masa kepelatihan Emery di PSG berakhir tragis. Dalam dua musim, yang PSG dapatkan hanya kekecewaan. Pada musim pertama, selain gagal menjadi juara Ligue 1, PSG juga harus terlempar dari Liga Champions dengan kepala tertunduk. Di perempat final, mereka sebenarnya sudah unggul 4-0 atas Barcelona pada leg pertama. Namun, di leg kedua mereka kalah 1-6 sehingga harus tersingkir dengan agregat 5-6.
Musim kedua pun begitu. Di pertandingan pertama babak 16 besar menghadapi Real Madrid, PSG takluk 1-3 di leg pertama yang digelar di Madrid. Modal satu gol tandang itu, sayangnya, gagal dimanfaatkan. Di leg kedua PSG kalah dengan skor 1-2 dalam laga yang diwarnai kartu merah Marco Verratti.
ADVERTISEMENT
Kekalahan dari Real Madrid itulah yang praktis mengakhiri karier Emery di PSG. Ujung-ujungnya, tujuh gelar domestik dan rasio kemenangan yang mencapai 76% itu tak berarti apa-apa. Sebab, PSG sendiri sudah keluar biaya mahal untuk mendatangkan Neymar serta Kylian Mbappe pada musim panas 2017 lalu. Dengan kegagalan di Liga Champions, Emery pun dianggap gagal oleh manajemen klub yang dipimpin Nasser Al-Khelaifi.
Di PSG, Emery lagi-lagi menjadi korban kesuksesannya sendiri. Dia datang dengan reputasi cemerlang. Di kancah domestik, PSG tak terlihat kesulitan sedikit pun. Itulah yang membuat orang berekspektasi tinggi kepadanya. Akan tetapi, di saat ekspektasi tersebut gagal dipenuhi, Emery langsung dikorbankan.
***
Emery beruntung karena tidak harus lama menganggur usai dipecat oleh PSG. Sebab, dalam waktu bersamaan, di London Utara tengah terjadi reformasi besar-besaran. Sang despot, Arsene Wenger , yang sudah bertahan selama 22 tahun, akhirnya lengser keprabon.
ADVERTISEMENT
Arsenal kini menjadi pelabuhan terbaru Emery. Pekerjaan ini dia dapatkan setelah berhasil meyakinkan para pejabat teras Arsenal yang sebelumnya sempat berencana memilih Mikel Arteta sebagai suksesor Wenger. Di sini, misi terbesar Emery adalah membawa Arsenal berhenti menjadi bahan tertawaan dan dari apa yang dipertontonkan tim asuhannya selama pramusim, Emery sudah berada di trek yang benar untuk mewujudkan misi tersebut.
Revolusi Arsenal ini sebenarnya sudah dimulai ketika manajemen klub membajak dua orang transfer guru dalam diri Raul Sanllehi dan Sven Mislintat. Dua orang ini datang ke Emirates Stadium pada pertengahan musim 2017/18 yang merupakan musim terakhir Wenger.
Secara perlahan, titel manajer yang melekat dalam diri Wenger dipreteli. Tugas Wenger, menyusul kedatangan Sanllehi dan Mislintat, hanyalah menangani tim, tanpa perlu memikirkan pembelian pemain.
ADVERTISEMENT
Kini, Sanllehi dan Mislintat akan membantu Emery dalam menjalankan tugas sebagai pelatih Arsenal. Sama halnya seperti di Sevilla, ketika dia memiliki Monchi sebagai transfer guru, Emery bakal sangat dimudahkan dalam mewujudkan misinya tadi.
Sampai kini, Arsenal sudah menjalani dua laga pramusim. Yakni, menghadapi Atletico Madrid dan PSG. Saat berhadapan dengan Atletico, Arsenal harus puas bermain imbang 1-1 . Akan tetapi, pada pertandingan kontra PSG , Arsenal sukses meraih kemenangan besar 5-1. Pada laga itulah aktivitas-aktivitas Sanllehi, Mislintat, dan Emery sudah mulai menampakkan hasilnya meskipun PSG sendiri ketika itu tak diperkuat banyak pemain kuncinya.
Secara taktikal, tak ada yang berubah dari diri Emery. Dia masih setia dengan formasi 4-2-3-1 yang sudah identik dengannya sejak masih di Sevilla. Kebetulan pula, para pemain Arsenal sendiri sudah terbiasa dengan formasi ini. Di bawah Wenger, 4-2-3-1 menjadi salah satu pakem dasar andalan selama bertahun-tahun. Akan tetapi, ada perubahan pendekatan yang dilakukan oleh Emery.
ADVERTISEMENT
Formasi 4-2-3-1 milik Emery adalah formasi yang sangat fleksibel. Dalam situasi menyerang, ia bisa berubah menjadi 3-4-2-1. Lalu, dalam situasi bertahan, formasi itu bisa berubah menjadi 5-2-3.
Ketika menyerang, gelandang bertahan tim Emery (di PSG ada Thiago Motta, di Arsenal kini ada Lucas Torreira) akan turun ke bawah dan menyejajarkan diri dengan dua bek tengah yang bergerak sedikit melebar. Turunnya gelandang bertahan ke bawah ini dilakukan untuk mengompensasi naiknya dua full-back yang melakukan overlapping.
Sementara itu, dua penyerang sayap biasanya akan merapat ke tengah dan mendekatkan diri dengan gelandang tengah dan gelandang serang. Lalu, penyerang tengah akan maju untuk merusak garis pertahanan lawan serta memunculkan celah yang bisa dieksploitasi oleh para pemain ofensif lainnya.
ADVERTISEMENT
Saat bertahan, penyerang tengah akan turun untuk menutup ruang di area sentral permainan. Biasanya, tim asuhan Emery akan memaksa tim lawan untuk menyerang lewat sisi sayap. Setelah itu, baru mereka melakukan pressing dengan memanfaatkan garis tepi lapangan sebagai 'personel tambahan'.
Cara bertahan seperti ini biasanya diakhiri dengan umpan menyilang ke penyerang sayap yang memiliki kemampuan dribel dan kecepatan untuk mengeksploitasi ruang di lini belakang lawan. Namun, apabila lawan berhasil menembus blokade awal tadi, lawan akan dihadapkan pada sekumpulan pemain yang sudah membentuk pertahanan zonal dengan rapi. Seperti itulah kira-kira penjabaran singkat taktik bermain Emery yang sudah dia terapkan di tim-tim sebelum Arsenal.
Dengan taktik seperti itu, Arsenal pun kini telah memiliki pemain-pemain yang pas. Selain Torreira, The Gunners juga telah mendatangkan Sokratis Papasthatopoulos, Stephan Lichtsteiner, serta kiper Bernd Leno. Semua pemain itu, di klubnya dulu, tahu caranya bagaimana mengeksekusi permainan yang diinginkan oleh Emery. Di sini terlihat bagaimana harmoni antara Emery dan Sanllehi serta Mislintat sudah mulai terbentuk.
ADVERTISEMENT
***
Arsenal, di bawah Wenger sekalipun, sudah biasa tampil apik di pramusim. Namun, bersama Emery ada optimisme yang berbeda. Cara bermain Arsenal terlihat lebih tertata dan ini sama sekali bukan kebetulan. Sebab, Emery dikenal sebagai sosok pelatih yang sangat peka terhadap detail.
Sebelum menjadi pelatih, Emery adalah seorang pemain. Wajar, karena dia memang berasal dari keluarga sepak bola. Kakek, ayah, dan paman Emery semuanya bermain sebagai pesepak bola. Emery pun akhirnya bergabung di akademi milik Real Sociedad dan lulus pada 1990.
Kendati begitu, Emery harus rela menghabiskan waktu lima tahun terlebih dahulu di Real Sociedad B sebelum mendapatkan kesempatan turun berlaga di tim utama. Kesempatan itu akhirnya datang bagi Emery pada 1995. Namun, dasarnya memang pemain medioker, Emery hanya mendapat jatah lima kali bermain untuk tim utama Sociedad. Pada 1996, Emery hijrah ke Toledo untuk memulai petualangan di divisi bawah.
ADVERTISEMENT
Emery akhirnya pensiun sebagai pemain pada akhir musim 2003/04. Ketika itu usianya baru 32 tahun dan yang memaksanya pensiun adalah cedera lutut berkepanjangan. Emery mengakhiri karier sebagai pemain bersama Lorca Deportiva dan di klub itu pulalah dia mengawali era sebagai pelatih.
Pencapaian hebat pertama Emery terjadi saat dirinya menagani Almeria saat dia berhasil membawa klub tersebut promosi untuk pertama kalinya ke La Liga pada musim 2007/08. Tak cuma itu, sosok kelahiran Hondarribia itu juga membawa Almeria finis di urutan delapan. Prestasi itulah yang akhirnya membawa Emery ke Valencia untuk mengawali kisah suksesnya sebagai pelatih.
Satu hal yang selalu dilakukan Emery sebagai pelatih adalah mengadakan sesi menonton video pertandingan bagi para pemain. Meski punya tujuan bagus, aktivitas inilah yang dikabarkan membuat Neymar merasa tak cocok dengan Emery. Selain itu, pemain seperti Joaquin Sanchez pernah berkata, "Saking banyaknya video yang ditonton aku sampai kehabisan popcorn."
ADVERTISEMENT
Selain menonton rekaman pertandingan, Emery juga doyan membagikan flashdisk kepada para pemain yang berisi taktik. Dari kebiasaan inilah satu cerita lucu lain muncul. Saat masih menangani Valencia, Emery pernah memberi flashdisk kepada Jeremy Mathieu. Keesokan harinya, Mathieu berkata kepada Emery bahwa isi flashdisk itu sangat menarik. Padahal, flashdisk itu tidak ada isinya sama sekali.
Kepekaan Emery terhadap detail ini memang bisa sangat membosankan bagi para pemain. Akan tetap, bagi dirinya sebagai pelatih, ini adalah hal yang tidak bisa untuk tidak dimiliki. Maka, pekerjaan rumah Emery sebenarnya adalah bagaimana caranya agar metode miliknya lebih bisa diterima oleh para pemain Arsenal.
Apabila hal itu bisa dicapai, Emery akan semakin mudah dalam mewujudkan misinya. Sedari awal Emery sudah punya kredo bahwa sepak bola harus bisa membuat fans terhibur. Bagi para Gooners, satu-satunya jalan untuk mengibur mereka adalah dengan membuat Arsenal tersebut jadi klub yang disegani lagi. Sederhana, tetapi akan sangat sulit untuk diwujudkan mengingat kegagalan menahun pada era Wenger.
ADVERTISEMENT