Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Desakan supaya Liverpool mendatangkan pemain dengan kelas blockbuster terus muncul pada bursa transfer musim panas ini. Terutama, setelah 'Si Merah' ditaklukkan Manchester City via adu penalti di Community Shield, Minggu (4/8/2019). Pertanyaannya, apakah ini bisa memecahkan masalah Liverpool?
ADVERTISEMENT
Sebelum membahas lebih dalam, penting rasanya untuk mengetahui alasan di balik manuver transfer Liverpool yang kali ini berbeda dengan tim-tim enam besar Premier League lainnya. Jika tim big six lain menggelontorkan uang besar untuk merekrut pemain first-team, maka Liverpool lebih suka merekrut pemain muda.
Itu pun baru Sepp van Den Berg dan Harvey Elliott yang didatangkan Liverpool. Dua pemain ini sama-sama belum berusia 18 tahun, dan itu artinya jalan mereka menembus tim inti pun masih sangat jauh.
Jika ditotal, Liverpool pun hanya mengeluarkan kurang dari 2 juta euro pada bursa transfer kali ini. Bahkan, pengeluaran Liverpool sejauh ini masih kalah dari Chelsea yang sudah menggelontorkan 45 juta euro untuk mempermanenkan Mateo Kovacic. Perlu diingat, Chelsea saat ini masih menjalani hukuman larangan transfer.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, Liverpool memiliki dasar kuat di balik langkah yang tak lazim ini.
"Kenyataannya, tim yang sekarang sudah sangat hebat dan kami sudah berinvestasi banyak di tim ini. Sekarang, waktunya kami mengelola investasi kami," jelas Juergen Klopp, manajer Liverpool sejak 2015 silam, seperti dikutip dari Sky Sports.
Melihat paparan informasi ini, nampaknya jelas bahwa jawaban atas pertanyaan di awal adalah tidak. Kenapa? Inilah kata kuncinya: Investasi.
Liverpool saat ini tidak berada dalam situasi harus membeli pemain hebat. Tak seperti City yang harus mencari pengganti sosok Fernandinho yang begitu vital di area gelandang bertahan atau Arsenal yang harus mempertajam area penyerang dan memikirkan solusi mandeknya lini tengah musim lalu.
ADVERTISEMENT
Juga Tottenham Hotspur yang perlu memperkokoh lini tengah, mengingat kontrak Christian Eriksen hanya tersisa semusim. Hingga Manchester United yang harus memperbaiki berbagai sektor, mulai dari pemain belakang hingga tengah.
Dalam dua musim terakhir, Liverpool telah menggelontorkan uang banyak demi memperbaiki kualitas skuat. Kampiun Liga Champions enam kali ini tercatat sudah mengucurkan 182,2 juta euro untuk empat rekrutan musim 2018/19: Alisson Becker, Naby Keita, Fabinho, serta Xherdan Shaqiri.
Pada musim sebelumnya, mereka menggelontorkan 173,88 juta euro demi mendatangkan Virgil van Dijk, Mohamed Salah, Alex Oxlade-Chamberlain, dan Andrew Robertson. Kecuali Oxlade-Chamberlain (dan itu pun karena cedera panjang), pembelian Liverpool selama kurun waktu tersebut berhasil.
Di sisi lain, dalam dua musim terakhir, sejumlah pemain yang sempat terlupakan bangkit kembali. Seperti Joe Gomez dan Joel Matip di area pertahanan, hingga sang cult-hero, Divock Origi, di lini serang.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan pemain-pemain yang sejak awal era Klopp sudah menjadi andalan. Seperti Trent Alexander-Arnold, Jordan Henderson, James Milner, Sadio Mane, hingga Roberto Firmino. Pun jangan dilupakan youngster macam Ki-Jana Hoever, Harry Wilson hingga Rhian Brewster terus berkembang dari hari ke hari.
Dan ini yang terpenting: Hanya Simon Mignolet, Alberto Moreno, dan Daniel Sturridge yang meninggalkan Liverpool di musim panas ini. Untuk pengganti Moreno di area full-back, pilihannya ada di antara Milner, Gomez hingga Hoever. Untuk pengganti Sturridge, tentu saja Origi dan Brewster.
Sebagai pengganti Mignolet, Liverpool nampaknya bakal belanja. Namun, jangan duga bakal ada nama besar yang merapat ke Anfield. Walau begitu, jelas kualitas takkan dikesampingkan Liverpool. Sejauh ini Alex McCarthy dari Southampton dan Adrian Castillo dari West Ham United dirumorkan tengah mereka pantau.
ADVERTISEMENT
Ya, sekarang, terlihat jelas 'kan skuat Liverpool sebenarnya sudah oke. Lantas, jika sudah komplet, kenapa Liverpool tampil inkonsisten di pramusim, sebelum memetik kekalahan di Community Shield?
Jadi, begini. Klopp tahu bahwa mengelola sumber daya yang kaya itu tak mudah. Di sisi lain, musim ini bakal panjang bagi Liverpool karena dihadapkan dengan tujuh kompetisi -- salah satunya Community Shield tadi.
Makanya, pertandingan-pertandingan yang ada sejauh ini dimanfaatkan Klopp untuk membuat daftar do's and don't. Sebagai bukti, Liverpool terus saja tampil dengan susunan pemain yang berbeda dari satu laga ke laga lainnya.
Berbagai eksperimen pun terus dilakukan Klopp. Mulai dari mengubah peran Adam Lallana menjadi deep-lying playmaker ala Jorginho. Menarik Hoever dari bek tengah ke full-back. Hingga, menguji kesiapan sejumlah pemain muda dan pemain-pemain senior dengan jam terbang kurang seperti Keita dan Oxlade-Chamberlain.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sejumlah pilar Liverpool telat dan bahkan ada yang tak mengikuti pramusim karena negaranya. Alisson dan Firmino membela Brasil di Copa America, sementara Salah dan Mane memperkuat Mesir dan Senegal pada ajang Piala Afrika. Hingga Van Dijk yang harus tampil di final UEFA Nations League bersama Belanda.
Imbas dari eksperimen dan absennya sejumlah pilar ini, ya, Liverpool tak pernah tampil dengan susunan kesebelasan terbaiknya sebelum bersua City di Community Shield. Padahal, butuh waktu untuk sebuah tim membangun chemistry yang padu.
Maka, tak mengherankan jika pertahanan terorganisir yang ditunjukkan Liverpool pada musim lalu tak lagi tampak di babak pertama melawan City. Alisson, yang dikenal dengan kemampuan shot-stopping-nya, bahkan sempat melakukan blunder berujung kebobolan di menit ke-7. Sementara, alur bola dari lini tengah sempat mandek.
ADVERTISEMENT
Namun, laga Community Shield itu tak hanya menyoal hal-hal buruk. Di babak kedua, permainan Liverpool tampak jauh lebih baik. Salah satu sebabnya karena masuknya Keita pada menit ke-67. Keberanian Keita dalam mengambil risiko dengan peran 'nomor 8' membuat lini tengah Liverpool kembali berbahaya.
Sementara, kembali dipasangnya Matip sebagai tandem Van Dijk, sementara Gomez mengawal full-back kanan membuat pertahanan Liverpool kembali tangguh. Jangan lupa disinggung agresivitas dan kecepatan Oxlade-Chamberlain, yang masuk di akhir laga ini sebagai sayap kiri. Eks pemain Arsenal ini terasa seperti rekrutan baru.
Kesimpulannya, yang diperlukan Liverpool saat ini hanyalah meracik susunan kesebelasan yang tepat, dan eksekusinya jelas tak semudah kedengarannya. Berita baiknya, Klopp sudah makin dekat dengan itu. Laga melawan Norwich City, Sabtu (10/8) kelak, itulah tes pertama dan sesungguhnya Liverpool di musim 2019/20.
ADVERTISEMENT