Biasa Nyanyi Jazz, Ardhito Pramono Ternyata Suka Musik Punk

16 Oktober 2018 16:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Musisi muda Ardhito Pramono selama ini dikenal dengan musiknya yang beraliran jazz. Lagu-lagu yang dibawakannya seperti 'Fake Optics' dan 'Bitterlove' memiliki musik bernuansa lembut dan mendayu-dayu.
ADVERTISEMENT
Tak heran rasanya jika cowok berusia 23 tahun ini membawakan lagu jazz. Sebab, selama ini, dirinya merupakan penggemar dari beberapa musisi jazz klasik seperti Chet Baker dan Sam Saimun, penyanyi keroncong-jazz tahun 1950-an.
Mantan VJ Hunt ini ternyata memiliki sisi lain di balik kecintaannya terhadap musik jazz. Belum banyak yang mengetahui kalau alumni JMC Academy, Australia ini juga punya ketertarikan pada musik beraliran punk.
"Sebenarnya, basic-nya gue di punk, musik-musik keras, pengin (bermusik) ke arah sana. Legacy itu bisa gue dapatin pas lagi manggung, kadang gue manggung terus bawain lagu-lagunya ERK yang agak punk gitu," ungkapnya ketika berkunjung ke kantor kumparan beberapa waktu lalu.
Pelantun lagu 'Bila' ini memiliki alasan tersendiri mengapa dirinya lebih memilih berkecimpung di musik jazz, ketimbang unjuk kemampuan dengan musik punk. Menurutnya, ia lebih bisa mengutarakan keresahan hatinya saat membuat musik jazz.
Ardhito Pramono (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
"Kenapa memilih jazz, karena kalau di punk, kita belum tentu bisa mengutarakan apa yang pengin kita omongin atau di jazz belum tentu bisa sekeras punk," jelas Ardhito.
ADVERTISEMENT
"Yang paling mungkin di era sekarang ini dan di usia aku sekarang ini, being a jazz singer is the only one solution, dan as long as gue suka sama yang gue kerjain dan gue suka banget sama musik-musik gue, kenapa enggak," imbuhnya.
Lebih lanjut, Ardhito Pramono mengatakan bahwa saat ini, dia masih lebih nyaman untuk berkarier dengan musik jazz. Meskipun begitu, ia tak menutup kemungkinan jika beberapa tahun lagi akan membawakan karya dengan musik punk.
"Kalau jazz, everyday kayaknya enggak cuma satu orang doang yang melakukan hal itu, jadi punk lebih ke alter ego gue, bukan into. Jadi, untuk produksi yang genrenya jauh dibanding sekarang, mungkin kayak nantilah lima hingga enam tahun dari sekarang," tutup Ardhito Pramono.
ADVERTISEMENT