Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Netflix baru saja mengeluarkan serial dokumenter ‘Street Food ’ yang lezat secara visual dan menghangatkan hati. Para chef jalanan dari Asia Tenggara dihadirkan dengan cerita kehidupan masing-masing. Dua di antaranya berasal dari Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Ada Mbah Lindu, penjual gudeg legendaris dari Yogyakarta yang masih semangat jualan di usia 100 tahun. Ada juga Mbah Satinem, penjual kue Lopis no.1 yang dagangannya sering diborong Pak Harto.
kumparan mendapat kesempatan untuk melontarkan pertanyaan kepada Mbah Satinem dan Mbah Lindu seputar profesi mereka. Berikut perbincangannya:
1. Apa mbah Lindu dan mbah Satinem pernah ‘libur’ masak dan jualan?
Mbah Satinem: Mbah pernah berhenti berjualan agak lama ketika Mbok meninggal. Mbah sedih sekali saat itu. Tapi kemudian Mbah berjualan kembali karena perlu biaya untuk memperbaiki rumah yang rapuh dan kebutuhan lainnya.
Mbah Lindu: Sekarang yang lebih banyak mengambil bagian untuk masak dan jualan itu anaknya Mbah, bukan Mbah Lindu lagi. Mbah sekarang membantu-bantu sedikit sedikit seperti mengupas telur, dan lainnya. Mbah Lindu itu tidak bisa diam, pasti selalu ingin bantu masak.
2. Pernah berlibur bareng sekeluarga lebih dari 3 hari?
ADVERTISEMENT
Mbah Satinem: Oh, Mbah ya tidak tahu liburan hahaha. Jualan terus tidak pernah berhenti.
Mbah Lindu: Mbah tidak pernah berlibur. Mbah ya jualan terus.
3. Selama bikin makanan, apa yang paling berkesan?
Mbah Satinem: Waktu Pak Harto memborong lopis banyak sekali untuk dibagikan kepada orang-orang yang naik Haji. Saat itu bukan Pak Presidennya yang datang tapi mengutus ajudannya untuk membeli lopis.
Mbah Lindu: Mbah paling senang dengan Pak William (Wongso). Mbah pernah dibuatkan video sama Beliau dan mengajak teman-temannya untuk makan Gudeg Mbah.
4. Pernah terpikir untuk membuat makanan lain?
Mbah Satinem: Mbah tidak pernah bikin makanan lain selain lopis. Mbah cuma bisa bikin lopis.
Mbah Lindu: Oo ndak pernah eh.. Dari dulu Mbah hanya membuat Gudeg saja… Bisanya cuma membuat Gudeg.
ADVERTISEMENT
5. Belajar bikin jajanan pasar dari mana? Belajar bikin Gudeg dari mana?
Mbah Satinem: Mbah belajar masak dari Mbok. Dulu Mbok pinter masak.
Mbah Lindu: Mbah belajar membuat Gudeg dari Mbok. Sekarang sampai sudah diturunkan ke anak Mbah, Rutiyah.
6. Apa proses paling membahagiakan dari rangkaian membuat Jajanan Pasar atau Gudeg?
Mbah Satinem: Mbah memang hobby masak. Pokoknya asal ada bahan-bahannya, Mbah pasti semangat langsung ingin masak.
Mbah Lindu: Mbah itu senang sekali masak, jadi semua hal suka dikerjakan oleh Mbah.
7. Anda melayani pelanggan dari berbagai generasi. Apa perpedaan pelanggan dulu dan sekarang?
Mbah Satinem: Sama saja dari dulu sampai sekarang. Tapi sekarang pembelinya tambah banyak.
ADVERTISEMENT
Mbah Lindu: Pelanggan dulu sama sekarang ya sama aja. Dulu banyak sekarang juga masih banyak.
8. Mau bikin jualan sampai kapan?
Mbah Satinem: Sampai Mbah sudah tua sekali hehehe
Mbah Lindu: Sekarang memang anak Mbah yang sudah lebih banyak ambil bagian untuk berjualan. Mbah sudah tidak kuat lagi. Mbah sekarang membantu masak di rumah.
9. Apa sudah transfer ilmu pada generasi penerus?
Mbah Satinem: Sekarang masih Mbah yang pegang ilmunya, tapi nanti akan Mbah turunkan ke anak-anak juga.
Mbah Lindu: Mbah sekarang sudah tua sekali, sudah tidak kuat berjualan sendiri.. Sekarang lebih banyak anak Mbah yang meneruskan berjualan Gudeg. Gudeg yang sekarang menggunakan resep dari Mbah.
10. Jika tidak jadi pembuat Jajanan Pasar dan Gudeg, kira-kira mbah akan ngapain?
ADVERTISEMENT
Mbah Satinem: Dulu Mbah pernah mencoba jualan telur ayam, tapi ndak laku. Mbah cuma bisa membuat lopis ya selamanya membuat lopis.
Mbah Lindu: Wah ndak tahu ya… Mbah cuma bisa bikin Gudeg, jadi berjualan Gudeg saja.