Riset: Meski Tak Melahirkan, Ayah Bisa Alami Depresi Postpartum!

22 September 2019 11:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi ayah dan bayi baru lahir Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi ayah dan bayi baru lahir Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Setelah Anda melahirkan buah hati tercinta, menyandang status sebagai seorang ayah akan jadi pengalaman tersendiri bagi suami. Ya Moms, umumnya, para ayah baru merasa bahagia, bangga, terharu, sekaligus berdebar ketika memegang si kecil untuk pertama kalinya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ternyata ada beberapa ayah yang justru merasakan hal sebaliknya. Ya, sama halnya dengan ibu, para ayah juga ternyata berisiko mengalami depresi postpartum atau depresi pascamelahirkan.
Dilansir Parents, menurut laporan dalam Journal of American Medical Association, 10 persen pria di seluruh dunia menunjukkan tanda-tanda depresi sejak trimester pertama kehamilan istri mereka hingga 6 bulan setelah bayi mereka lahir. Jumlah tersebut terus melonjak hingga 26 persen selama periode tiga hingga enam bulan setelah kehadiran bayi.
"Jumlah tersebut dua kali lipat lebih banyak dari depresi yang biasa kita lihat pada pria. Faktanya ini banyak terjadi pada ayah baru dan sebagian besar dokter dan ahli kesehatan mental mengabaikannya," kata James F. Paulson, Ph.D, profesor psikologi di Old Dominion University di Norfolk, Viginia, Amerika Serikat.
Ilustrasi ayah mengadzani bayi baru lahir. Foto: shutterstock
Lantas, apa penyebab depresi postpartum pada ayah?
ADVERTISEMENT
Sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam Pediatrics menemukan bahwa depresi di antara ayah baru, meningkat 68 persen selama 5 tahun pertama kehidupan anaknya.
"Faktanya, 1 dari 4 ayah baru di Amerika Serikat menjadi depresi. Artinya ada 3.000 ayah mengalami depresi setiap hari," kata Will Courtenay, PhD, LCSW, pendiri situs SadDaddy.com.
Depresi postpartum seorang ibu sebagian besar dipicu oleh fluktuasi hormon. Ternyata, sama seperti ibu, penelitian menunjukkan bahwa hormon ayah juga berubah selama istrinya hamil hingga setelah melahirkan. Namun alasannya belum diketahui, apakah itu karena testoteron menurun atau karena estrogen, prolaktin, dan kortisol yang meningkat pada masa itu.
"Ahli biologi evolusi menduga bahwa adanya fluktuasi hormon sehingga ayah juga terhubung dengan bayinya," kata Dr. Courtenay.
Ilustrasi Ayah memberi susu pada bayi Foto: Shutterstock
Fluktuasi hormon ini mungkin juga berhubungan dengan perubahan neurokimia yang terjadi di otak ayah akibat kurang tidur setelah 3-6 bulan setelah istrinya melahirkan. Nah kurang tidur ini mungkin adalah pemicu utama depresi pada ayah baru.
ADVERTISEMENT
Sementara itu penyebab lainnya bisa jadi karena riwayat penyakit, hubungan yang tak harmonis dengan pasangan, masalah keuangan, dan karena kondisi bayinya yang sakit atau prematur. Selain itu, ayah yang mengalami depresi postpartum juga bisa disebabkan karena istrinya mengalami hal serupa.
"Sebagian besar pria yang pasangannya mengalami depresi pascapersalinan rentan juga mengalami depresi. Depresi pada kedua orang tua ini bisa menghancurkan hubungan suami-istri dan berpengaruh pada anak-anak mereka," ujar Courtenay.
Oleh sebab itu, Moms, jangan remehkan gangguan psikologis yang terjadi pada ayah setelah Anda melahirkan. Depresi postpartum yang terjadi pada ayah bisa ditangani dengan cara meminta suami untuk lebih terbuka untuk menceritakan apa yang dirasakannya. Tapi bila itu tidak menyelesaikan masalah, Anda berdua bisa mencari psikolog atau psikiater untuk meringankan tekanan psikis pada ayah.
ADVERTISEMENT