Di Laut, Tak Ada Lumba-lumba Bermain Bola dan Lompati Lingkaran Api

1 November 2018 10:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten Eksklusif: Sirkus Lumba-Lumba. Foto: Basith Subastian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konten Eksklusif: Sirkus Lumba-Lumba. Foto: Basith Subastian/kumparan
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil riset Jakarta Animal Aid Network (JAAN), lumba-lumba yang dialihtempatkan dari habitatnya ke kolam buatan memiliki umur yang lebih pendek, yaitu 3 sampai 5 tahun. Padahal, bila merujuk pada laman website sciencing, rata-rata lumba-lumba berumur 15-16 tahun.
ADVERTISEMENT
Kondisi di atas membuat JAAN sedari awal menentang praktik pertunjukan lumba-lumba. JAAN bahkan berargumen, praktik yang berlindung di balik topeng “edukasi” itu harus dihentikan.
Hal tersebut cukup beralasan. Alih-alih menyampaikan edukasi, justru eksploitasi adalah hal yang jamak terjadi. Bila dingat-ingat, tahun 2009 seekor lumba-lumba di Bekasi, Jawa Barat tewas setelah seringkali dijadikan bahan pertunjukan.
“Tahun 2010 itu kita mulai mengampanyekan, ini sirkus lumba-lumba harus ditutup. terutama yang keliling ya karena memang lumba-lumba itu kalau dibawa keliling tidak sejahtera,” urai ketua serta pendiri JAAN, Benfika, saat diwawancarai kumparan, Rabu (24/10).
Sirkus lumba-lumba keliling. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
JAAN membagi musabab ketidaksejahteraan lumba-lumba itu menjadi dua. Pertama, sistem pelatihan lumba-lumba bisa membuat mamalia itu stres, sakit, bahkan mati. JAAN menyebut para pelatih sengaja membuat lumba-lumba kelaparan supaya mudah dikendalikan.
ADVERTISEMENT
Kedua, habitat yang tidak asli membuat kondisi fisik lumba-lumba terus menurun. Air dalam kolam lumba-lumba ditempatkan itu banyak mengandung campuran klorin, semacam zat pemutih dan pembunuh kuman dalam air.
Oleh sebab itu, semua dalih edukasi yang disampaikan penyelenggara sirkus lumba-lumba menurut JAAN adalah kebohongan belaka.
“Tidak ada lumba-lumba di alam yang bermain bola. Tidak ada lumba-lumba di alam loncat dengan lingkaran yang ada apinya. Tidak ada lumba-lumba yang ke darat untuk berfoto. Tidak ada lumba-lumba yang melakukan atraksi-atraksi konyol,” sebut Benfika.
Sirkus lumba-lumba keliling. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Faktanya, di habitat asli mereka lumba-lumba hidup berkelompok. Lumba-lumba suka menjelajah dan berburu makanan. Mereka tak biasa diberi makan layaknya yang terjadi di praktik sirkus lumba-lumba.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, di tengah tentangan yang terus menerus disuarakan, salah satu penyelenggara sirkus lumba-lumba, Wesut Seguni Indonesia (WSI), tetap beragumen apa yang mereka lakukan merupakan bentuk edukasi dan konservasi. Meski dalam praktiknya mereka tak menampik ada usaha bisnis di balik itu.
“Jadi dari tiket ini kita untuk menghidupi yang di sana (lumba-lumba). Lumba- lumba yang di sana untuk perawatan, pengembangan menjaga mereka biar dan juga satwa-satwa yang lain,” ungkap asisten manajer WSI, Romi kepada kumparan, Selasa (23/10).
WSI sebagai penyelenggara sirkus, mengaku pihaknya selama ini menyelamatkan beberapa lumba-lumba yang terdampar. Dengan merawat mereka di kolam hal itu mampu membuat sang lumba-lumba tetap hidup.
“Dari hasil ada yang terdampar kita rawat di kolam kita, tapi kalau di laut ngerawatnya gimana juga,” Romi berujar.
Sirkus lumba-lumba keliling. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Namun, keterangan berbeda justru disampaikan oleh JAAN terkait konservasi lumba-lumba. Menurut JAAN menyelamatkan lumba-lumba yang terdampar hanyalah kebohongan semata. Penyelenggara sirkus disebut menyuruh nelayan menangkap lumba-lumba dengan iming-iming imbalan lumayan.
ADVERTISEMENT
“Nelayannya dikasih 3 atau 4 juta sebagai pengganti BBM lalu diangkut ke muara lalu mereka ambil. Kemudian mereka lapor ke Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bahwa mereka menyelamatkan dari nelayan. Nah itu modusnya,” ungkap Benfika.
Saat ini, JAAN terus memperjuangkan supaya praktik sirkus lumba-lumba bisa dihentikan. Banyaknya mudarat daripada manfaat adalah landasan yang selama ini dijadikan pijakan.
“Kami berharap bukan hanya lumba-lumba tapi juga satwa liar lainnya yang ada di Indonesia ini, biarkanlah mereka hidup liar di alamnya,” tutup Benfika.
----------------------------
Bagaimana kisah sirkus lumba-lumba keliling saat ini? Simak ulasan lengkapnya dalam story-story berikut.
ADVERTISEMENT