Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
ADVERTISEMENT
“212… Sah… Ditunggangi”
Coretan tiga kata itu masih membekas di papan tulis ketika kumparan bertandang ke sebuah rumah di Jalan Malabar, Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis (6/12).
ADVERTISEMENT
Iskandar Sitompul duduk di seberang meja bersebelahan dengan Eko Wiratmoko. Keduanya adalah purnawirawan yang ikut menghidupi Tim Cakra, salah satu tim pendukung Jokowi bentukan Luhut Panjaitan―Menko Maritim dengan pengalaman militer kental, yang juga orang kepercayaan Jokowi.
Berada di tim Luhut, Iskandar pensiun dengan pangkat terakhir Laksamana Muda, sedangkan Eko menyandang pangkat akhir Letnan Jenderal. Keduanya menaruh perhatian pada Reuni 212 yang digelar Minggu (2/12), namun tak mau bicara banyak soal coretan “212” di papan ruangan markas Tim Cakra itu.
“Hanya kerjaan para relawan,” kata mereka. “Itu untuk kami sajalah,” imbuhnya, singkat.
Aksi 212 jadi perbincangan di kalangan Tim Cakra. Mereka yakin, ada kepentingan politik capres lawan, kubu Prabowo Subianto, terselip di dalamnya. Tim Cakra khawatir model pengerahan massa berlandas agama bakal memecah umat Islam.
ADVERTISEMENT
“Saya enggak usah sebut kelompoknya, kalian sudah tahu. Itu diadu domba supaya tidak rukun. Misalnya NU-Muhammadiyah, itu kan (organisasi) besar-besar. Banyak yang suka adu domba. Tapi saya yakin dengan adanya Ma’ruf Amin (sebagai cawapres Jokowi) bisa menyejukkan suasana,” kata Iskandar.
Namun, bukan cuma Reuni 212 yang menjadi perhatian. Cuitan Duta Besar Arab Saudi , Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi, ikut mewarnai aksi tersebut. Melalui akun Twitter resminya, @Os_alshuibi, Osama menyebut Reuni 212 digelar sebagai reaksi atas pembakaran bendera tauhid yang dilakukan kelompok “sesat”.
Kicauan itu tercatat muncul saat Reuni 212 berlangsung. Osama juga ikut menyebut pihak yang ikut serta dalam aksi 212 seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang berasal dari Gerindra, partai Prabowo.
ADVERTISEMENT
Iskandar mahfum pesta politik di Indonesia selalu menarik bagi negara sahabat. Ada berbagai wujud intervensi negara sahabat, dan kicauan itu mungkin salah satunya. Tapi tentang kemungkinan intervensi ini, Iskandar tak mau gegabah. Menurutnya, lebih baik urusan itu diselesaikan melalui Kementerian Luar Negeri.
“Itu kan politik luar negeri. Namun yang pasti kalau dari kacamata kami, semua negara itu memang ingin ikut campur di negara orang lain,” kata dia.
Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin menganggap kicauan Osama tak elok bagi hubungan Indonesia dan Arab Saudi. Menurut Wakil Ketua TKN Jokowi, Abdul Kadir Karding, Aksi 212 merupakan perkara sensitif dalam politik Indonesia, sehingga seorang duta besar tak layak melempar komentar apa pun atas aksi itu.
ADVERTISEMENT
Ia menganggap cuitan Osama memperkeruh kondisi politik nasional. Pasalnya, lanjut Karding, 212 merupakan aksi yang rumit. Ia menilai aksi itu disusupi kelompok Islam radikal, juga kampanye politik. Oleh sebab itu, kata dia, mestinya Osama tak berucap apa pun.
“Itu merugikan Arab Saudi, karena (pemerintah) Arab Saudi dipersepsikan publik (melekat) dengan dubesnya,” kata Karding di markas pemenangan Jokowi, Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (7/12).
Kapitra Ampera, mantan pengacara Prabowo yang kini menjadi caleg PDIP, mengaku tak heran dengan cuitan Osama. Menurut dia, Osama memang memiliki kedekatan politik dengan Prabowo.
Kedekatan itu mulai dijalin saat Osama menjadi Atase Militer Arab Saudi untuk Indonesia-Singapura. Ketika itu, Osama mengenal Prabowo melalui Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Zaitun Rasmin, dan Bendahara Presidium Alumni 212, Ahmad Bukhori Muslim.
ADVERTISEMENT
Zaitun aktif dalam Gerakan 212. Ia duduk sebagai Wakil Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) yang terlibat Aksi 212 sejak 2016.
Menurut Kapitra, Zaitun kemungkinan merapat ke kubu Prabowo, meski tak masuk struktur kepengurusan partai maupun Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi. “Jadi tidak secara langsung,” kata Kapitra.
Secara terpisah, Ketua GNPF Ulama dan Koordinator Reuni 212, Yusuf Martak, mengatakan Osama pernah datang ke resepsi pernikahan anak Zaitun. Namun ia tak mau buru-buru menyimpulkan kedekatan itu secara politik. Sebab, ujarnya, Osama akrab dengan berbagai kelompok Islam.
“Dia punya komunikasi dan pergaulan yang cukup bagus. Bahkan saya mengenal Osama sebelum dia menjadi dubes,” kata Martak saat berbincang dengan kumparan di Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (6/12).
ADVERTISEMENT
Zaitun sendiri tak mau berkomentar soal kedekatannya dengan Osama.
Kedekatan Osama dengan Prabowo terekam dalam laporan Arab News edisi 25 September 2018 dalam berita berjudul Presidential candidate Prabowo among Indonesian VIPs attending Saudi national day.
Artikel tersebut memuat foto Prabowo yang menjadi salah satu tamu kehormatan pada perayaan Hari Nasional Arab Saudi, di Jakarta. Prabowo hadir bersama Anies Baswedan, Fadli Zon, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan sebagai tamu VIP acara tersebut.
Penelusuran kumparan pada akun Twitter Osama menunjukkan sang Dubes menjadi pengikut akun Prabowo di Twitter. Prabowo adalah satu-satunya tokoh publik dari Indonesia yang diikuti Osama. Dan Osama tidak mengikuti Jokowi.
Kedekatan apa pun yang dijalin oleh Osama, tetap saja membuat PDIP, pengusung capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin, berang. Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Andreas Pareira menyatakan Osama seharusnya paham jabatan yang ia emban ketika berkicau soal Reuni 212. Menurutnya, kicauan itu tak laik diucap seorang dubes, melanggar etika diplomasi, dan bentuk intervensi.
ADVERTISEMENT
“Pertemuan 212 sebagaimana dijelaskan panitia di berbagai media adalah pertemuan reuni, bukan seperti yang dimaksud oleh Dubes Arab Saudi. Kalau kedekatan pribadi dan hubungan pribadi (dengan siapa) itu urusan beliau,” tegas dia.
Tak heran PDIP mendukung langkah Kementerian Luar Negeri memberikan peringatan keras kepada sang Dubes.
Namun cuitan Osama ini bermakna sebaliknya bagi Gerindra. Fadli Zon, anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, menganggap Osama hanya menyampaikan pendapat tanpa bermaksud menyerang organisasi tertentu.
“Dia boleh dong berpendapat. Saya nggak tahu twitnya, (tapi) itu sah-sah saja. Negara lain berhak kok berpendapat. Jadi menurut saya, dia tidak menyebut dan tidak menuduh organisasi apa pun,” kata Fadli.
Politisi PKS Suhud Aliyudin menilai cuitan tersebut memang berisiko mengusik hubungan kedua negara. Namun cuitan itu pantas dimaklumi sebagai reaksi spontan. Osama merupakan sesama muslim yang merasa terpanggil dengan aksi pembakaran bendera tauhid.
ADVERTISEMENT
Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menduga pihak pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin selama ini hanya berlebihan menyikapi segala hal terkait aksi 212. Menurutnya tak ada kedekatan maupun niat politik dalam aksi itu.
“Kalau soal kedekatan dengan tokoh negara lain, Prabowo juga dekat dengan semuanya,” kata Muzani.
Namun tak semudah itu melihat dampak politik atas cuitan Osama. Pengamat politk LIPI Wasisto Jati menyebutkan ada niat politik di balik cuitan tersebut. Kubu di seberang pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin mendapat keuntungan dari cuitan Osama.
Menurutnya, Aksi 212 yang dihadiri Prabowo dan pendukungnya diyakini mendapat dukungan dari negara asal agama Islam, yakni Arab Saudi.
“Dengan adanya twit Dubes ini, mereka merasa terlegitimasi bahwa apa yang selama ini mereka perjuangkan ternyata mendapatkan perhatian dari dunia Islam, terutama Arab Saudi sebagai tempat di mana kiblat diarahkan,” ujar Wasisto.
ADVERTISEMENT
Selain itu dampak politik atas kicauan Osama juga cukup mahal. Jokowi kini harus turun tangan melalui kabinetnya untuk membela NU yang terlanjur terhina karena disebut sesat.
Pengajar bidang studi Arab dan Timur Tengah Universitas Bina Nusantara Tia Mariatul Kibtiah pemerintahan Jokowi perlu membayar kicauan Osama dengan langkah tegas terhadap pihak Arab Saudi.
“Jokowi harus action, kalau tidak dia akan kehilangan dukungan NU yang mayoritas di Indonesia, cost politiknya akan mahal,” kata Tia.
Kicau Osama sudah terlanjur nyaring terdengar di tengah aksi 212. Menurutnya Aksi 212 juga sudah menunjukkan niat politik. Apalagi Prabowo sudah terlanjur mencak-mencak dengan menyebut aksi dengan dukungan masa 11 juta tak mendapat cukup perhatian media nasional.
ADVERTISEMENT
Padahal perhitungan masa menggunakan perhitungan aplikasi Map Developers, aksi itu hanya menunjukkan jumlah massa paling banyak di Monas dengan jumlah 854.676 orang. Jika ruas pengelompokkan massa ditambahkan dengan tempat lain di sekitar Monas maka jumlahnya hanya mencapai 2.136.690 jiwa.
Perhitungan melalui aplikasi ini menggunakan metode Herbert Jacob berdasar foto kepadatan aksi dalam kompleks Monas, Jalan Medan Merdeka, hingga Bundaran HI dan sekitarnya.
“Sekarang auranya lebih anti-Jokowi. Sosok Prabowo didatangkan ke panggung di sana. Saya lihat, makin ke sini justru semangat amar ma’ruf nahi munkar, jihad yang awalnya menjadi nilai ideal dalam reuni, justru makin kabur,” tutup Wasisto.
***
Update: Senin malam (10/12), Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil, mengabarkan lewat akun media sosialnya bahwa Dubes Osama telah meminta maaf kepada Nahdlatul Ulama. Permintaan maaf disampaikan melalui Yenny Wahid, putri mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur―Ketua Umum PBNU periode 1984-1999.
ADVERTISEMENT
Berikut petikan ucapan Dubes Osama seperti diunggah Gus Yaqut dalam Facebook-nya:
Saya cinta rakyat Indonesia. Saya menghargai NU, Muhammadiyah, dan semua organisasi Islam. Seseorang mencoba menghancurkan hubungan baik antara saya dengan Nahdlatul Ulama, antara saya dan rakyat Indonesia. Sampaikan salam hangat kepada saudari saya. Insyaallah saya akan kembali minggu depan untuk menyelesaikan semuanya.
Gus Yaqut pun meminta Nahdliyin untuk menerima permohonan maaf Osama. “Kita saling memaafkan. Ini yang diajarkan agama. Ini yang diteladankan sang junjungan, Nabi Muhammad SAW.”
------------------------
Simak rangkaian laporan lengkapnya di Liputan Khusus kumparan: Cuitan “Sesat” Dubes Saudi