Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Rara mengernyitkan dahi. Grup WhatsApp orang tua murid di kelas anaknya mendadak diinvasi meme dan percakapan politik. Seorang ibu anggota grup WhatsApp itu mengirim gambar Sandiaga Uno, cawapres Prabowo Subianto , tengah berpose keren mengenakan kacamata hitam. Foto itu disertai kalimat bujuk rayu, “Hai Emak-emak, dukung Abang kan?”
ADVERTISEMENT
“Belum tentu,” jawab Rara sambil geleng-geleng kepala, namun memuji kreativitas si pembuat meme. “Gercep--gerak cepat--sekali. Belum juga seminggu capres-cawapres daftar ke KPU,” ujarnya dalam hati.
Masih di hari itu, Rara kembali melihat meme serupa tapi tak sama. Kali ini, bukan hanya gambar Sandiaga yang terpasang pada meme, melainkan parade empat lelaki ganteng--Prabowo muda, Agus Harimurti Yudhoyono, Sandiaga, dan Tommy Soeharto.
Potret Prabowo dan AHY pada meme tersebut berseragam militer, saat keduanya masih aktif di dinas ketentaraan. Partai AHY, Demokrat pimpinan sang bapak, Susilo Bambang Yudhoyono, memang mendukung Prabowo meski tak ikut mengusungnya.
Idem, partai Tommy dan Titiek Soeharto, Berkarya, juga berada di barisan Prabowo. Itu sebabnya meme ‘parade empat lelaki ganteng’ tersebut diunggah Dewan Pimpinan Pusat Partai Berkarya di akun Instagram mereka disertai ajakan.
ADVERTISEMENT
“Ketika para lelaki ganteng bersatu, maka jangan ragu, akan banyak emak-emak yang Permak Bodi = Persatuan Emak-emak untuk Prabowo-Sandi. Ayo ikut Permak Bodi--Persatuan Emak-emak Pendukung Prabowo-Sandi.”
Meme tersebut kemudian malah dicibir sebagian ibu yang merasa kaumnya sekadar dijadikan objek dalam politik--yang seolah mudah takluk karena kegantengan semata.
Akronim ‘Permak Bodi’ pun dikritik karena tak tepat secara semantik. ‘Permak’ punya makna ‘mengubah’, sedangkan bodi (body dalam Bahasa Inggris yang telah diserap Bahasa Indonesia) memiliki arti ‘bentuk tubuh’.
Jadi, apa urusannya dukung-mendukung politik dengan mengubah bentuk tubuh?
Meski tentu, kelompok ibu lainnya tak melihat itu sebagai masalah. Mereka santai saja, menganggap banjir meme dan singkatan sesat semantik itu tak lebih dari kreativitas para pendukung Prabowo-Sandi.
ADVERTISEMENT
Maklum saja, ini tahun politik. Kedua kubu, Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi, tentu akan mengerahkan segala daya dan cara untuk menggaet suara sebanyak mungkin.
Permak Bodi--yang lambangnya digambarkan dengan tiga ibu berjilbab yang masing-masing memegang pedang, panci, dan pena--bahkan punya akun media sosial sendiri di Facebook, serta wara-wiri dengan tagar #PermakBodi di lini masa Twitter.
Tak heran, sebab emak-emak memang pasar besar, dengan daya dorong kemenangan yang terlalu menggiurkan untuk diabaikan.
Pilkada Jawa Timur jadi salah satu bukti. Di provinsi itu, ‘the power of emak-emak’ yang dimotori Muslimat Nahdlatul Ulama, berjaya mengantarkan Khofifah dan Emil Dardak ke tampuk kursi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur.
Maka wajar saja untuk menandingi 100-an juru bicara Jokowi, kubu Prabowo berniat mengandalkan emak-emak sebagai juru kampanye mereka.
ADVERTISEMENT
“Juru bicara Jokowi gemuk, tapi secara substansi kami jauh lebih gemuk--ada jutaan orang emak-emak di seluruh Indonesia di tingkat grassroot. Kami punya jalur komunikasi khusus dengan mereka,” kata Ketua DPP Partai Gerindra, Habiburokhman, di Hotel Ibis Budget, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (16/8).
“Kami bukannya mengabaikan angka-angka ekonomi makro yang kelihatan bagus, tapi emak-emak itu paham saat ini kondisi ekonomi sangat memprihatinkan. Harga-harga melambung tinggi--telur, daging. Listrik juga mahal,” imbuh Habiburokhman.
Prabowo-Sandi sejak awal membidik emak-emak. Sandi--yang lebih sering terlihat bersama emak-emak ketimbang Prabowo--mencari-cari dan menyapa emak-emak dalam pidatonya usai pendaftaran capres-cawapres, Jumat (10/8).
“... kita tahu (seperti apa) ‘the power of emak-emak’,” kata Sandi disambut seruan riuh para ibu di kantor KPU.
ADVERTISEMENT
Menurut Sandi, ibu-ibu rumah tangga paling banyak memberi masukan padanya, terutama soal harga bahan kebutuhan pokok sehari-hari. Wakil Gubernur DKI Jakarta 10 bulan itu pun mendorong para ibu untuk mendirikan kelompok-kelompok relawan guna berpartisipasi dalam Pemilu Presiden 2019.
Nurdiati Akma amat sibuk. Selasa (14/8), sehari sebelum keberangkatannya ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, ia memimpin deklarasi dukungan untuk Prabowo-Sandi bersama rekan-rekannya di kelompok Ustazah Peduli Negeri. Deklarasi digelar pagi hari di Gedung Haji Aisyiyah, Tebet, Jakarta Selatan.
“Kami, perkumpulan Ustazah Peduli Negeri di seluruh Indonesia dengan seluruh jamaahnya, terdiri dari emak-emak militan dan perempuan mujahidah, siap mendukung Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia dan Sandiaga Salahuddin Uno sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2019-2024. Allahu Akbar,” demikian petikan deklarasi yang dibacakan Nurdiati dan kawan-kawan.
ADVERTISEMENT
Nurdiati bukan orang baru dalam dunia politik. Ia duduk di DPR RI periode 1999-2004 sebagai anggota Fraksi Amanat Nasional. Ia juga menjabat Ketua Forum Silaturahmi Antar-Pengajian, anggota Dewan Pakar Dewan Masjid Indonesia, Ketua Wilayah Aisyiyah (badan otonom perempuan Muhammadiyah) Jakarta, dan tergabung dalam forum Gubernur Muslim Jakarta yang kemudian menjadi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama.
Nurdiati bercerita, deklarasi Prabowo-Sandi di Gedung Aisyiyah diinisiasi spontan tiga hari sebelumnya lewat obrolan ringan emak-emak sebelum pengajian.
“Kalau pengajian kan pada ngobrol, rumpi. Ada yang bilang, ‘Aduh, tadi di pasar harga telor kok jadi Rp 40 ribu sekilo, daging naik sekian, gimana dong?’ Emak-emak kan merasakan pahitnya tatkala sembako naik,” kata Nurdiati kepada kumparan di Kuningan, Jakarta Selatan, malam usai deklarasi.
Emak-emak Ustazah Peduli Negeri tidak tiba-tiba mendukung Prabowo-Sandi. Mereka sudah bersama Sandi di Pilkada DKI Jakarta 2017 saat Sandi maju mendampingi Anies Baswedan. Jadi, kali ini sokongan serupa mereka berikan.
ADVERTISEMENT
“Dengan munculnya nama Sandi (sebagai cawapres), di benak kami masih ada (memori) tatkala kami dulu memperjuangkan Anies-Sandi di Jakarta,” kata Nurdiati.
Ia dan rekan-rekannya percaya, pengalaman Sandi di sektor ekonomi sebagai pengusaha dapat mengentaskan bangsa dari dera persoalan ekonomi.
Untuk itu, Ustazah Peduli Umat di bawah komando Nurdiati menyiapkan strategi branding untuk memenangkan Prabowo-Sandi. Branding itu nantinya disebarkan kepada para jemaah di sela pengajian rutin, juga melalui acara diskusi dan seminar.
Nurdiati yakin cara tersebut akan efektif, sebab Ustazah Peduli Umat, menurutnya, punya jaringan di 28 provinsi, dan memiliki seribu majelis taklim di wilayah Jakarta--belum termasuk di daerah-daerah lain.
“Ustazah-ustazah akan turun ke bawah. Akan ada pertemuan-pertemuan rutin--pembinaan dan pembagian tugas untuk mengatur apa yang harus kami lakukan,” ujar Nurdiati.
ADVERTISEMENT
“Pak Sandi memang idola emak-emak,” kata dia.
Strategi menggaet emak-emak ala Prabowo-Sandi dinilai pengamat politik CSIS Arya Fernandes dan Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya cukup efektif dan tak bisa diremehkan. Apalagi jika digandengkan dengan gerakan #2019GantiPresiden.
Tambah lagi, potensi suara perempuan mencapai separuh dari total pemilih pada Pemilu 2019. Data KPU menunjukkan, pemilih perempuan di dalam negeri mencapai lebih dari 93 juta orang, sedangkan pemilih laki-laki sekitar 92 juta orang.
Selain emak-emak sebagai juru kampanye (dan target market), Prabowo-Sandi juga menyiapkan 10 juru bicara untuk Tim Pemenangan Nasional.
Beberapa di antara mereka ialah pakar ekonomi Kwik Kian Gie dan Rizal Ramli, mantan Menteri Energi Sudirman Said, dan ahli pemerintahan Ferry Mursyidan Baldan yang pernah menjabat Menteri Agraria di kabinet Jokowi serta Ketua Pansus RUU Pemilu Komisi II DPR.
ADVERTISEMENT
“Kami akan tampilkan jubir terbaik yang punya rekam jejak, kapasitas, dan menguasai bidangnya. Bukan jubir yang mengeluarkan pernyataan kontroversial,” ujar Andre Rosiade, anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra.
Sudirman diminta menjadi jubir oleh Prabowo, sedangkan Ferry oleh Sandi. Keduanya memang memiliki pertalian emosi dengan Prabowo dan Sandi.
Kedekatan antara Sudirman dan Prabowo terjalin sejak Pilkada DKI Jakarta 2017. Saat itu, Sudirman turut membantu memenangkan Anies-Sandi. Berikutnya pada Pilkada Jawa Tengah, giliran Sudirman yang diusung Gerindra menjadi calon gubernur--meski akhirnya kalah oleh Ganjar Pranowo.
Sementara Ferry--yang kini nonaktif dari NasDem--telah berteman dengan Sandi sedari dulu, saat ia masih di Golkar. “Saya juga kenal sama ibu dan pamannya Sandi,” ujarnya kepada kumparan, Kamis (16/8).
ADVERTISEMENT
Jubir Prabowo yang terdiri dari para pakar tersebut, menurut Yunarto, selayaknya diwaspadai pula oleh kubu Jokowi. Terlebih, Jokowi hingga kini masih menggunakan strategi umum--menampung orang sebanyak-banyaknya dalam tim sukses.
------------------------
Simak selengkapnya Liputan Khusus kumparan: Perang Jubir Jokowi vs Prabowo .