Mengusut Wafatnya Harun dan 2 Bocah Lainnya dalam Kerusuhan 22 Mei

25 Mei 2019 7:18 WIB
Kondisi kerusuhan di sekitar Bawaslu. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi kerusuhan di sekitar Bawaslu. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Harun (15) turut menjadi korban tewas dalam kerusuhan pada Rabu (22/5) di Slipi, Jakarta Barat. Keluarga syok karena tak tahu Harun datang ke lokasi kerusuhan yang pecah antara polisi dan massa.
ADVERTISEMENT
Saat mengunjungi keluarga korban, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut Harun dan anak-anak lainnya memang tak seizin orang tua.
Rekan Harun, Rijal Sumanto (15), yang turut bersama Harun saat tragedi terjadi, menyebut sahabatnya tewas diduga karena luka tembak pada Rabu (22/5) sekitar pukul 20.00 WIB.
Suasana pemakaman Harun, korban kerusuhan 22 Mei. Foto: Andesta Herli/kumparan
Menurut Rijal, Harun berada di flyover Slipi sejak siang. Sementara Rijal baru malam hari berada di lokasi. Saat itulah dia melihat Harun tertembak.
"Pas dia kena tembak dia sudah lemas, cuma mungkin pas jatuh itu dipukulin," imbuh Rijal kepada kumparan, usai pemakaman jenazah Harun, di TPU Kepa Duri, Jakbar, Jumat (24/5).
Soal alasan ikut aksi, Rijal mengaku karena alasan Pilpres, meski dia belum punya hak pilih. "Jadi dalam pemilu itu sebenarnya yang menang kan Prabowo, tetapi yang menang Jokowi. Ya, mau nyari keadilan aja," kata Rijal.
Suasana pemakaman Harun, korban kerusuhan 22 Mei. Foto: Andesta Herli/kumparan
Ayah Harun, Didin, terbelalak saat grup WhatsApp miliknya ada yang membagikan foto seorang anak dalam kondisi tak bernyawa menjadi korban kerusuhan di Slipi, Jakbar. Didin pun langsung mencari-cari anaknya.
ADVERTISEMENT
"Saya khawatir, apa mungkin dia ikut aksi. Ternyata ada yang share foto bahwa ada satu anak umur sekitar 14 tahun terkena tembakan polisi, katanya posisinya di Rumah Sakit Dharmais," tutur Didin di kediamannya di Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat,Jumat (24/5).
Peristiwa ini tentunya dibarengi dengan sebuah video yang menyebar luas di media sosial. Di video itu, ada beberapa oknum polisi terlihat memukuli warga.
Video itu sempat menimbulkan kontroversi dan menjadi pertanyaan. Ada yang mempercayai peristiwa pemukulan itu terjadi di Thailand, bukan di Indonesia.
Lokasi seorang warga dianiaya Polisi. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
kumparan kemudian mencoba menelusuri dan melakukan pengecekan lokasi peristiwa itu. Diperoleh informasi lokasi pemukulan itu berada di Tanah Abang, Jakarta Pusat, tepatnya di Kampung Bali.
ADVERTISEMENT
kumparan mencocokkan gambar di video dengan lokasi Kampung Bali. Ada kubah masjid dan juga tanah lapang, persis seperti di video.
Di lokasi ada beberapa petugas kepolisian yang terlihat mondar mandir mengamati. Ada juga anggota TNI berseragam.
Lokasi seorang warga dianiaya Polisi. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
Seorang tukang parkir, Adi, menjelaskan, lokasi penganiayaan bukan di halaman masjid, tetapi di pelataran parkir. Adi menyebut nama sebuah mal.
"Iya itu di parkiran depan," kata dia.
Menurut Adi, saat itu tak ada warga yang menolong korban, karena tak berani keluar. Adi menyebut korban yang dipukuli remaja setempat bernama Harun.
"Sebenarnya (pengurus) RW pengin ngebilangin ini warga, warga yang lain masuk (ke rumah), dia (Harun) keluar, jadi gitu. Salahnya Harun ada di lokasi itu, kenalah itu akibatnya," kata dia.
Kondisi kerusuhan di sekitar Bawaslu. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Blokade polisi menembakkan gas air mata ke arah massa di sekitar Bawaslu. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Adi mengaku tidak tahu cerita detail peristiwa itu. Yang jelas, Harun kemudian dievakuasi beberapa orang ke ambulans. Dia tidak tahu saat itu Harun telah meninggal atau tidak. Hingga akhirnya warga mendapat kabar Harun meninggal.
ADVERTISEMENT
(Update: Video yang viral itu sudah dijawab polisi. Orang dalam video tersebut adalah salah satu perusuh aksi 21-22 Mei bernama Andriyansyah alias Andri Bibir, berusia 30 tahun. Rekaman penangkapan Andri viral di media sosial. Polisi memastikan itu bukan Harun, yang kini sudah dikebumikan).
Tak hanya Harun, M Reyhan Fajari (16) juga ikut menjadi korban. Paman Reyhan, Iwan, lalu membagi cerita detik-detik ponakannya ikut kerusuhan.
"Jadi pada saat jelang sahur pukul 02.30 WIB itu anak-anak sebaya, dia lagi kumpul di masjid karena dia anggota remaja masjid," kata Iwan di kediaman Reyhan, Jalan Petamburan 5, Jakarta Pusat, Jumat (24/5).
Komioner KPAI, Sitti Hikmawaty dan Jasra Putra melayat ke rumah M. Reyhan Fajari, salah satu korban tewas dalam aksi 22 Mei. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Sebagai remaja masjid, kegiatan Reyhan saat kejadian pun tak jauh dari masjid. Pagi itu, dia bersama teman-temannya baru saja selesai membersihkan dan membereskan masjid.
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah selesai, Reyhan dan temannya mendengar ada kericuhan yang terjadi di Jalan KS Tubun, Petamburan. Mereka kemudian berjalan menuju jalan besar.
Belum sampai di jalan besar, massa berlarian ke arah Reyhan dan teman-temannya. Karena terdesak, Reyhan akhirnya jatuh. Saat itulah Reyhan diduga tertembak.
Letjen (purn) Sjafrie Sjamsoeddin (kedua kiri) saat mengunjungi kediaman almarhum Reyhan Fajari di Petamburan, Jakarta Pusat. Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan
"Ya prihatin, ya, istilahnya kenapa harus sampai pakai kekerasan gitu, kenapa harus pakai peluru kayak gitu," keluh Iwan.
Reyhan lalu dibawa ke masjid oleh teman-temannya. Karena tak kunjung sadar, Reyhan lalu dibawa ke rumah sakit. Reyhan akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Saat melihat jenazah Reyhan, keluarga mendapati ada luka tembak di pelipis Reyhan. Kini, keluarga berharap kasus penembakan ini diungkap tuntas oleh polisi.
"Harus diselesaikan kasus ini, harus diusut tuntas," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Rizki Ramadhan (17) alias Rama adalah korban terakhir yang diketahui masih di bawah umur. Warga Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, itu pamit kepada keluarga untuk menolong peserta aksi yang terluka.
Nenek Memeh, neneknya Rizki Ramadhan, korban dalam kerusuhan aksi 22 Mei. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
Teman-teman PKL Rizki Ramadhan. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
"Kata dia mau bantuin korban, angkat-angkatin. Ya udah saya bilang enggak usah ikut-ikutan gitu. Saya enggak tahu tuh sudah balik lagi ke sono," kata Memeh, nenek Rama, di kediamannya, Kamis (23/5).
Benar saja, saat tiba di titik kerusuhan di KS Tubun, Petamburan, Jakarta Barat, Rama membantu orang yang terkena tembakan. Namun nahas, Rama juga tewas diduga tertembak.
"Jadi dia (teman Rama) bilang bantuin orang ketembak kepalanya jadi dia angkat, bantuin. Abis dia ngangkat, dia yang kena. Kena belakangnya, langsung jatuh. Temen yang ngeliat langsung tolongin," sambungnya.
Sejumlah warga menggotong rekannya yang terluka dalam kerusuhan di tengah Jalan KS Tubun, Petamburan. Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
KPAI kini tengah menyelidiki kasus meninggalnya tiga anak dalam kericuhan 22 Mei. Hal tersebut disampaikan Komisioner KPAI Jasra Putra saat melayat ke rumah Reyhan Fajari.
ADVERTISEMENT
“Ada tiga anak yang meninggal. Iya tahap awal kita mendata dan menggali informasi terkait peristiwa ini, apakah anak-anak ini ada pihak yang melibatkan atau mungkin dia adalah korban dari situasi kerusuhan itu,” ujar Jasra di rumah duka almarhum Reyhan, Jalan Petamburan 5, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (24/5).
Selain itu, ia memastikan KPAI akan mengikuti perkembangan kondisi anak-anak lainnya yang masih dirawat saat ini. Hal itu guna memastikan anak-anak tersebut mendapatkan perawatan yang baik.
“Termasuk tentu yang sedang dirawat, kita pastikan dia ini memang dirawat secara baik. Sehingga korban tidak bertambah, angkanya tidak bertambah,” harapnya.
Massa membakar ban saat kerusuhan terjadi di Jalan Jati Baru Raya, Tanah Abang. Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Massa berhamburan ketika ditembakan gas air mata saat kerusuhan terjadi di Jalan Jati Baru Raya, Tanah Abang. Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
"Sampai tadi malam kita sudah ada koordinasi dengan Polda Metro Jaya tentang beberapa hal. Tapi untuk menindaklanjuti sampai sejauh mana, kami masih menunggu dulu,” timpal Komisioner KPAI Sitti Hikmawaty.
ADVERTISEMENT
“Kami juga akan ikut menginisiasi apabila memang diperlukan lebih lanjut dilaksanakan pemeriksaan terhadap forensiknya ya,” lanjutnya.
Kondisi kerusuhan di sekitar Bawaslu. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Anggota TNI melakukan salat ditengah kerusuhan di sekitar Bawaslu. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) juga turut mendesak Polri mengusut kasus tersebut secara profesional dan menjelaskan penyebabnya secara transparan.
"Pihak kepolisian harus menangani kasus tersebut secara profesional dan independen, serta menjelaskan ke publik secara transparan," ucap Wakil Ketua LPSK, Maneger Nasution, dalam keterangan tertulis, Kamis (23/5).
Selain itu, LPSK mendorong Komnas HAM ikut menyelidiki tragedi berdarah tersebut. Bahkan, sekiranya dibutuhkan, Komnas HAM dapat membentuk semacam Tim Pencari Fakta Independen dengan melibatkan unsur masyarakat sipil.
Kondisi kerusuhan di sekitar Bawaslu. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Kondisi kerusuhan di sekitar Bawaslu. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"LPSK bersiap menerima laporan dari publik yang merasa ada ancaman atas keselamatan jiwanya dan akan memprosesnya sesuai dengan mekanisme dan kewenangan LPSK," tutur Maneger.
ADVERTISEMENT
"Kami menghimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak terprovokasi, dan tidak main hakim sendiri," imbuhnya.
Belum ada yang bertanggung jawab atas meninggalnya ketiga anak tersebut. Kasus ketiganya masih dalam tahap pengusutan.
Polisi sudah membantah pihaknya menggunakan peluru tajam saat meredam massa. Polisi mengklaim hanya menggunakan peluru karet.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Polri kini juga sedang membentuk tim investigasi untuk menyelidiki peluru tajam yang ditemukan saat kerusuhan. Tim ini dibentuk untuk mengetahui dari mana peluru itu berasal. Sebab, aparat keamanan yang ditugaskan untuk menjaga aksi dilarang menggunakan peluru tajam.
“Bapak Kapolri sudah bentuk tim, membentuk tim investigasi yang dipimpin oleh langsung Wakapolri. Untuk mengetahui apa penyebabnya dan semua aspek sehingga ada korban dari massa perusuh,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal saat konferensi pers di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Kamis (23/5).
ADVERTISEMENT
“Sekali lagi, aparat PAM tidak ada yang dibekali peluru tajam dan senjata api, hanya ton (peleton) antianarkis,” timpal Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat dihubungi, Rabu (22/5).
Dedi mengungkapkan ada pihak tertentu yang memancing kericuhan dengan menyerang aparat kepolisian. Prediksi tersebut dianggap terbukti dengan adanya insiden penyerangan Mako Brimob di Petamburan, Jakarta Barat.
“Kan sudah diprediksi ada pihak yang menghendaki seperti itu rusuh, jatuh korban dan menyalahkan aparat,” tandasnya.
Anggota kepolisian menunjukkan tersangka kerusuhan di kawasan Bawaslu. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Konferensi pers kerusuhan di kawasan Bawaslu. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Anggota kepolisian menunjukkan tersangka kerusuhan di kawasan Bawaslu. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sejauh ini, Polda Metro Jaya sudah menetapkan 257 tersangka perusuh. Ke 257 tersangka tersebut ditangkap Polda Metro Jaya dari 3 tempat berbeda. Paling banyak merupakan perusuh di Petamburan.
Dari hasil pemeriksaan, empat dari mereka terbukti positif menggunakan narkoba dan merupakan perusuh bayaran.
ADVERTISEMENT
Berikut data korban meninggal dunia berdasarkan informasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dokter, dan keluarga korban:
1. Farhan Syafero (30 tahun) warga Grogol, Kota Depok, Luka tembak di dada tembus ke belakang pada Rabu (22/5). Di RS Budi Kemuliaan.
2. Adam Nurian (19 tahun), warga RW 2 Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Luka tembak di punggung pada Rabu (22/5). Dievakuasi ke RSUD Tarakan.
3. Rizki Ramadhan alias Rama (17 tahun), warga Jalan Slipi, Kebon Sayur, Kemanggisan, Slipi. Tewas dengan dua tembakan di dada dekat tenggorokan, dan bahu kanan tembus dada belakang pda Rabu (22/5). Dievakuasi ke RSUD Tarakan.
ADVERTISEMENT
5. M. Reyhan Fajari (16 tahun). Meninggal di RSAL Mintoharjo pada Rabu (22/5).
6. Abdul Ajiz (27 tahun). Meninggal di RS Pelni pada Rabu (2/5).
7. Bachtiar Alamsyah. Meninggal di RS Pelni pada Rabu (22/5).
8. Sandro (31 tahun). Meninggal di RSUD Tarakan pada Kamis (23/2) usai dirawat sejak Rabu (22/5).