Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK ) adalah pilihan hidup. Mereka menjadi ‘robot seks’ dan siap bersikap profesional kepada pelanggan.
ADVERTISEMENT
Menjadi PSK bukan lagi karena desakan kebutuhan ekonomi, namun lebih pada pemenuhan gaya hidup. Pikir mereka, sudah kepalang tanggung terjun ke dunia malam dengan penghasilan yang cukup aman, mengapa harus bekerja seperti pada umumnya dengan gaji yang lebih rendah.
Para PSK sadar betul risiko yang bakal mereka hadapi. Dari kemungkinan melahirkan anak yang tak jelas siapa bapaknya, hingga ancaman tertular penyakit mematikan HIV/AIDS.
Masing-masing PSK punya cara tersendiri menghadapi risiko tersebut. Saat menyadari dirinya hamil, ada yang memutuskan menggugurkan kandungan mereka, ada juga yang memilih tetap melahirkan dengan selamat meskipun akhirnya si bayi diberikan kepada orang lain.
Ada juga PSK yang memilih menitipkan bayi kepada orang tua di kampung atau diberikan ke panti asuhan. Di kawasan lokalisasi Puncak, Jawa Barat, ada germo yang bersedia mengasuh anak PSK dan membesarkannya di kawasan lokalisasi.
ADVERTISEMENT
Para PSK juga rata-rata tak mau menyusui anaknya karena khawatir payudara mereka kendor. Bayi-bayi itu minum susu formula, sedangkan ASI ibu mereka, justru dinikmati oleh pria pelanggan. Bagi PSK , itu adalah salah satu bentuk profesionalitas kerja.
Tak mudah memang menjadi anak PSK. Lantas bagaimana nasib anak-anak tak berdosa itu?
Simak selengkapnya konten spesial Nestapa Anak PSK melalui tautan di bawah ini: