Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
QnA: Venezuela Punya Dua Presiden, Ada Apa Sih?
25 Januari 2019 14:12 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Aksi protes ribuan orang yang diwarnai kerusuhan dan bentrokan kembali terjadi di kota-kota besar sepekan ini. Peserta aksi adalah pendukung Juan Guaido, pemimpin parlemen yang mendeklarasikan diri jadi presiden.
Sementara Presiden Venezuela Nicolas Maduro menganggap ini adalah upaya kudeta yang dibekingi Amerika Serikat. Situasi kian pelik ketika Maduro mengusir pada diplomat AS dari negaranya.
Jadi, sekarang ada dua presiden di Venezuela?
Iya, pertama Presiden Nicolas Maduro yang menang pemilu dan dilantik Januari 2019. Kedua, Juan Guaido , pemimpin parlemen Majelis Nasional Venezuela yang mendeklarasikan diri jadi presiden sementara pada Rabu lalu (23/1).
Negara-negara sekutu Venezuela di kawasan, Kuba, Bolivia, Meksiko mendukung Maduro. Sementara Amerika Serikat, Brasil, Kanada, Chile, Kolombia, Peru dan beberapa negara lainnya, mengakui Guaido presiden baru Venezuela.
Maduro menang pemilu kan, kok enggak diakui?
ADVERTISEMENT
Maduro pertama kali menjadi presiden pada April 2013 setelah kematian Hugo Chaves. Pada pemilu itu, pria 56 tahun ini menang tipis dengan margin hanya 1,6 persen.
Kepemimpinan periode pertama Maduro diwarnai tata kelola perekonomian yang berantakan, memicu hyper-inflasi, dan memunculkan protes keras dari masyarakat. Dengan tingkat perekonomian ini, Venezuela nyaris menjadi negara gagal.
Harga-harga melonjak naik, kemiskinan meningkat, dan laporan korupsi merajalela di Venezuela. Kendati demikian, Maduro terpilih kembali untuk periode kedua pada pemilu Mei 2018 untuk enam tahun ke depan. Pada Januari 2019, Maduro dilantik presiden.
Parlemen yang dikuasai oposisi mengatakan pemilu itu kontroversial. Pasalnya jelang pemilu banyak tokoh oposisi yang dipenjara, diburu, hingga kabur keluar negeri. Pemilu tersebut akhirnya diboikot banyak partai oposisi karena dianggap tidak adil.
ADVERTISEMENT
Majelis Nasional Venezuela menyatakan pemilu tidak sah dan Maduro dianggap perampas kekuasaan atau "usurpador". Venezuela dinyatakan tidak punya presiden.
Jika kondisinya demikian, maka berdasarkan konstitusi Venezuela pasal 233 dan 333, kepemimpinan akan diambil alih ketua parlemen sebagai presiden sementara.
Inilah yang jadi dasar Guaido berani mendeklarasikan diri sebagai presiden pada 23 Januari lalu. Pria 35 tahun ini berjanji akan membentuk pemerintahan transisi dan menyelenggarakan pemilu.
Parlemen sudah bilang Maduro bukan presiden, kok dia membandel?
Karena Maduro tidak peduli apa pun kata Majelis Nasional, dia hanya manut pada Majelis Konstituen.
Majelis Konstituen, apa pula itu?
Majelis Konstituen adalah parlemen sementara yang isinya orang-orang Maduro. Alasan dia membentuk ini adalah karena parlemen sekarang dikuasai oleh oposisi.
ADVERTISEMENT
Parlemen Majelis Nasional menjadi satu-satunya sektor pemerintahan Venezuela yang tidak bisa dikendalikan Maduro. Akhirnya pada 2017 Maduro menggelar kembali pemilu parlemen untuk membentuk Majelis Konstituen Nasional.
Sejatinya Majelis Konstituen Nasional adalah parlemen sementara untuk merancang undang-undang baru dan reformasi. Namun pembentukan lembaga ini justru mengecilkan peran Majelis Nasional pimpinan Guaido.
Maduro mengabaikan setiap keputusan Majelis Nasional, hanya patuh pada Majelis Konstituen yang notabene adalah bentukannya sendiri.
Emangnya parah ya krisis ekonomi Venezuela?
Bukannya parah lagi, tapi parah banget. Venezuela mengalami yang namanya "resource curse", ketika sumber daya yang melimpah tak mampu menghidupi rakyatnya.
Venezuela punya cadangan minyak mentah terbesar di dunia. Namun anjloknya harga minyak pada 2016 menyebabkan krisis ekonomi hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Tingkat inflasi tahunan Venezuela mencapai 1,3 juta persen pada 12 bulan hingga November 2018, berdasarkan studi Majelis Nasional. Kebutuhan pokok mulai dari makanan hingga tisu toilet menjadi langka, diimpor dengan harga selangit.
Mata uang Bolivar menjadi hampir tidak berharga di hadapan mata uang lain. Saat ini, 1 Bolivar sama dengan USD 0,00064. Dibandingkan Rupiah, 1 Bolivar itu sama dengan Rp 9.
Bulan ini Maduro meningkatkan upah minimum hingga 300 persen menjadi 18,000 bolivars atau Rp 162 ribu. Namun masih belum mampu meningkatkan taraf hidup warga.
Pada akhir 2018, harga-harga meningkat dua kali lipat setiap 19 hari. Akibat kesulitan hidup, sekitar 3 juta warga Venezuela telah meninggalkan negara itu sejak 2014.
ADVERTISEMENT
Maduro dianggap salah urus negara dan strategi ekonominya gagal. Namun dia menyalahkan Amerika Serikat dan sekutunya yang melakukan perang ekonomi.
Baiklah, lalu apa langkah Guaido selanjutnya?
Secara praktis, Guaido tidak punya kekuatan apa-apa walau diakui AS dan negara-negara Barat. Sejauh ini dia terus mengupayakan perlawanan terhadap Maduro hingga "Venezuela dibebaskan".
Guaido harus bisa menggulingkan Maduro jika mau langgeng. Kuncinya adalah menggerakkan rakyat atau angkatan bersenjata.
Sebagian kecil militer memang menentang Maduro, tapi mayoritas berada di pihak pemerintah berkat gaji tinggi dan tunjangan menggiurkan.
Guaido telah menjanjikan amnesti bagi seluruh aparat yang berhasil menggulingkan Maduro. Namun belum ada reaksi.
Ada lagi opsi menggulingkan Maduro lewat intervensi Amerika Serikat seperti halnya Saddam Hussein di Irak. Namun tidak ada yang mendukung opsi ini, baik dari Kongres AS maupun militer. Rakyat AS juga tidak ingin terlibat perang lagi di negara lain.
ADVERTISEMENT