Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Cerita Lahirnya BLITS, Mobil Listrik Anak Bangsa untuk Reli Dakar
31 Juli 2018 8:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Tampilan dua mobil buatan anak bangsa ini begitu garang setelah selubung merah dibuka oleh Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Joni Hermana bersama Rektor Universitas Budi Luhur, Pejabat PLN dan jajaran dosen, di Workshop PUI-SKO ITS pada Senin (30/7) malam. Kasuari dan BLITS siap menjelajah nusantara dalam 15.000 kilometer untuk menguji ketangguhannya di berbagai medan pertengahan Agustus mendatang.
ADVERTISEMENT
Bermula dari mobil PLN-BLITS . Dari bentuknya, mobil ini memang dikembangkan diawali ide gila untuk mengikuti Reli Dakar mewakili Indonesia. Pengembangan mobil ini juga bentuk kerjasama ITS Surabaya dengan Yayasan dan Universitas Budi Luhur. Tak heran namanya, BLITS (Budi Luhur-ITS).
"Sebenarnya lebih pada transfer-knowledge antara kami (ITS Surabaya) dengan mereka (Universitas Budi Luhur). Supaya lebih paham bermain dalam pengembangan otomotif," urai Muhammad Nur Yuniarto, Direktur Eksekutif PUI-SKO (Pusat Unggulan IPTEK-Sistem Kontrol Otomotif) ITS kepada kumparan.
Mobil listrik BLITS memang khusus difungsikan untuk mobil balap dengan kapasitas dua orang, pengemudi dan navigator. Mobil dengan dominasi warna biru dan putih ini bertenaga baterai 100 kWh dengan daya tempuh mencapai 400-500 kilometer sekali pengisian daya (charging).
Sedangkan, Kasuari merupakan mobil hybrid. Mobil ini menggunakan bahan bakar kelapa sawit atau minyak CPO. Mobil ini juga dilengkapi pendingin udara di dalamnya.
ADVERTISEMENT
"Kami sebenarnya fokus dengan perkembangan minyak CPO yang tidak bisa diekspor ke luar negeri karena larangan tertentu. Kasihan para petani sawit atau perusahaan yang telah mengembangkan produksi ini. Sehingga kami coba buat suatu sistem jadi suplai minyak dari kelapa sawit tetap bisa dimanfaatkan di dalam negeri," terang Nur.
Kasuari sendiri diambil dari fauna asli khas Papua. Selain sebagai kebanggaan salah satu wilayah kesatuan tanah air. "Burung Kasuari menggambarkan sifatnya yang tenang dan memikat tapi cukup garang ketika dirinya terusik," ujar Nur.
Semangat Merah Putih
Nur Yuniarto mengaku, proyek pembuatan dua mobil tersebut tak lepas dari ide gila mereka yang membayangkan mobil bikinan lokal bisa mengikuti ajang bergengsi internasional Reli Dakar. Ide tercetus saat terjalin kerjasama ITS dengan Universitas Budi Luhur yang tengah mengembangkan riset kendaraan listrik dan hybrid.
Gayung bersambut, ide itu mendapat dukungan dari mantan pereli Dakar Wakil Indonesia Kasih Hanggoro yang kini menjabat sebagai Ketua Yayasan Budi Luhur Cakti.
ADVERTISEMENT
"Motivasi awal kami sebenarnya diawali dari ide gila yaitu Ingin mengikuti Reli Dakar tahun 2019 dengan menggunakan kendaraan listrik buatan kita sendiri," ujar Nur.
"Selama ini wakil Indonesia beberapa kali ikut tapi tidak pernah sampai finish. Lalu kalau hasilnya sama-sama belum tentu sampai finish, kenapa tidak kita ikut pakai mobil listrik buatan sendiri," ujar Nur.
Nah, rute yang harus dilalui dalam Reli Dakar bukanlah mudah. Banyak medan menantang dengan jarak ratusan kilometer. Maka, uji coba yang matang harus dilalui oleh mobil BLITS untuk bisa lolos dalam kepesertaan pada Reli Dakar edisi 2019.
Ekspedisi berjudul Explore Indonesia sepanjang 15.000 kilometer menjadi ajang pembuktian ketahanan mobil yang dibangun oleh 25 anggota kru tersebut. Rencananya, start akan digelar pada 18 Agustus 2018 setelah pesta peringatan kemerdekaan RI. "Untuk titik start-nya masih akan kita kaji kembali. Apakah dari Sabang atau Surabaya," ujar Nur.
ADVERTISEMENT