Angela Merkel: Dunia Politik dan Sains Butuh Lebih Banyak Perempuan

19 November 2018 9:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Angela Merkel. (Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke)
zoom-in-whitePerbesar
Angela Merkel. (Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke)
ADVERTISEMENT
Nama Angela Merkel dalam politik dunia bukanlah nama yang asing. Kanselir Jerman perempuan pertama ini sudah berkecimpung di dunia politik selama berpuluh-puluh tahun lamanya.
ADVERTISEMENT
Karier politiknya di Jerman dimulai dari memenangkan kursi di parlemen sebagai perwakilan daerah. Ia kemudina menjabat sebagai Menteri Perempuan dan Pemuda, lalu berganti menjadi Menteri Lingkungan dan Keamanan Nuklir, pemimpin partai CDU, hingga akhirnya ia menjadi kanselir perempuan pertama di Jerman hingga saat ini.
Tak heran, ia menjadi sosok perempuan yang dikagumi dan menginspirasi. Bagaimana tidak, Angela Merkel bahkan menduduki peringkat keempat sebagai orang paling berkuasa di dunia versi majalah Forbes 2018. Kemudian di antara jajaran perempuan, ia menempati posisi nomor satu di dunia selama delapan tahun berturut-turut hingga 2018 ini.
Selain kiprahnya di dunia politik yang menuai berbagai pujian, kepeduliannya terhadap isu keseteraan gender bagi perempuan pun tak boleh dilewatkan.
Kanselir Angela Merkel (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
zoom-in-whitePerbesar
Kanselir Angela Merkel (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Dilansir The Guardian, dalam sebuah acara peringatan 100 tahun hak pilih perempuan di Berlin pada 12 November lalu, Angela Merkel berpidato bahwa kita semua masih memiliki banyak ‘tugas’ untuk mencapai kesetaraan gender yang adil. Terutama dalam dunia politik, bisnis, sains, dan tradisi.
ADVERTISEMENT
“Tujuannya adalah untuk mencapai kesetaraan, dan kesetaraan di mana-mana,” ungkap perempuan berusia 64 tahun ini.
Di Jerman sendiri, Angela Merkel mengakui bahwa sudah banyak yang telah dicapai selama beberapa dekade terakhir dalam jalan menuju keseteraan gender. Hal tersebut dilihat dengan mulai ramainya menteri, anggota parlemen, dan tokoh politik perempuan yang turut aktif di dalamnya.
Meski demikian, ia pun mengungkapkan fakta bahwa terdapat penurunan jumlah politikus perempuan di Bundestag (parlemen federal Jerman) di tahun ini dari 36,5 persen menjadi 30,9 persen.
Angela Merkel dan Recep Tayyip Erdogan. (Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis)
zoom-in-whitePerbesar
Angela Merkel dan Recep Tayyip Erdogan. (Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis)
Peran perempuan dalam dunia bisnis di Jerman pun terbilang jauh berbeda dibandingkan dengan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, sekitar 90 persen perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar, setidaknya memiliki dua perempuan di jajaran pimpinan perusahaan. Sedangkan di Jerman hanya 17 persen yang memenuhi kriteria ini.
ADVERTISEMENT
“Saya berharap ini menjadi hal yang umum dan biasa bagi laki-laki dan perempuan untuk berbagi pekerjaan. Mulai dari membesarkan anak, pekerjaan rumah tangga, dan tidak ada paksaan soal peran yang didasari oleh jenis kelamin,” jelasnya.
“Dan tentu, saya harap kita tak perlu menunggu hingga 100 tahun lamanya untuk bisa mencapai hal tersebut,” tambahnya.
Dalam pidatonya tersebut, Angela Merkle juga menyampaikan bahwa perempuan harus didorong untuk aktif dan berperan dalam pekerajaan-pekerjaan masa depan yang berhubungan dengan teknologi.
“Kini, tak ada lagi yang menertawakan seorang gadis yang mengatakan jika ia ingin menjadi seorang kanselir,” tutup Angela Merkel.