Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Es di Gunung Everest mencair akibat pemanasan global. Melelehnya lapisan es dan gletser membuat jasad pendaki yang selama ini terkubur mulai terekspos. Ratusan mayat yang tersebar di setiap sisi Gunung Everest seakan jadi saksi ambisi petualang dunia untuk menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia itu.
ADVERTISEMENT
Lantas, apakah semua pendaki Gunung Everest bernasib sama? Nyatanya tidak. Janatan Ginting misalnya, laki-laki yang tergabung dalam Mahitala Unpar tersebut mencetak sejarah sebagai Seven Summiteer dari Indonesia pada usianya yang ke-23, bersama tiga orang teman lainnya. Seven Summiteer merupakan predikat bagi pendaki yang mampu mendaki tujuh puncak tertinggi dunia (7 Summits).
Berdasarkan pengalamannya tersebut, kali ini Janatan akan membagikan tips penting mengenai hal-hal yang mesti dipersiapkan sebelum memulai petualangan ke Gunung Everest , yang tentunya bisa jadi referensi menarik.
Apa saja? Simak ulasannya berikut.
1. Pengetahuan tentang Everest dan Pendakian
Menurut penuturan laki-laki yang akrab disapa sebagai Natan ini, knowledge atau pengetahuan tentang Gunung Everest menjadi bagian terpenting yang mesti dipersiapkan oleh para pendaki. Mulai dari kondisi geografis, cuaca, informasi, hingga skill yang dibutuhkan harus kamu ketahui sejak jauh-jauh hari.
ADVERTISEMENT
Dengan memiliki pengetahuan yang mumpuni, kamu dapat meminimalisir beragam resiko yang mungkin terjadi. "Intinya, sih, di persiapan, kalau persiapannya baik, risikonya makin kecil. Gimana caranya kita meminimalisir risiko yang ada," ungkapnya.
Ia mencontohkan beberapa risiko awam yang paling mungkin diderita pendaki saat melakukan pendakian. Misalnya saja hipotermia (penurunan suhu tubuh) atau frostbite (pembekuan bagian tubuh akibat terlalu lama berada di suhu dingin yang ekstrem dan mengakibatkan pendaki harus mengamputasi bagian tubuhnya.
"Frostbite, jatuh ke krevas (jurang glasier yang dalam dan luas), ada risiko jatuh ke situ, kan. Terus ada risiko hiportemia juga, risiko avalanche juga. Banyak, kan, risikonya, itu yang harus kita minimalisir dengan persiapan. Kita harus pelajari dan cari tahu tindakan pencegahannya supaya enggak terjadi," jelas Natan saat dihubungi kumparan lewat sambungan telepon pada Senin (25/3).
ADVERTISEMENT
2. Pengalaman Mendaki
Mendaki bukanlah proses yang mudah, apalagi Gunung Everest. Janatan sendiri pun bukanlah seorang pesulap yang tiba-tiba mampu menaiki puncak tertinggi dunia itu. Ia juga mengalami proses panjang dengan menaiki gunung-gunung tinggi lainnya secara bertahap sebelum memulai petualangan di Everest.
Sebab ada hal-hal tertentu yang mesti seorang pendaki pahami dengan mendaki gunung-gunung lain sebelumnya. Salah satunya adalah aklimatisasi atau upaya penyesuaian fisiologis pada lingkungan baru yang akan dimasuki.
Ia bahkan sempat bercerita bahwa kala ia dan tim sedang mendaki Gunung Everest, mereka mesti melakukan proses aklimatisasi dengan proses naik turun dari satu kamp ke kamp lainnya sambil diselingi kembali ke base camp agar tubuh dapat mudah beradaptasi terhadap tekanan dan udara.
ADVERTISEMENT
Salah seorang personel team-nya bahkan sempat hampir gagal mendaki Everest yang terkena AMS (Acute Mountain Sickness). Sebuah penyakit ketinggian yang salah satunya disebabkan oleh proses aklimatisasi yang kurang lancar.
"Kalau menurut pengalaman, ya, sebenarnya kita, kan, enggak langsung ke Gunung Everest, ya, harus ada gunung-gunung sebelumnya. Harus step by step gitu, lho. Enggak mungkin langsung ke Everestnya. Kita persiapannya itu mendaki Kilimanjaro dulu, untuk tahu pengalaman di setiap gunung yang punya ketinggian berbeda, pengalaman itu yang dibutuhkan di Everest," tutur Janatan.
3. Latihan Fisik
Untuk bisa menaklukkan gunung setinggi 8.848 meter di atas permukaan laut, Janatan menyarankan agar kamu menyiapkan fisik dengan latihan yang baik sebelum memulai perjalanan. Beberapa latihan yang bisa kamu lakukan antara lain lari, berenang, dan yoga.
Pria yang mendapatkan predikat sebagai Seven Summiteer pada Mei 2011 silam itu menceritakan bahwa lari, khususnya dengan jalur menanjak menjadi salah satu latihan beban yang baik bagi para pendaki. Sedangkan yoga membantu pendaki untuk mengelola nafas dengan baik melalui teknik-teknik pernafasan, dan menjaga agar pendaki tetap tenang.
ADVERTISEMENT
"Persiapan fisik, sih, kayak lari di jalur nanjak, misalnya sekali seminggu, dimulai dari 15 kilometer, 17 lalu 18, sampai 24 kilometer. Bahkan waktu itu ada yang sampai 30 kilometer," tutur alumni Universitas Katolik Parahyangan, Bandung tersebut.
4. Skill Teknikal dan Verbal
Fisik yang mumpuni dan pengalaman saja nyata belum tentu benar-benar cukup. Untuk bisa mendaki Gunung Everest yang megah, kamu mesti memiliki skill yang juga memadai. Seperti berkomunikasi dengan tim, memanjat, dan berkoordinasi dengan orang lain.
"Skill naik gunung, kan, banyak ya, mulai dari mendirikan tenda, menggunakan technical climbing, ya, banyak skill-lah. Komunikasi dengan orang lain juga jadi salah satu yang paling penting.
Soalnya naik gunung itu, kan, challenging juga, kan. Ketika seorang dihadapkan dengan tantangan, dia akan jadi seperti apa. Pesimis atau optimis, lebih ke memberi positif ke timnya, atau malah jadi negatif, gitu kalau menurutku," ungkap Janatan.
ADVERTISEMENT
5. Dana
Sesuai namanya yang prestigius, mendaki Gunung Everest tentunya tak cuma butuh usaha yang keras tapi juga dana yang memadai. Menurut laman Alpine Ascents International, biaya untuk mendaki Everest melalui program Himalayan Experience (Himex) adalah sebesar USD 70 ribu atau setara dengan Rp 995 juta per orangnya.
Jumlah harga ini dikenakan bagi pendaki yang hendak melakukan petualangan melalui jalur selatan dengan base camp utara berada di Nepal. Biaya ini termasuk akomodasi dua malam di Kathmandu jelang pendakian, makanan dan penginapan selama pendakian.
Selain itu pendaki juga mendapat layanan dari tenaga medis yang disediakan di base camp, sherpa, porter, climbing permit, transportasi PP dari Kathmandu menuju Lukla/Syangboche, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Gimana pendapatmu, siap mendaki Gunung Everest ?