Kisah Seniman Menyebalkan di 'Ruang Merak' yang Mengagumkan

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
2 Mei 2020 15:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lukisan The Princess from the Land of Porcelain di Ruang Merak | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan The Princess from the Land of Porcelain di Ruang Merak | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1876, Frederick Richards Leyland, hartawan pemilik banyak kapal dan kolektor seni dari Inggris, membeli rumah mewah di 49 Princes Gate (sebuah lingkungan elit di Kensington, London). Saat merombak dan mendekorasi ulang rumahnya, ia memperkerjakan arsitek Richard Norman Shaw; terkhusus untuk ruang makan, Leyland mempercayakan arsitek berbakat Thomas Jeckyll dalam mendesain ulang ruangannya; dan untuk tugas lain ada juga seniman James McNeill Whistler dari Amerika Serikat. Sementara kedua arsitek ini tidak menimbulkan masalah berarti untuk Leyland, nama seniman yang disebutkan terakhir justru memberikan kejutan untuk Leyland: hadiah hebat yang tidak diharapkan.
ADVERTISEMENT
Leyland, sebagai kolektor seni, telah memiliki banyak koleksi porselin biru dan putih dari Tiongkok. Sebagian besar berasal dari zaman Kangxi dari dinasti Qing. Atas keinginannya untuk menampilkan seluruh koleksi porselinnya, ia memilih Jeckyll yang dikenal memiliki gaya desain Anglo-Jepang. Keinginan Leyland pun dipenuhi oleh Jeckyll dengan membangun kerangka kisi rumit dari rak kayu kenari gelondongan yang telah diukur. Dinding ruangan juga turut dilengkapi dengan kulit berlapis emas antik, layaknya istana Kekaisaran Tiongkok.
Berbeda dengan Jeckyll, Whistler ditugaskan untuk mengawasi dekorasi ruang masuk dan membuat lukisan berjudul The Princess from the Land of Porcelain, yang nantinya akan ditempatkan di atas perapian ruang makan. Bagaimanapun, ketika Jeckyll meminta pendapat Leyland perihal warna apa yang digunakan untuk daun jendela dan pintu ruang makan, Leyland justru menyarankan agar Jeckyll berkonsultasi dengan Whistler. Mulai dari situasi inilah Whistler berulah dan salah paham bahwa Leyland telah menaruh kepercayaan penuh kepadanya.
ADVERTISEMENT
Lantaran merasa warna antara karpet dan bunga-bunga dalam hiasan dinding berbenturan dengan warna dari lukisannya, The Princess, Whistler mengajukan diri kepada Leyland untuk memperbaiki hasil kerja Jeckyll dan mengubah warna ruang makan menjadi kuning. Dia juga turut menambahkan pola gelombang pada cornice dan kayu, yang berasal dari desain di pintu kaca, dari karya Jeckyll.
Leyland yang sedang sibuk dengan bisnisnya menyetujui saja perubahan-perubahan itu lalu pergi ke Liverpool. Di saat bersamaan Jeckyll jatuh sakit hingga terpaksa mengundurkan diri dari proyek desain ruang makan Leyland. Alhasil, Whistler bekerja sendiri tanpa pengawasan.
Whistler pun berinisiatif mengubah lebih banyak desain Jeckyll pada ruang makan. Mulai dengan menutupi seluruh ruangan dari langit-langit hingga dinding dengan logam Belanda (atau daun emas imitasi), lalu melukis pola burung merak di atasnya. Kemudian, ia juga turut menyepuh rak walnut Jeckyll dan menghias daun jendela kayu dengan empat burung merak mewah.
ADVERTISEMENT
Ketika Leyland kembali dari urusan bisnis pada Oktober tahun 1876 itu, ia terpana mendapati ruang makannya telah berubah total dan jauh dari yang diminta. Ruangannya terlihat bersinar dengan warna hijau, emas, dan biru bercahaya. Dindingnya telah dilapisi oleh kulit bermotif bunga.
Nekatnya lagi, tanpa seizin Leyland, Whistler malah mengundang para seniman lain dan anggota pers untuk menunjukkan hasil sentuhannya pada ruang makannya. Tak tanggung-tanggung, seusai itu, Whistler memberikan rincian tagihan biaya dekorasi sebesar 2000 poundsterling kepada Leyland, jumlah yang sangat besar kala itu.
Tentu saja, Leyland marah dan menolak membayar (meski akhirnya setuju untuk membayar setengah dari jumlah tagihan). Leyland pun mengusir Whistler dari rumahnya dan membiarkan ruang makannya tetap tak terpakai. Bagaimanapun muaknya, sebagai kolektor seni, Leyland sadar bahwa karya Whistler bernilai tinggi. Karena itulah dia tak pernah mengubah apa pun di ruangan itu.
ADVERTISEMENT
Sumber: