Diundang ke Rusia, Ini Misi Wali Nanggroe Aceh

Konten Media Partner
31 Oktober 2022 10:41 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Delegasi Aceh yang dipimpin Tgk Malik Mahmud Al Haythar saat melakukan pertemuan dengan Kementerian Pendidikan Republik Tatarstan, Negara Bagian Federasi Rusia. Foto: LWN
zoom-in-whitePerbesar
Delegasi Aceh yang dipimpin Tgk Malik Mahmud Al Haythar saat melakukan pertemuan dengan Kementerian Pendidikan Republik Tatarstan, Negara Bagian Federasi Rusia. Foto: LWN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Teungku Malik Mahmud Al Haythar memenuhi undangan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Federasi Rusia. Selama empat hari terakhir, beliau menjajaki sejumlah peluang kerja sama perlindungan heritage dan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Salah satu pertemuan yang dilakukan Tgk Malik Mahmud adalah dengan dengan Ivan Gushin Nikolayevich, selaku Chairman of the Committee for the Protection of Cultural Heritage Sites of The Republic of Tatarstan, sebuah negara bagian dari Federasi Rusia.
Kabag Humas dan Kerja sama Wali Nanggroe, M. Nasir Syamaun mendampingi langsung Wali Nanggroe selama kunjungan di Rusia. Selain itu juga ada Ketua Umum Partai Aceh, Muzakir Manaf, Staf Khusus Wali Nanggroe Kamaruddin Abu Bakar, dan Dr. M. Raviq.
“Upaya kerja sama dalam hal perlindungan heritage dengan Tatarstan dilakukan karena negara bagian Rusia mayoritas penduduknya umat muslim tersebut memiliki banyak heritage, atau peninggalan sejarah dan budaya, yang masuk dalam daftar situs warisan UNESCO,” kata M. Nasir, dalam keterangannya diterima acehkini, Senin (31/10/2022).
ADVERTISEMENT
Di awal pertemuan, kepada Ivan, Wali Nanggroe sedikit mengulas sejarah Aceh, dari mulai masa kedatangan Portugis, Belanda, Jepang, konflik bersenjata dengan Pemerintah Republik Indonesia, hingga bencana tsunami tahun 2004, dan status Aceh sebagai daerah khusus dalam Negara Republik Indonesia. “Dari yang saya perhatikan, historis Islam di Aceh sama umurnya dengan Republik Tatarstan,” kata Wali Nanggroe di awal pertemuan.
Dengan sejarahnya panjang, dan keanekaragaman budaya, Aceh sebenarnya memiliki banyak warisan sejarah dan kebudayaan. Namun karena perang dan bencana tsunami, banyak dari warisan tersebut hancur atau hilang. “Tatarstan sangat baik dalam menjaga heritage, kami ingin mempelajari bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat di sini,” kata Wali Nanggroe.
Kepada Ivan, Wali Nanggroe mengakui, di Aceh masih sangat kurang tenaga ahli dalam bidang perlindungan maupun restorasi heritage. Oleh karena, ia menyampaikan keinginan untuk mengirimkan pelajar ke Tatarstan atau mengundang para ahli untuk datang ke Aceh.
ADVERTISEMENT
Menanggapi penyataan Wali Nanggroe, Ivan mengatakan bahwa di tahun 2021 lalu, Tatarstan memperingati 1.100 tahun datangnya Islam. Di Tatarstan, ada lebih dari 5.000 objek heritage, dan 3.000 di antaranya merupakan heritage arkeolog.
Untuk melindungi dan merestorasi heritage yang ada, Pemerintah Tatarstan membentuk sebuah komite. Selain itu, Tatarstan juga memiliki Institute Arkeologi yang memiliki sekitar 60 orang ahli di bidang masing-masing. “Sama seperti di Aceh, kita juga memiliki masa-masa sulit, yaitu pada saat Soviet Union dan perang dunia kedua, kita kehilangan banyak sekali heritage bersejarah,” cerita Ivan.
Untuk merestorasi situs-situs sejarah yang hancur, Pemerintah Tatarstan memberlakukan aturan ketat. Di mana hanya perusahaan yang telah memiliki lisensi yang boleh melakukan kegiatan restorasi. “Sangat sulit untuk mendapatkan lisensi tersebut,” tegas Ivan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Tatarstan telah banyak melakukan restorasi situs-situs bersejarah, seperti masjid, dan katedral. Ivan mengakui, proyek restorasi bukan pekerjaan mudah, karena itu dibutuhkan banyak ahli dalam upaya tersebut. “Karena itu kita punya sekolah khusus restorasi. Hanya ada sekitar 15 perusahaan yang memiliki lisensi restorasi. Tanpa lisensi ini, mereka tidak bisa melakukan kegiatan restorasi,” tambah Ivan.
Terkait rencana pengiriman pelajar dari Aceh ke Tatarstan, hal itu kata Ivan sama sekali tidak tertutup kemungkinan. Dan terkait rencana untuk mendatangkan para ahli dari Tatarstan ke Aceh, ia mengapresiasi rencana tersebut.
Ivan juga menyampaikan terima kasih atas kunjungan delegasi Aceh yang dipimpin Wali Nanggroe ke negaranya. Ia mengaku senang mendengarkan pemaparan sejarah Aceh yang disampaikan Wali Nanggroe. Hal itu menjadi pengetahuan keilmuan baru bagi dirinya.
ADVERTISEMENT

Bahas Kerja Sama Pendidikan

Wali Nanggroe Aceh dan rombongan juga melakukan pertemuan dengan Kementerian Pendidikan Republik Tatarstan, membahas tindak lanjut kerja sama. Di Kantor Kementerian Pendidikan Tatarstan, Wali Nanggroe disambut langsung oleh oleh Andrey Fjodorov Alekseyevich, Head of Vocational Education Department, Ministry of Education of The Republic of Tatarstan.
“Aceh memiliki letak yang sangat strategis, sumber daya alam mulai dari minyak, gas dan mineral lainnya, serta lahan pertanian yang subur dan alam yang indah,” sebut Tgk Malik.
Tgk Malik Mahmud Al Haythar (kiri) dan Andrey Fjodorov Alekseyevich. Foto: LWN
Namun, saat ini Aceh masih minim Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengolah semua kekayaan alam itu menjadi produk siap pakai, bukan hanya eksplorasi bahan baku. Oleh karena, sesuai komitmen yang telah dibicarakan sebelumnya dengan Kedubes Federasi Rusia di Jakarta, Aceh akan mengirimkan para pelajar untuk menempuh pendidikan di berbagai bidang di Rusia, termasuk di Tatarstan.
ADVERTISEMENT
“Kami tahu, Tatarstan cukup baik dalam bidang perminyakan, gas, industri, tata ruang, dan olahraga,” sebut Wali Nanggroe.
Karena itu, tambah Wali Nanggroe, Aceh akan mengirimkan para pelajar untuk belajar di Rusia, dengan tujuan agar kekayaan alam yang dimiliki Aceh dapat diolah sendiri oleh putra-putri Aceh.
“Kira-kira ada berapa pelajar yang rencananya akan dikirim?” tanya Andrey Fjodorov Alekseyevich menanggapi penyampaian Wali Nanggroe.
“Itu tergantung kuota yang disepakati,” sahut Wali Nanggroe.
Andrey menjelaskan, Tatarstan memiliki Kazan Federal University (KFU), telah berdiri sejak tahun 1804. Ada banyak jurusan yang ada di KFU, mulai dari Institute Minyak dan Gas, dan Fakultas Geologi.
Sedangkan untuk bidang pertanian, Tatarstan memiliki Universitas tersendiri. Begitu pula dengan bidang olahraga, juga memiliki universitas tersendiri yang tersedia banyak jurusan. “Di Universitas Pertanian Kazan, ada banyak lulusan di sana yang kini menjadi pimpinan di Republik Tatarstan, seperti Presiden Tatarstan sekarang dan presiden sebelumnya,” kata Andrey.
ADVERTISEMENT
Di akhir pertemuan, Andrey menyerahkan buku mengenai Sejarah Pendidikan Republik Tatarstan kepada Wali Nanggroe. Dan Wali Nanggroe menyerahkan plakat Cap Sikureng kepada Andrey. []