Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
RSUDZA Banda Aceh Kini Punya 12 Ruang Baru untuk Isolasi Pasien COVID-19
31 Maret 2020 23:23 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Hari ini kita meresmikan pengoperasian 12 Ruang Outbreak Pinere. Insya Allah, hingga 2 minggu ke depan, kita akan memiliki total 48 ruang isolasi. Kita juga akan mempersiapkan ruang poli ODP, sehingga pasien-pasien ODP dapat dirawat di ruang yang terpisah dengan pasien umum. Jadi, kami imbau masyarakat tetap tenang, tidak panik namun tetap waspada,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, usai meresmikan pengoperasian Ruang Outbreak Pinere RSUDZA, Selasa (31/3).
Nova menyebut 12 Ruang Outbreak Pinere (Penyakit Infeksi New-Emerging dan Re-Emerging) tersebut akan dijadikan sebagai tempat isolasi bagi pasien COVID-19. Di dalam masing-masing kamar Ruang Outbreak Pinere tersebut terdapat dua tempat tidur.
Selain itu, pihak RSUDZA Banda Aceh juga menyediakan ruang kontrol untuk memantau perkembangan pasien melalui CCTV yang sudah terpasang di setiap ruang pasien.
Ia menjelaskan, untuk penanganan intensif, selama ini RSUDZA sudah mempersiapkan 6 ruang RICU. Sedangkan Ruang Pinere tersebut bukan untuk penanganan intensif atau levelnya berada di bawah RICU. Namun, dipastikan keamanan dan kenyamanan para pasien dan tim medis yang menangani tetap menjadi fokus utama.
ADVERTISEMENT
“Ke depan kita akan membuat ruang isolasi yang standar dan permanen agar di masa mendatang kita tidak lagi secara sporadis melakukan hal yang tidak terencana. Pengalaman penanganan COVID-19 ini mengajarkan kepada kita, baik secara mental akademik dan scientifik dan secara kesehatan tentang bagaimana menghadapi dan menangani suatu wabah penyakit,” sebut Nova dalam keterangan resmi pada Selasa (31/3).
Dalam kesempatan tersebut, Plt Gubernur Aceh juga mengimbau agar masyarakat mengikuti protokol, protap dan aturan serta maklumat yang telah dikeluarkan pemerintah. “Jika ini bisa kita ikuti secara disiplin dan konsisten, Insya Allah wabah ini akan segera berlalu. Dan tentu saja hikmahnya budaya hidup bersih dan sehat harus terus kita jalankan walau wabah ini segera berlalu,” kata dia.
Lebih lanjut, Nova menambahkan, peralatan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan milik Kementerian Kesehatan di Aceh, bisa digunakan untuk melakukan pemeriksaan spesimen. Namun, masih harus menunggu tes dan sertifikasi dari Balitbangkes pusat.
ADVERTISEMENT
“Secara prinsip, alat Balitbangkes Kemenkes yang ada di Aceh sudah sesuai standar, saya bersama tim juga sudah meninjau ke sana. Namun, untuk mengoperasikan alat tersebut, kita masih harus menunggu tes dan sertifikasi alat-alat tersebut sesuai standar Badan Kesehatan Dunia WHO. Di Unsyiah juga ada alat ini. Nantinya, jika kedua lab ini sudah beroperasi maka pengujian spesimen pasien bisa lebih cepat,” ujar Nova.
Ia juga menambahkan bahwa bahwa Pemerintah Aceh telah membersiapkan Biaya Tak Terduga (BTT) sebesar Rp 118 miliar untuk mendukung upaya penanganan dan pencegahan COVID-19 di Aceh. Jika tidak mencukupi, Nova menegaskan masih ada anggaran dari koridor lain yang bisa digunakan.
Sementara itu, Direktur RSUDZA Banda Aceh Azharuddin, mengatakan di Ruang Outbreak Pinere tersebut para pengunjung atau pendamping tidak diperkenankan masuk. “Hanya petugas medis yang boleh berada dalam Ruang Outbreak Pinere ini. Kami juga mengimbau agar individu yang masuk dalam kategori Orang Dalam Pengawasan (ODP) untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Namun, bagi ODP yang mungkin dikhawatirkan oleh tetangganya dapat menularkan dan ODP Pengorbit, kami siap menampungnya di sini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dokter spesialis paru RSUDZA, Herry Priyanto, menjelaskan bahwa ODP Pengorbit adalah ODP yang memiliki keluhan atau riwayat penyakit lain, seperti gangguan paru, hipertensi dan beberapa penyakit lainnya. Maka akan diisolasi di Ruang Outbreak Pinere atau ruang lain yang sudah disediakan.
“Pasien ODP Pengorbit akan kita rawat di sini, sedangkan ODP yang kesehariannya sehat namun ada keluhan flu dan batuk biasa, kami sarankan tetap melakukan isolasi mandiri di rumah karena itu jauh lebih baik,” sebut Herry.