Menguak Potensi Wisata Kepesisiran Yogyakarta Melalui Geomitologi dan Toponimi

Aji Putra Perdana
Seorang Geograf(er) yang mengamati lingkungan sekitar dari sudut pandang geografi. Pemerhati Peta dan Toponim. Saat ini bekerja di Badan Informasi Geospasial.
Konten dari Pengguna
13 Juni 2021 6:30 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aji Putra Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mendengar kata pelesiran di tengah pandemi COVID-19 seakan membangkitkan kita pada kerinduan mencari ketenangan untuk melepas penat berwisata ke pantai. Salah satu wilayah pesisir yang memanjakan kita untuk pelesiran adalah pantai-pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Keistimewaannya tercermin dari mulai wisata budaya, sejarah, kuliner, nuansa perkotaan dan keasrian desa, hingga wisata alam dari hulu ke hilir, terutama wilayah pesisirnya dengan wisata pantai yang diperkuat oleh kisah mitos penguasa pantai selatan serta keindahan bentuklahannya.

Mengenal kepesisiran Yogyakarta

Kepesisiran Yogyakarta ini memiliki panjang Garis Pantai + 113 Km dengan 3 Kabupaten Pesisir, 13 Kecamatan Pesisir dan 87 Desa Pesisir, serta 28 Pulau-pulau Kecil. Jumlah penduduk wilayah pesisirnya mencapai 470 ribu jiwa berdasarkan data tahun 2017.
Dilihat dari sudut pandang geomorfologi (cabang ilmu yang mempelajari bentuk alam dan proses pembentukannya), maka terdapat 2 (dua) keistimewaan wilayah pesisir. Pertama, keunikan gumuk pasir dan bentang lahan kepesisiran dari Bantul hingga Kulonprogo. Kedua, pantai-pantai terumbu karang bentang lahan hasil proses organik di Gunungkidul.
Fenomena Gumuk Pasir (Kredit Foto: Photo by Irma Yanti on Unsplash)
Terdapat sebuah buku apik mengupas keistimewaan Yogyakarta dari sudut pandang geomorfologi ditulis oleh dosen Fakultas Geografi UGM. Selain itu, ada juga buku Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman DIY yang bagus untuk dibaca apabila penasaran dengan potensi wilayah pesisir di DIY.
ADVERTISEMENT
Selain bacaan dari buku, keunikan dan keistimewaan kepesisiran Yogyakarta berusaha disampaikan oleh Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) dalam mengusung acara berbagi pengetahuan secara daring melalui kanal YouTube-nya (PGSP TV).
Kata PELESIRAN yang dimaknai sebagai judul untuk acara daring PERBINCANGAN LINGKUNGAN KEPESISIRAN sebagai bagian dari upaya promosi wisata dalam masa adaptasi kebiasaan baru dan pemulihan ekonomi daerah. Menurut saya, tersedia banyak konten bagus mengenai kepesisiran di PGSP TV yang dapat menjadi bahan edukasi dan meningkatkan geoliterasi kita mengenai wilayah pesisir di Indonesia.
Acara Pelesiran PGSP TV (sumber: foto tangkapan layar YouTube PGSP TV: Menguak Toponimi dan Geomitologi Kepesisiran Yogyakarta)
Pertanyaan pertama yang muncul di benak kita, seperti apakah kepesisiran Yogyakarta? Membentang dari Gunungkidul hingga Kulonprogo, dari pantai karang, pantai berpasir hingga keberadaan gumuk pasir yang merupakan fenomena unik dan perlu dilestarikan keberadaannya. Untuk mendalami hal tersebut, selain dari aspek geomorfologi yang mengupas karakteristik bentanglahan pesisir. Terdapat pula, geoekologi yang dapat menjadi kunci bagi kita untuk lebih memahami teka-teki alam agar dapat bersahabat dengan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Memori saya terbawa pada hari Senin, 21 September 2020 saat berkesempatan pelesiran bersama PGSP untuk menguak toponimi dan geomitologi kepesisiran Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, maka acara tersebut mengangkat tentang kepesisiran, termasuk mengupas penamaan (toponimi) pantai hingga mitos yang ada di pesisir D.I. Yogyakarta.
Apa itu geomitologi?
Ilmu yang mempelajari tentang hubungan kisah mitos dengan fenomena alam dikenal dengan Geomitologi. Geomitologi ini juga disebut "legenda bumi", "mitos pengamatan", "pengetahuan alam", dan "physico-mitology").
Secara definisi lengkapnya, Geomitologi adalah studi tentang tradisi lisan etiologis yang diciptakan oleh budaya pra-ilmiah untuk menjelaskan — dalam metafora puitis dan citra mitologis —Fenomena geologi seperti gunung berapi, gempa bumi, banjir, fosil, dan ciri-ciri alam lanskap lainnya. Dorothy Vitaliano, seorang ahli geologi di Indiana University, menciptakan istilah tersebut pada tahun 1968.
ADVERTISEMENT
Geomitologi adalah upaya menguak teka-teki alam lewat penggalian makna hubungan dari cerita mitologi dengan peristiwa alam. Acapkali berkaitan pula dengan kearifan lokal masyarakat menghadapi suatu peristiwa alam.
Geomitologi Tsunami Pesisir Selatan Jawa. Kredit Foto: LIPI/@lipiindonesia (https://twitter.com/lipiindonesia/status/1154559760475119616/photo/1)
Beliau berbincang dan menguak kisah mitos tersebut langsung dengan narasumber lokal sebagai penutur kisah Ratu Kidul. Dalam penelitiannya, beliau meyakini bahwa mitos-mitos kerap menyimpan informasi tentang suatu peristiwa pada masa lalu. Lebih lanjut, disampaikan bahwa apa yang dilihat orang sekarang dan yang dilihat orang ribuan tahun lalu mungkin sama. Tetapi, karena kepercayaan dan ideologi berbeda, kita menyampaikannya dengan cara berbeda.
ADVERTISEMENT
Geomitologi ini tentunya bukan cocoklogi namun merupakan cara nenek moyang kita memahami fenomena geologi. Kajian geomitologi ini di dalam proses verifikasi kisah-kisahnya terhadap fenomena alam yang terjadi dilakukan pembuktian lebih lanjut secara ilmiah melalui penelaahan data-data historikal dan kronologikal.

Lalu, apakah hanya di Indonesia saja mitos ini dapat dikaitkan dengan fenomena alam?

Ternyata tiap negara punya kisah unik terkait legenda atau mitos kaitannya dengan fenomena alam. Sebagai contoh, kita ambil kisah Zeus yang tentunya cukup kita kenal keberadaannya melalui berbagai film. Mitos Yunani tentang perang kosmik antara Zeus dan Titans, Cyclopes, dan Typhoeus yang dijelaskan dalam "Theogony" (puisi) Hesiod dianalisis secara ilmiah pada tahun 1992 oleh sejarawan geologi Mott T. Greene.
Paparan saya saat menyampaikan ilustrasi geomitolofi di negara lain (sumber: foto tangkapan layar YouTube PGSP TV: Menguak Toponimi dan Geomitologi Kepesisiran Yogyakarta)
Pertempuran sengit Zeus dengan Cyclops diasosiasikan dengan Gunung Vesuvius dan emisi gas solfatara di area api dekat Napoli, Italia. Konflik Zeus dengan Typhoeus dan Titans digambarkan dengan beberapa kerucut Gunung Etna, dilengkapi desisan aliran lava, dan suara menderu gempa bumi tektonik yang dalam.
ADVERTISEMENT

Bagaimana dengan toponimi kepesisiran Yogyakarta?

Di sisi lain, toponimi adalah studi ilmiah tentang nama tempat (toponim), asal, arti, penggunaan, dan tipologi. Menurut Kamus Inggris Oxford, kata "toponimi" pertama kali muncul dalam bahasa Inggris pada tahun 1876; Sejak saat itu, toponim telah menggantikan "nama-tempat" dalam wacana profesional di antara para toponim. Toponimis (ahli toponimi) pertama adalah pendongeng dan penyair yang menjelaskan asal nama tempat tertentu sebagai bagian dari dongeng mereka; terkadang nama tempat menjadi dasar legenda etiologis.
Toponimi dapat digunakan untuk mengimplementasikan pemahaman ilmiah tentang "fenomena alam". Penamaan suatu tempat atau daerah menjadi suatu hal penting untuk diketahui dan diwariskan kepada generasi penerus. Salah satu peran toponimi sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana dengan menggali arti makna dan asal usul penamannya. Oleh karena itu, toponim di Indonesia perlu didokumentasikan dengan baik melalui penyelenggaraan pembakuan nama rupabumi.
ADVERTISEMENT
Tanpa kita sadari bahwa sejatinya promosi wisata juga dapat atau bahkan telah ditempuh dengan mengenalkan arti nama suatu tempat, termasuk arti nama pantai-pantai yang ada di D.I. Yogyakarta. Informasi mengenai toponimi kepesisiran Yogyakarta dapat ditemukan dengan mudah dan relatif lengkap pada situs web yang mempromosikan objek wisata.
Berdasarkan kliping toponimi dari berbagai situs web yang mengupas toponim pantai Yogyakarta ditemukan berbagai ulasan arti nama pantai hingga sejarah pemberian nama termasuk legenda atau mitos yang menyertainya.
Saya ambil contoh beberapa nama pantai yang berkaitan dengan aspek fenomena alam dalam pemberian namanya, misal pantai jungwok, pantai wediombo, dan pantai krakal. Pantai Jungwok berada di selatan Kabupaten Gunungkidul. Kata Jungwok diambil dari kata "jung" yang berasal dari kata Gunung Manjung dan kata "wok" dari asal kata "Krowok" yang berarti patah. Pantai Jungwok ini merupakan bagian dari sisa letusan Gunung Manjung yang patah. Pantai Wediombo, berasal dari bahasa Jawa dimana kata "wedi" berarti pasir dan kata "ombo" berarti luas.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Pantai Krakal berasal dari bahasa Jawa dari kata "kerakal" yang berarti batuan-batuan kecil yang tersebar. Selain itu, terdapat pula nama pantai yang berkaitan erat dengan aspek budaya (baik dari cerita rakyat hingga karakter orang). Misalnya, Pantai Siung yang berasal dari bahasa Jawa yaitu rangkaian kata "Asihing Biyung" yang artinya kasih ibu dan berkaitan dengan kisah di masa kerajaan Majapahit.
Lalu, bagaimana dengan Pantai Parangtritis sebagai objek wisata utama di kawasan Pantai Selatan D.I. Yogyakarta? Pantai ini erat kaitannya dengan mitos atau legenda Ratu Kidul di mana nama Parangtritis berasal dari kata Parang yang berarti (batu) karang dan Tumaritis yang berarti air yang menetes. Konon, nama ini muncul ketika seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit yaitu Pangeran Dipokusumo melakukan semedi. Beliau melihat celah-celah batu karang yang menjatuhkan tetesan air. Itulah yang menjadi asal usul nama Desa Parangtritis dan kemudian digunakan juga sebagai nama pantai di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT

Bagaimana hubungan geomitologi dengan toponimi?

Keduanya memiliki hubungan yang erat terkait dengan kisah legenda suatu tempat dan fenomena alam yang terjadi di tempat tersebut. Pendongeng dan penyair yang menyampaikan kisah melalui metafora puitis maupun dongeng mitologi terkait fenomena alam yang terjadi terkait unsur geografis di bumi ini adalah kunci kita untuk menguak makna sebuah nama dengan dongeng legenda yang kita dengar hingga saat ini.
Presentasi saya mengenalkan hubungan Toponimi dan Geomitologi (sumber: foto tangkapan layar YouTube PGSP TV: Menguak Toponimi dan Geomitologi Kepesisiran Yogyakarta)
Melalui penamaan (toponimi) kita dapat menyimpulkan bagaimana makna sebuah nama unsur geografis mendefinisikan dan memberi tahu kita tentang lanskap dan penggunaannya. Dikombinasikan dengan cerita dan ajaran tradisional yang terkait dengan masing-masing nama lokal, kita dapat mempelajari bagaimana pengetahuan yang diperoleh dari nama (toponim) dan cerita (geomitologi) dapat mempengaruhi perjalanan suatu tempat.
ADVERTISEMENT

Seberapa penting sebuah nama dan cerita untuk wilayah pesisir?

ADVERTISEMENT
Rumusan sederhana yang sebenarnya telah dilakukan oleh berbagai situs web promosi wisata adalah Toponimi + Geomitologi = Geowisata. Bahkan objek geowisata jika dikemas dengan apik, dirawat selalu karunia keindahan geologinya maka dapat menjadi destinasi wisata dunia. Sejumlah keunikan geowisata Indonesia telah diakui dunia.
Kemudian seberapa penting dan kebermanfaatannya dari mengetahui asal usul sebuah nama dan cerita terkait toponimi dan geomitologi?
ADVERTISEMENT
Manfaat bagi kita secara individu adalah membantu memahami kondisi lingkungan di sekitar kita sekaligus mempertajam intuisi kita untuk melihat fenomena alam yang terjadi saat ini. Leluhur dan pendahulu kita memberi nama suatu tempat dengan penuh makna, maka saatnya bagi kita untuk memahami dan menjaganya. Mari lestarikan kekayaan bangsa Indonesia, salah satunya melalui penceritaan dalam toponimi dan geomitologi. Satu Nusa, Satu Bangsa, Lestarikan Budaya Sejarah Nusantara!