Membangkitkan Semangat Hidup: Mengubah Self-Concept

Alya Syakira
Mahasiswi S1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
8 Desember 2022 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Syakira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://www.pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://www.pexels.com
ADVERTISEMENT
Anda pernah merasa, seperti "Kok aku bodoh, ya? Kok tidak dapat ini itu, ya?" atau mungkin Anda merasa apa pun yang dilakukan tidak berguna sehingga menyalahkan diri Anda sendiri, bahkan ada yang sampai menyalahkan orang tua, keluarga, Tuhan, melakukan self-harm, atau sampai memutuskan mencoba untuk bunuh diri. Menariknya, ketika Anda sudah menganggap semua yang Anda lakukan lalu menurut Anda salah atau menganggap diri Anda negatif, sadar atau tidak sadar Anda membangun (self-concept) yang negatif dan jika self-concept sudah negatif maka akan cenderung banyak kemungkinan buruk yang terjadi.
ADVERTISEMENT

Self-Concept

Self-concept merupakan pandangan atau sikap terhadap diri sendiri. Menurut Seifert dan Hoffnung (Deesmita, 2010: 163) self concept merupakan suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Misalnya, apabila Anda cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membua Anda menuju kesuksesan. Sebaliknya, jika Anda berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja sudah mempersiapkan pintu kegagalan bagi diri Anda. Maka dari itu, konsep diri individu dapat menentukan keberhasilan dalam perkembangan individu.

Pembentukan Self-Concept

Self-concept merupakan proses yang berkelanjutan dalam hidup manusia. Jadi, self concept bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan gambaran campuran yang diperoleh atas penilaian terhadap diri sendiri dan pandangan yang diberikan oleh orang lain. Konsep diri muncul bertahap seiring dengan kemampuan Anda memahami sesuatu saat periode awal kehidupan dan proses ini terus berjalan seiring Anda menua. Nah, seiring bertambahnya usia, konsep diri ini banyak dipengaruhi nilai-nilai yang diperoleh oleh nilai-nilai interaksi kehidupan.
ADVERTISEMENT

Pengaruh Pembentukan Self-Concept

1. Orang tua
Mengapa orang tua? Karena orang tua merupakan kontak sosial paling awal dan biasanya cukup lama berinteraksi dengan kita sejak kecil. Oleh karena itu, faktor orang tua bisa jadi besar sekali dan sangat memengaruhi self-concept Anda dan banyak ahli yang mengatakan jika pola asuh orang tua akan memenagruhi banyak ke diri sendiri. Salah satu penyebab seorang anak negatif karena orang tua itu tidak mendidik anaknya dengan cukup baik.
2. Teman sebaya
Mungkin Anda pernah mendengar bahwa orang terdekat Anda akan membentuk siapa diri Anda. Well, istilah itu ada benarnya. Karena kita terutama yang sedang berada di masa remaja sampai dewasa akan banyak sekali berinteraksi dan berkembang bersama teman sebaya kita. Akhirnya, kita akan mengadopsi sifat-sifat yang dimiliki oleh teman-teman kita. Dalam hadist yang diriwayatkan Muslim No. 2628 berbunyi, "Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, kamu akan membeli darinya, atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya". Intinya, teman kita akan memengaruhi pandangan kita terhadap diri kita sendiri dan dunia.
ADVERTISEMENT
3. Lingkungan dan masyarakat tempat kita tinggal
Masyarakat juga memegang peranan penting tentang pembentukan self-concept seseorang. Contohnya, jika Anda tinggal di Amerika yang kemungkinan pandangan masyarakatnya akan berbeda cukup jauh dengan di Indonesia. Jika di Amerika mungkin masyarakatnya cukup individualis yang di mana tidak peduli dengan orang-orang, tetapi jika di Indonesia bisa jadi akan bisik-bisik tetangga. Itu pengaruh sekali dengan kita yang akhirnya, mungkin akan pengaruh ke pandangan diri kita juga. Contohnya, di Amerika mungkin jalan-jalan, nonton bioskop sendiri, dan sebagainya dianggap normal, tetapi mungkin di Indonesia sedikit yang percaya diri untuk melakukan semua hal itu sendiri. Kita akui pandangan masyarakat ini secara tidak langsung itu pengaruh ke self-concept kita, pengaruh ke perilaku, dan pandangan kita ke diri sendiri.
ADVERTISEMENT

Membangun Self-Concept yang Sehat dan Positif

1. Ketahui Anda orang yang seperti apa
Pernah dengar atau baca tidak kalimat, seperti ini "Know Yourself". Nah, kalimat itu merupakan perintah yang sungguh bermakna apalagi orang-orang yang sedang memperbaiki diri. Mengapa? Karena pada hakikatnya orang itu harus terlebih dahulu kenal diri sendiri sebelum mencari kebenaran yang ada pada diri mereka. Perbaikan diri akan berjalan ketika Anda sudah memaknai arti kalimat "Know Yourself" itu yang sebenarnya bagaimana Anda dapat menilai diri Anda, jika Anda sendiri tidak pernah mencari tahu tentang diri Anda sendiri. Oleh karena itu, penting sekali untuk tahu 100% diri Anda itu seperti apa.
Bayangkan saja selama ini kita dipengaruhi banyak hal oleh lingkungan kita dari orang tua, keluarga, masyarakat, media, dan sebagainya. Padahal bisa jadi kita sendiri juga masih bingung dengan identitas kita itu yang seperti apa dan tidak jarang karena krisis identitas ini, banyak orang yang menjalankan hidupnya bukan karena kehendak sendiri. Jadi, karena tidak tahu dirinya mau seperti apa, akhirnya, mengikuti saja apa kata pengaruh dari luar, seperti apa kata orang tua, teman, masyarakat, dan sebagainya yang di mana kemudian ditelan mentah-mentah dan dilakukan mentah-mentah tanpa dilihat esensinya.
ADVERTISEMENT
Bukan berarti jika mengikuti orang tua itu salah atau benar. Ini tergantung konteksnya seperti apa. Jika Anda masuk jurusan tertentu, kerja di bidang tertentu, Anda menjalani hidup dengan cara tertentu, dan itu alasannya bukan karena kehendak sendiri, tetapi kehendak orang lain meskipun itu orang tua Anda sendiri yang membuat Anda tidak nyaman ini merupakan tanda-tanda penting bahwa Anda belum tahu 100% diri Anda itu seperti apa.
Banyak sekali kasus di mana orang tua memaksa anaknya, seperti untuk menikah, masuk jurusan tertentu, dan kerja di bidang tertentu yang sampai anaknya tidak kuat krisis identitas. Jadi, akibatnya mungkin melakukan self-harm sampai melakukan percobaan bunuh diri. Nah, jika Anda masih bingung dengan diri Anda sendiri, coba evaluasi diri, coba untuk take a step back dari kegiatan Anda, dan mulai kenali diri sendiri.
ADVERTISEMENT
2. Terima kekurangan dan kelebihan diri sendiri
Terima diri Anda sendiri apa adanya. Sudah dijelaskan bahwa self-concept itu dipengaruhi oleh hal-hal, seperti keluarga, teman, dan lingkungan. Mungkin ada beberapa dari Anda yang langsung, seperti "Wah, aku seperti ini disebabkan keluarga aku" yang di mana menjadi menyalahkan orang tua, keluarga, teman, lingkungan, dan kondisi yang tidak dapat Anda ubah. Pada dasarnya, hal itu tidak dapat kita kontrol. Maka itu, daripada membandingkan keadaan, Anda perlu mengikhlaskan masalah, dan perlu juga mengikhlaskan hal-hal yang sudah terjadi pada diri Anda. Jangan sampai Anda stuck pada masa lalu yang pada akhirnya, menyalahkan keadaan. Ingat! Bahwa Anda dapat berkembang dan berdaya.
3. Sadar jika Anda itu dapat berkembang
ADVERTISEMENT
Sadar jika Anda mempunyai potensi. Mungkin beberapa dari Anda tidak sadar sekarang, tetapi ini perlu dilatih. Anda membaca tulisan ini juga sudah baik, at least mengembangkan diri lewat membaca tulisan ini. Sekarang tinggal progresnya saja bagaimana supaya rutin dilakukan.
Sumber Referensi:
Sholiha, S., & Aulia, L. A.-A. (2020). Hubungan Self Concept dan Self Confidence. Jurnal Psikologi : Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan, 7(1), 41–55. https://doi.org/10.35891/jip.v7i1.1954
Sumartini, T. S. (2015). MENGEMBANGKAN SELF CONCEPT SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT. Jurnal Pendidikan Matematika, 4, 11.