Konten dari Pengguna

Apa Perbedaan Antara Hipertensi dan Hipotensi?

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
30 Juni 2022 5:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sedang mendiagnosis hipertensi dan hipotensi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sedang mendiagnosis hipertensi dan hipotensi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Beberapa gangguan bisa saja terjadi di sistem peredaran darah manusia, misalnya seperti hipertensi dan hipotensi. Meski terjadi di sistem peredaran darah, keduanya tetap memiliki perbedaan. Lantas, apa perbedaan antara hipertensi dan hipotensi?
ADVERTISEMENT
Dalam istilah medis, hipertensi merupakan kondisi di mana tekanan darah seseorang berada di atas normal. Sementara hipotensi adalah keadaan ketika seseorang memiliki tekanan darah di bawah normal.
Perlu diketahui, tekanan darah normal pada orang dewasa, yakni 120/80 mmHg. Agar lebih paham mengenai perbedaan antara hipertensi dan hipotensi, simak uraian artikel di bawah ini hingga tuntas.

Apa Perbedaan Antara Hipertensi dan Hipotensi?

Menurut Kementerian Kesehatan, seseorang dapat dikatakan mengalami hipertensi apabila pada saat duduk tekanan sistolik dirinya mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, ataupun keduanya.
Dikutip dari buku Patofisiologi oleh Dr. Jan Tambayong, hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, di mana tingginya tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami.
ADVERTISEMENT
Hipertensi juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat, berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole 95-104, hipertensi sedang tekanan diastolenya 105-114, sedangkan hipertensi berat tekanan diastolenya lebih dari 115.
Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole tanpa disertai peningkatan tekanan diastole lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan tekanan diastole tanpa disertai peningkatan tekanan sistole lebih sering terdapat pada dewasa muda.
Hipertensi dapat pula digolongkan sebagai esensial atau idiopatik, tanpa etiologi spesifik, yang paling sering dijumpai. Bila ada penyebabnya, disebut hipertensi sekunder. Ada lagi istilah lain yang berkaitan dengan hipertensi, yakni benigna dan maligna, tegantung perjalanan penyakitnya.
Bila timbulnya berangsur, disebut benigna. Namun, bila tekanannya naik secara progresif dan cepat serta dengan banyak komplikasi, seperti gagal ginjal, CVA, hemoragi retina, dan ensefalopati disebut hipertensi maligna.
Ilustrasi sedang mendiagnosis hipertensi dan hipotensi. Foto: Pixabay
Sementara itu, kebalikan dari tekanan darah tinggi adalah hipotensi. Penyakit hipotensi terjadi ketika tekanan darah seseorang berada di bawah 90/60 mmHg. Hipotensi bisa disebut juga dengan tekanan darah rendah.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan pula dalam buku Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik oleh Novi Malisa, dkk, hipotensi merupakan istilah medis untuk pembacaan tekanan darah rendah kurang dari 90/60 mmHg.
Hipotensi dapat disebabkan oleh dehidrasi, pendarahan, kondisi jantung, dan efek samping dari obat-obatan. Hipotensi memerlukan perhatian khusus karena dapat berpotensi menyebabkan kurangnya perfusi ke organ penting ketika kondisi ini terjadi.
Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah yang terjadi ketika bergerak dari posisi berbaring (terlentang) atau duduk ke posisi berdiri (tegak).
Saat mengukur tekanan darah, hipotensi ortostatik didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah setidaknya 20 mmHg sistolik atau 10 mmHg diastolik dalam waktu tiga menit berdiri. Ketika seseorang berdiri, gravitasi menggerakkan darah dari tubuh bagian atas ke anggota tubuh bagian bawah.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, ada pengurangan sementara jumlah darah di tubuh bagian atas untuk dipompa oleh jantung, yang menurunkan tekanan darah. Biasanya, tubuh dengan cepat melawan gaya gravitasi dan mempertahankan tekanan darah dan aliran darah yang stabil.
Oleh karena itu, pada sebagian besar orang, penurunan tekanan darah sementara ini tidak disadari. Namun, beberapa pasien dengan hipotensi ortostatik dapat mengalami pusing atau pingsan.

Penyebab Hipertensi dan Hipotensi

Ilustrasi sedang mendiagnosis hipertensi dan hipotensi. Foto: Pixabay
Selain penjelasan di atas, penyebab hipertensi dan hipotensi juga berbeda. Apa saja penyebab hipertensi dan hipotensi? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Penyebab hipertensi

Sampai saat ini, penyebab kasus-kasus hipertensi banyak yang belum diketahui, tetapi secara umum penyebab hipertensi dibedakan berdasarkan jenisnya. Merujuk buku Bebas Hipertensi dgn Jus oleh Elisa, Nunung, dan Uken, penyebab hipertensi berdasarkan jenisnya, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi ini tidak diketahui secara jelas penyebabnya. Meski demikian, hipertensi jenis ini justru lebih banyak kasusnya. Biasanya, disebut juga hipertensi idiopatik.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kondisi ini adalah keturunan (genetik), hiperaktivitas susunan saraf simpatetis, sistem rennin angiotensin, defek dalam ekstraksi natrium (Na), peningkatan Na dan kalsium (Ca) intraseluler, dan gaya hidup (kebiasaan makan, alkohol dan rokok).
2. Hipertensi sekunder (renal)
Penyebab spesifik hipertensi ini diketahui, di antaranya, yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, kelebihan berat badan, kelebihan kolesterol, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Penyebab Hipotensi

Merujuk buku Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif terbitan egc, hipotensi bisa disebabkan oleh perdarahan, penggantian cairan tubuh yang hilang, pneumotoraks, vasodilasi yang disebabkan oleh obat atau anestesia, dan emboli paru. Faktor yang bisa meningkatkan risiko hipotensi adalah:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

Cara Mencegah Hipertensi dan Hipotensi

Ilustrasi sedang mendiagnosis hipertensi dan hipotensi. Foto: Pixabay
Tensi yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah tentu berbahaya bagi kesehatan tubuh penderitanya. Oleh karena itu, disarankan untuk selalu menjaga keseimbangan tekanan darah agar tetap normal.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi dan hipotensi dalam sistem peredaran darah. Disadur dari laman Mayo Clinic, beberapa cara yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
(NDA)