Konten dari Pengguna

Eksplorasi dan Ekspedisi: Menguak Pengaruh Kekaisaran Eropa pada Sains Modern

ARYODA RACHMAD DWI PUTRA
Mahasiswa Psikologi - Universitas Brawijaya
30 Mei 2024 7:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ARYODA RACHMAD DWI PUTRA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bangsa Kekaisaran Eropa melihat dunia untuk eksplorasi dan penaklukan. (Picture from Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bangsa Kekaisaran Eropa melihat dunia untuk eksplorasi dan penaklukan. (Picture from Freepik)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sains modern, sebagai disiplin yang berbeda, banyak berhutang pada tradisi ilmiah kuno dari Yunani klasik, Tiongkok, India, dan dunia Islam. Namun, karakter uniknya mulai terbentuk hanya selama periode modern awal, yang erat kaitannya dengan ekspansi kekaisaran Eropa seperti Spanyol, Portugal, Inggris, Prancis, Rusia, dan Belanda. Periode ini menyaksikan kontribusi signifikan dari budaya non-Eropa, namun pengumpulan dan pelembagaan pengetahuan ilmiah sebagian besar dilakukan oleh elit penguasa kekaisaran Eropa.
ADVERTISEMENT

Interseksi Sains dan Imperialisme

Kebangkitan sains modern di Eropa bukan disebabkan oleh kecenderungan genetik bawaan terhadap penyelidikan ilmiah di kalangan orang Eropa. Sebaliknya, hal itu merupakan hasil dari konteks sejarah tertentu di mana ambisi ekspansionis kekaisaran Eropa memfasilitasi dan difasilitasi oleh eksplorasi ilmiah. Tidak seperti kekaisaran sebelumnya yang terutama mencari kekuasaan dan kekayaan, para imperialis Eropa didorong oleh pencarian pengetahuan. Pola pikir ini dicontohkan oleh pengejaran paralel para ahli botani yang mencari spesies tanaman baru dan perwira angkatan laut yang menjelajahi wilayah yang belum dipetakan.

Konteks Historis dan Contoh

Penjelajah Eropa awal seperti Pangeran Henry Sang Navigator, Vasco da Gama, dan Christopher Columbus menggabungkan misi eksplorasi mereka dengan klaim teritorial, sehingga mengaitkan pencarian pengetahuan dengan ambisi kekaisaran. Pengejaran ganda ini mencapai puncaknya pada abad ke-18 dan ke-19 ketika ekspedisi militer disertai oleh ilmuwan yang ingin membuat penemuan. Contoh terkenal termasuk kampanye Napoleon di Mesir, yang melibatkan 165 sarjana yang secara signifikan memajukan bidang Egyptology, linguistik, dan botani, serta perjalanan HMS Beagle, yang mengarah pada pembentukan teori evolusi oleh Charles Darwin.
ADVERTISEMENT

Dampak Transformasional dari Eksplorasi Eropa

Penaklukan wilayah baru oleh Eropa membawa perubahan besar dalam sistem pengetahuan global. Penemuan Amerika, khususnya, menantang keyakinan lama dan menjadi katalis bagi Revolusi Ilmiah. Periode ini menandai peralihan dari mengandalkan teks dan tradisi kuno menuju penekanan baru pada pengamatan empiris dan pengumpulan data. Integrasi pengetahuan baru yang diperoleh dari berbagai budaya dan geografi memerlukan pendekatan yang lebih ketat dan sistematis terhadap penyelidikan ilmiah.
Hubungan historis antara sains modern dan imperialisme Eropa menggarisbawahi interaksi kompleks antara kekuasaan, pengetahuan, dan eksplorasi. Sementara periode modern awal ditandai dengan dominasi Eropa dalam penemuan ilmiah, demokratisasi ilmu pengetahuan yang kemudian terjadi telah menjadikannya sebuah usaha yang benar-benar global. Pergeseran ini menyoroti dampak abadi dari "mentalitas penaklukan" Eropa pada evolusi pemikiran ilmiah dan ekspansi pengetahuan manusia yang terus berlanjut.
ADVERTISEMENT

Peta Kosong dan Kemunculan Pola Pikir Ilmiah

Pengembangan peta dunia dalam berbagai budaya jauh sebelum zaman modern ditandai dengan kurangnya pengetahuan tentang banyak wilayah, yang sering kali diisi dengan makhluk dan keajaiban imajinatif. Sebaliknya, peta Eropa abad ke-15 dan ke-16 mulai mencakup ruang kosong yang besar, menandakan baik pengakuan atas keterbatasan pengetahuan yang ada maupun undangan untuk mengeksplorasi dan menaklukkan.

Terobosan Psikologis Peta Kosong

Pembuatan peta dengan ruang kosong merupakan terobosan psikologis dan ideologis yang signifikan bagi orang Eropa. Pendekatan baru ini mengakui keterbatasan pengetahuan yang ada dan mewujudkan semangat ilmiah untuk penyelidikan dan eksplorasi. Perjalanan Christopher Columbus pada tahun 1492, yang didasarkan pada asumsi keliru tentang peta dunia yang lengkap, secara tidak sengaja mengarah pada penemuan Amerika, menyoroti pergeseran dari kepastian abad pertengahan menuju rasa ingin tahu modern.
ADVERTISEMENT

Peran Amerigo Vespucci

Amerigo Vespucci memiliki peran penting dalam mendefinisikan ulang pemahaman Eropa tentang dunia. Ekspedisinya dan publikasi yang mengikuti berpendapat bahwa tanah yang ditemukan oleh Columbus bukan bagian dari Asia, melainkan sebuah benua yang sepenuhnya baru. Realisasi ini diabadikan dalam peta dunia Martin Waldseemüller tahun 1507, yang menamai benua baru itu sebagai Amerika. Keberanian Vespucci untuk mengakui ketidaktahuan dan menantang keyakinan yang sudah mapan menggambarkan pola pikir ilmiah yang muncul.

Dampak pada Revolusi Ilmiah

Penemuan Amerika menjadi katalis bagi Revolusi Ilmiah dengan menunjukkan ketidakcukupan teks kuno dan mendorong orang Eropa untuk mencari pengetahuan baru. Kebutuhan untuk memahami dan menguasai wilayah baru yang luas menyebabkan kemajuan pesat dalam berbagai bidang, termasuk geografi, biologi, dan antropologi. Praktik meninggalkan ruang kosong pada peta untuk diisi dengan penemuan baru menjadi metafora untuk usaha ilmiah yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Evolusi peta dunia dari yang penuh hingga kosong menggambarkan pergeseran mendalam dalam pendekatan orang Eropa terhadap pengetahuan dan eksplorasi. Transformasi ini meletakkan dasar bagi Revolusi Ilmiah dan metode ilmiah modern, yang dicirikan oleh pencarian tanpa henti terhadap yang tidak diketahui dan komitmen terhadap pengamatan empiris. Warisan dari periode ini terus mempengaruhi penyelidikan ilmiah kontemporer dan pemahaman kita tentang dunia.
Referensi:
Harari, Y. N. (2015). Sapiens. Harper.