Tiga Hal Penting untuk Pembangunan Ekonomi Bangsa

Asep Saefuddin
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) - Guru Besar Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB)
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2022 10:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Saefuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tiga Hal Penting untuk Pembangunan Ekonomi Bangsa. Foto: Dok. UAI
zoom-in-whitePerbesar
Tiga Hal Penting untuk Pembangunan Ekonomi Bangsa. Foto: Dok. UAI
ADVERTISEMENT
Ada tiga hal yang sangat penting untuk selalu diprioritaskan oleh negara. Ketiga hal ini akan menjadi fondasi sekaligus pilar kemajuan negara. Indonesia tidak boleh lengah dalam menangani ketiga faktor tersebut. Termasuk untuk pembangunan ekonomi bangsa. Pembangunan ekonomi yang melupakan ketiga hal penting tersebut juga akan rapuh. Tidak akan kokoh. Apalagi untuk bertahan selamanya.
ADVERTISEMENT
Apa saja ketiga hal penting tersebut? Pertama adalah pendidikan. Jika ditanya mengapa pendidikan termasuk hal yang sangat penting, maka jawabannya tidak lain karena pendidikan itu langsung berhubungan dengan manusia. Unsur yang berperan dalam subjek kegiatan pembangunan.
Manusia itulah yang mampu merancang dan sekaligus menjalankan program. Adapun di luar manusia hanyalah alat pembangunan. Dan alat bahkan sistemnya pun dibangun manusia. Kreativitas dan inovasi sebagai sumber dasar penemuan-penemuan dan turunannya berada pada keputusan hidup manusia. Bukan pada alat, teknologi, dan sistem. Bahkan "robot cerdas" pun hasil karya manusia.
Untuk itu, pendidikan jangan sampai mereduksi manusia menjadi alat atau robot. Bila pendidikan terlalu meloncat ke penguatan kepintaran, tanpa sifat kemanusiaan yang mendasar (basic humanity traits), itu sama saja kita sedang menyiapkan robot pintar atau manusia teknis. Kemampuan itu memang penting, tetapi tidak diletakan di dasar.
ADVERTISEMENT
Pendidikan dasar harus berbasis pada nilai-nilai luhur kemanusiaan itu sendiri. Peserta didik harus dibekali dengan sifat-sifat jujur, disiplin, welas asih, kolaboratif, penolong, budi pekerti mulia, mau berkorban untuk kepentingan umum, dan sifat akhlakul karimah lainnya.
Tahap berikutnya peserta didik harus dibekali sifat keberanian untuk menerima resiko (risk taker), tidak takut gagal, mau mencoba menjalankan ide, mampu menerima kegagalan dan terus bangkit lagi, belajar dari kegagalan, kreatif, inovatif, dan jiwa entrepreneur lainnya. Setelah itu mereka juga harus dibekali kompetensi sains dan teknologi (hard competence) untuk menjalankan gagasannya.
Penguatan sifat yang berkaitan dengan akhlakul karimah dan entrepreneurship dilatihkan dari sejak PAUD/TK sampai tingkat menengah atas. Tahap berikutnya digenjot dengan kekuatan sains dan teknologi saat ini. Mereka harus mumpuni dalam analisis big data, teknologi informasi, teknologi digital, bisnis, penguasaan peta-peta sumber daya energi, sumber daya pangan.
ADVERTISEMENT
Tentu juga kemampuan pendekatan multidisiplin dan kerjasama tim harus jadi modal generasi saat ini. Kemampuan dalam kompetensi lunak (soft competence) seperti komunikasi, organisasi, kepemimpinan, dan beberapa bahasa asing.
Di tingkat pendidikan tinggi harus diperkuat dengan kegiatan riset dan inovasi. Mahasiswa sering terdedah dengan diskusi membahas topik saat ini dikaitkan dengan keilmuan yang relatif baru dalam dunia bisnis, ekonomi, sosial kemasyarakatan, hukum, politik, dan topik hangat lainnya. Mereka terbiasa untuk menatap ke depan dengan memasukan sains dan teknologi yang semakin cepat berubah.
Kedua adalah kesehatan. Manusia sangat memerlukan fondasi kesehatan yang kokoh. Jangan sampai masyarakat tidak mendapatkan pelayanan dalam hal kesehatan ini. Kesehatan individu akan mengakumulasi menjadi kesehatan masyarakat. Konsep preventif lebih diutamakan daripada kuratif. Program-program agar masyarakat itu sehat harus masuk ke pelosok-pelosok desa.
ADVERTISEMENT
Bila masyarakat itu sehat maka kegiatan pembangunan akan lancar. Masyarakat bisa bekerja dengan baik. Mereka yang usia sekolah juga bergairah mencari ilmu. Olahraga akan maju. Dan banyak lagi dampak positif dari kesehatan ini. Energi yang muncul akan positif dan kondusif untuk kemajuan.
Berbeda dengan penyakit, energi yang timbul jadi negatif. Bila ditinjau dari segi ekonomi, pendekatan preventif akan jauh lebih murah dari ekonomi kuratif.
Ketiga adalah hukum. Hukum yang adil selain akan menjaga kestabilan ekonomi juga sangat penting dalam menjaga pendidikan dan kesehatan. Artinya aspek hukum ini tidak boleh dipermainkan dan diintervensi oleh kekuasaan. Negara betul-betul harus menjaga keadilan dengan hukum yang hanya memihak kepada kebenaran. Bukan hukum yang mengabdi pada kepentingan berbasis materialism.
ADVERTISEMENT
Hukum harus dipegang oleh mereka yang punya integritas tinggi. Memegang teguh kebenaran faktual yang tidak memihak kepada mereka yang punya kekuasaan dan kekuatan kapital. Dengan demikian hukum bisa jadi panglima dalam menggiring ekonomi yang kuat, masyarakat yang sehat, berbudi mulia dan berdaya saing dengan kekuatan sains dan teknologi.
Bagaimana dengan ekonomi? Ekonomi memang bisa jadi lokomotif dalam menggerakan masyarakat produktif. Tetapi tetap tidak mungkin maju secara kokoh dan berkelanjutan tanpa modal manusia (human capital), kesehatan dan hukum yang berkeadilan. Konsep ini tidak bisa diputar. Human first then economy.
Indonesia dengan kekuatan sumber daya alam yang sangat kaya menjadi mubazir tanpa kekuatan sumber daya manusia dan hukum yang kokoh. Aset SDA akan habis atau dieksploitasi orang asing.
ADVERTISEMENT
Kembali lagi, untuk penguatan ekonomi juga memerlukan kekuatan pendidikan, kesehatan, dan hukum berkeadilan.