Buruh di Bandung Tolak May Day Dirayakan dengan Pesta atau Dangdutan

Konten Media Partner
30 April 2019 12:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peringatan May Day 2014 di Bandung. (Iman Herdiana)
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan May Day 2014 di Bandung. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BANDUNG, bandungkiwari – Hari Buruh Internasional (May Day) di Bandung akan diwarnai unjuk rasa yang dipusatkan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Rabu (1/5). Salah satu elemen buruh menolak May Day sebagai ajang perayaan.
ADVERTISEMENT
Penolakan May Day sebagai perayaan muncul dari Gerakan Rakyat Anti Kapitalis (Gerak) yang terdiri dari buruh dan elemen masyarakat Kota Bandung.
Juru bicara Gerak yang juga aktivis buruh dari Konfederasi Serikat Nasional (KSN), Supinah, menegaskan bahwa May Day bukan perayaan melainkan sebagai perlawanan buruh terhadap pemodal. Ia pun meminta semua pihak tidak asal mendefinisikan May Day.
“Tiap tahun kami peringati May Day. May Day bukan perayaan tapi perlawanan,” kata Supinah, dalam jumpa pers pra-May Day di Bandung, Senin (29/4).
Baca Juga:
Ia mengakui, ada definisi salah kaprah tentang hari buruh sehingga May Day dianggap perayaan atau pesta. Padahal dalam sejarahnya, May Day lahir dari perlawanan buruh yang menuntut pengurangan jam kerja dari 18-20 jam sehari menjadi 8 jam. Perjuangan ini dilakukan dengan perlawanan dan pengorbanan para pejuang buruh.
ADVERTISEMENT
Sehingga menurut Supinah, peringatan May Day tidak tepat disebut sebagai perayaan. Namun akhir-akhir ini ia melihat May Day digiring sebagai perayaan yang dilengkapi dengan berbagai acara yang tidak nyambung dengan sejarahnya.
Ia menuturkan, ada May Day yang diwarnai bazar sembako murah sampai musik atau dangdutan. Bahkan muncul jargon May Day is Holiday.
Ia menegaskan, peringatan May Day yang dilakukan dengan perayaan sama dengan mengkhianati perjuangan para buruh terdahulu yang berhasil mengurangi jam kerja dari 20 jam menjadi 8 jam yang bisa dirasakan hingga kini.
“1 Mei hari perlawanan bukan perayaan. Jangan sampai darah kawan-kawan kita dulu kita rayakan dengan dangdutan. Pemerintah juga harus membaca sejarah May Day,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ia pun meminta agar tidak ada himbauan-himbauan merayakan May Day, seolah-olah May Day sebagai hari ulang tahun yang harus dirayakan dengan pesta. Perayaan seperti itu dinilai mengkhianati marwah May Day.
Ia lalu menukil sejarah May Day yang dimulai pada 1 Mei 1886 ketika buruh Amerika Serikat melakukan demonstrasi besar-besaran dan pemogokan massal untuk menuntut pengurangan jam kerja. Persitiwa ini disikapi negara dengan alat kekerasan. Banyak buruh yang jadi korban. Selanjutnya 1 Mei disepakati sebagai hari demonstrasi buruh internasional untuk menyuarakan tuntutan dan hak-haknya. (Iman Herdiana)