Konten dari Pengguna

Ekonomi Sirkular dan Pembangunan Berkelanjutan: Daur Ulang Baterai Lithium ion

BEGAWAN DAMAR NGESTI
Begawan Damar Ngesti lahir di Jember, 14 Maret 2005. Saat ini merupakan seorang mahasiswa semester 3 dari Politeknik Keuangan Negara STAN. Mengambil Program Studi DIV Manajemen Keuangan Negara.
29 April 2025 12:45 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BEGAWAN DAMAR NGESTI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gaungan Net Zero Emission
Transformasi energi fosil melalui transisi elektrifikasi telah menjadi solusi global untuk mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Implementasi elektrifikasi melalui kendaraan listrik (EV) dapat membuktikan terkait pengurangan emisi karbon secara global (Daniswara et al., 2025). Kendaraan listrik (EV) merupakan tulang punggung transisi elektrifikasi. Hal ini dibuktikan dengan pangsa pasar kendaraan listrik global diperkirakan sekitar 30% dari total penjualan kendaraan pada tahun 2025 dan sekitar 60% pada tahun 2030 (International Energy Agency, 2023).
Gambar Data Jumlah Mobil Elektrik Terjual Pada Tahun 2010-2030 (Sumber: https://ourworldindata.org/)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Data Jumlah Mobil Elektrik Terjual Pada Tahun 2010-2030 (Sumber: https://ourworldindata.org/)
Tren permintaan kendaraan berbasis listrik EV berdasarkan gambar di atas https://ourworldindata.org/ menunjukkan progresivitas positif tiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan capaian penjualan global yang tercatat sebesar 13,8 juta unit dan dipimpin oleh China sebesar 8,1 juta unit pada tahun 2023. Selain itu, berdasarkan data historikal yang diliput oleh (Arbar, n.d.) penjualan mobil listrik pada tahun 2024 mengalami lonjakan sebesar 25% yaitu 17,1 juta unit bahkan tidak termasuk jenis plug in.
Gambar proyeksi Penjualan Kendaraan Lsitrik (Sumber: Diolah penulis dari IEA, 2024)
Berdasarkan analisis proyeksi pada tabel di atas melalui metode STEPS yang dilakukan oleh IEA, selain berlandaskan pada analisis historikal pada EV yang mengalami peningkatan penjualan tiap tahunnya, EV diproyeksikan akan stabil meningkat hingga satu satu dekade kedepan (2035). Hasil data ini dapat memberikan interpretasi atau bukti bahwa EV akan menjadi ladang bisnis yang mengalami permintaan cukup sustain kedepannya.
Gambar Potensi Daur Ulang Baterai EV Global (Sumber: Diolah penulis dari Allied Market Research)
Meningkatnya permintaan produk berbasis baterai, khususnya EV menimbulkan ledakan permintaan pada rantai bahan baku baterai pula. Hal ini sejalan dengan laporan serta forecasting berdasarkan gambar.3 yang menyatakan bahwa pada tahun 2025 ukuran pasar untuk daur ulang baterai mencapai 2.272,3 USD atau dapat dikatakan mengalami kenaikan CAGR sebesar 41,8% dari tahun 2017 yang hanya sebesar 138,6 dalam perspektif global.
ADVERTISEMENT

Potensi Investasi Berkelanjutan di Indonesia

Perlu digaris bawahi bahwa hingga saat ini Indonesia masih belum memiliki pabrik daur ulang baterai lithium ion. Komitmen pemerintah terkait peningkatan produktivitas EV berada pada tahapan dukungan pembangunan ekosistem pembuatan baterai (bukan daur ulang) yang meliputi pabrik baterai Hyundai-LG di Karawang dan Wuling di Cikarang (Kusdyanto, n.d.).
Dengan memanfaatkan momentum kekurangan pasokan serta tingginya permintaan lithium ion dalam pasar global, pemerintah Indonesia sebenarnya dapat sekaligus menciptakan iklim industri daur ulang yang berkelanjutan pada aspek lingkungan hingga perekonomian secara nasional. Selain itu, melalui PP No. 79 Tahun 2023 dan PMK No.12 Tahun 2025, pemerintah memberikan insentif pajak untuk jenis PPN, PPNBM, PKB, dan BBNKB yang tentunya akan meningkatkan permintaan EV di Indonesia. Peningkatan EV di Indonesia tentunya akan diikuti oleh kenaikan permintaan bahan baku EV yaitu lithium ion.
Gambar 17 Point SDGS (Sumber: United Nation)
Selain proses bisnis yang dapat menjamin proyeksi net income yang positif dikarenakan lonjakan permintaan tiap tahunnya. Implementasi daur ulang baterai lithium juga dapat berkontribusi terhadap setidaknya 8 dari 17 poin Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu poin 1, 5, 6, 7, 8, 9, 12, dan 15.
ADVERTISEMENT

Tantangan dan Solusi Strategis

Daur ulang baterai berjenis Lithium ion menghadapi beberapa tantangan dalam operasionalisasinya. Pertama, proyek ini membutuhkan aspek pendanaan yang cukup tinggi pada komponen Initial Outlay, hal ini dikarenakan kebutuhan alat-alat atau aset yang memadai dalam proses operasional. Kedua, pengelolaan limbah B3 baterai lithium cenderung memiliki risiko terkait kebakaran maupun pencemaran tanah. Hal ini selaras dengan laporan dari Waste Dive terkait 390 insiden kebakaran di TPA U.S dan Kanada akibat letupan limbah baterai. Kasus serupa juga terjadi di tanah air, khususnya pada TPA Cirebon dan Tasikmalaya pada tahun 2023 akibat ledakan limbah baterai ponsel bekas (Septianto, n.d.). Berdasarkan riset yang dilakukan oleh (Putra et al., 2019), limbah B3 memiliki pengaruh negatif terhadap lingkungan maupun kesehatan melalui media berupa air, tanah, udara, dan biota limbah B3 meracuni gen makhluk hidup melalui rantai makanan.
ADVERTISEMENT
Menghadapi tantangan baik dalam lingkup pendanaan maupun risiko operasional, pemerintah Indonesia dapat menginisiasi beberapa solusi untuk merealisasikan program pembangunan sirkular daur ulang baterai lithium ion melalui mekanisme sebagai berikut.
1. Supremasi hukum terkait aturan pengelolaan baterai EV. Selain untuk memitigasi adanya pembuangan sembarangan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, kebijakan ini dapat mempermudah integrasi rantai pasok baterai lithium ion yang tidak terpakai sehingga lebih mudah untuk diproses daur ulang
2. Insentif perpajakan dalam sektor daur ulang baterai lithium ion. Mengingat kendala terkait pendanaan, investor merupakan salah satu opsi terbaik dalam merealisasikan program berkelanjutan ini. Hal ini bisa meliputi pembebasan tarif PPN rantai pasokan, pengadaan aset, hingga insentif Pajak Penghasilan Badan.
ADVERTISEMENT
3. Implementasi metode ramah lingkungan. Terdapar beberapa metode dalam pengolahan limbah baterai lihtium ion, salah satu metode yang paling ramah lingkungan ialah hydrometalurgy karena menggunakan bahan dasar air sebagai prosesnya. Berbeda dengan proses pyrometalurgy yang umumnya digunakan oleh perusahaan daur ulang internasional yang menyebabkan asap pembakaran (C02).
4. Skema risk management operasional yang terintegrasi berbasis AI dan IoT. Belajar dari pengalaman adanya kecelakaan pengelolaan baterai, perusahaan dapat menggunakan sensor kebakaran yang dideteksi oleh AI dan teknologi pemadam otomatis terstruktur sehingga dapat memadamkan api tepat sasaran.
Daur ulang lithium ion bukan hanya alternatif atas kelangkaan sumber daya, melainkan juga jembatan strategis menuju kedaulatan energi dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Melalui kebijakan atau sasaran yang tepat guna dan terukur, pemerintah dapat menciptakan ekosistem yang mendorong inovasi, menarik investasi, hingga lingkup tertingginya ialah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional.
ADVERTISEMENT