Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
4 Contoh Hadits Palsu yang Perlu Diketahui agar Terhindar dari Kesesatan
9 Januari 2023 10:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam kajian ilmu fiqih, hadits seperti itu disebut juga dengan hadits maudhu . Mengutip buku Studi Al-Hadits oleh Moh. Ali Abdul Shomad, hadits maudhu adalah hadits yang diada-adakan dan dipalsukan atas nama Rasulullah SAW secara sengaja dengan motif tertentu.
Biasanya, pembuat hadits palsu menyusun perkataan yang berasal dari dirinya sendiri, lalu meletakkan sanad dan meriwayatkannya. Ada pula hadits palsu yang dibuat dengan mengambil perkataan dari ahli kemudian meletakkan sanadnya.
Para ulama sepakat bahwa hadits palsu merupakan hadits dha’if yang paling rendah dan paling buruk. periwayatannya sangat dilarang dalam kondisi apa pun kecuali disertai dengan penjelasan tentang statusnya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:
“Barang siapa menceritakan suatu hadits dariku yang diketahui itu bohong, maka dia adalah salah satu pendusta.” (Muqaddimah Muslim bi Syarhi an-Nawawi, jilid 1)
ADVERTISEMENT
Penyebaran hadits palsu yang sudah ada sejak zaman Nabi semakin merajalela di masa sekarang. Jika dibiarkan, hadits palsu akan menyesatkan umat Muslim karena menimbulkan kekeliruan yang besar. Lalu, apa saja contoh hadits palsu yang tidak boleh dijadikan rujukan?
Contoh Hadits Palsu
Mengutip buku Musthalahul Hadits oleh Syaikh DR. Mahmud Ath-Thahhan, ada beberapa cara membedakan hadits palsu dan shahih yang dapat dilakukan. Pertama, melalui indikasi dari para perawi. Misalnya jika ternyata perawi adalah seorang syiah rafidhah dan haditsnya berkaitan dengan keutamaan ahlul bait.
Cara kedua yaitu melalui indikasi pada hadits yang diriwayatkan. Misalnya, ada kata-kata janggal yang terdapat pada teks atau bertentangan dengan nalar dan akal sehat serta ayat-ayat Alquran .
Agar lebih mudah membedakannya, berikut beberapa contoh hadits palsu yang beredar di kalangan masyarakat:
ADVERTISEMENT
1. Hadits tentang Air Mencapai Empat Puluh Kulah
“Apabila telah mencapai empat puluh kulah, ia tidak mengandung kotoran (najis).”
Mengutip buku Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’ tulisan Muḥammad Nāṣir al-Dīn Albānī, hadits tersebut termasuk hadits maudhu. Diriwayatkan oleh al-Uqaili dalam adh-Dhu’afa’ dari al-Qasim bin Abdullah bin Umar al-Umari, dari Muhammad bin al-Munkadir, dari Jabar bin Abdullah secara marfu’.
Al-Uqaili berkata bahwa Al-Qasim bin Abdullah banyak berbuat salah. Ia dikenal sebagai sosok pendusta yang suka memalsukan hadits. Itu sebabnya hadits ini tidak diperkenankan sebagai bahan rujukan.
2. Hadits tentang Keharusan Berpamitan Sebelum Bepergian
“Apabila salah seorang dari kamu hendak bepergian, hendaklah berpamitan kepada saudara-saudaranya karena Allah menjadikan berkah untuknya dalam doa mereka.”
Hadits ini maudhu, karena perawinya, Nufa’i. Dia adalah Abu Dawud Al-A’ma, didustakan oleh Qatadah. Ibnu Ma’in berkata, “Dia suka memalsukan hadits dan dia tidak ada apa-apanya.”
ADVERTISEMENT
3. Hadits tentang Gugurnya Amal Seorang Istri
“Apabila seorang wanita berkata kepada suaminya, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali darimu,’ maka gugurlah amalnya.”
Hadits ini digolongkan maudhu dengan sanad dari Yusuf bin Ibrahim, dari Anas. Ibnu Hibban berkata, “Yusuf bin Ibrahim meriwayatkan dari Anas sesuatu yang bukan dari haditsnya. Tidak halal meriwayatkan darinya.”
4. Hadits tentang Kepedulian terhadap Dunia dan Akhirat
“Sebaik-baik kalian adalah yang tidak meninggalkan urusan akhirat nya untuk kepentingan dunianya, dan tidak pula meninggalkan kepentingan dunianya untuk kepentingan akhiratnya, dan tidak menjadi beban bagi manusia.”
Menurut Abu Bakar al-Uzdiya dalam kitab al-Hadits dan al-Khathib, hadits ini termasuk maudhu dengan sanad dari Naim bin Salim bin Qunbur, dari Anas bin Malik r.a.
ADVERTISEMENT
Sanadnya digolongkan maudhu sebab Abu Hatim menyebut Yughnam bin Salim sebagai perawi sanad yang dhaif. Sedangkan, Ibnu Hibban mengatakan, “Ia pernah memalsukan sanad yang dinisbatkan kepada Anas bin Malik.”
(ADS)