Arti Eccedentesiast dan Kaitannya dengan Depresi

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
10 Januari 2024 16:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Arti Eccedentesiast dan Kaitannya dengan Depresi. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Arti Eccedentesiast dan Kaitannya dengan Depresi. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Secara literal, eccedentesiast artinya adalah "lihatlah ke gigi". Mengutip situs University of Delaware, istilah ini diambil dari bahasa latin, yakni "ecce" yang berarti "lihatlah" dan "dente" yang berarti "gigi".
ADVERTISEMENT
Frasa "lihatlah ke gigi" bisa diartikan menjadi lihatlah pada senyum yang tampak di permukaan saja. Namun di balik senyum tersebut bisa saja tersimpan banyak hal yang tidak terduga.
Dalam istilah yang lebih populer, eccedentesiast bisa diartikan sebagai senyum palsu. Eccedentesiast ini sering dikaitkan dengan gangguan depresi. Simak penjelasan di bawah ini.

Memahami Eccedentesiast

Memahami Eccedentesiast. Foto: Pexels
Eccedentesiast sebenarnya bukanlah diagnosis klinis. Namun, eccedentesiast sering dikaitkan dengan seseorang yang depresi kemudian menjadikan senyum sebagai tamengnya agar terlihat bahagia.
Depresi sendiri merupakan masalah yang serius. Gangguan mental ini bisa terjadi pada siapa saja. Mengutip informasi yang dirilis WHO tahun 2023, sekitar 280 juta manusia di dunia mengalami depresi.
Depresi lebih sering menimpa perempuan dibandingkan laki-laki. Lebih dari 10% perempuan hamil dan perempuan yang baru saja melahirkan mengalami depresi.
ADVERTISEMENT
Orang depresi yang melakukan eccedentesiast sebenarnya ingin menyembunyikan gejala depresi mereka. Mereka mengesampingkan penderitaan agar bisa tetap aktif dalam kehidupan sosial.
Jadi, untuk mengenali seorang eccedentesiast yang mengalami depresi, Anda dapat melihat gejala depresi lainnya berikut ini.

Kenapa Orang Tersenyum Saat Depresi?

Alasan Orang Tersenyum Saat Depresi. Foto: Pexels
Tersenyum saat merasa depresi bukanlah hal yang mudah. Lantas, kenapa orang memaksakan diri terlihat bahagia meskipun sedang menderita? Berikut uraiannya dirangkum dari Very Well Mind.

1. Takut Membebani Orang Lain

Depresi dan rasa bersalah cenderung berjalan beriringan. Konsekuensinya, banyak orang yang tidak mau membebani orang lain dengan masalahnya, karena merasa bersalah.
ADVERTISEMENT
Hal ini khususnya untuk orang yang lebih peduli pada orang lain dibandingkan diri sendiri. Mereka enggan meminta tolong dan memilih menyimpan masalahnya seorang diri.

2. Rasa Malu

Beberapa orang percaya bahwa depresi adalah simbol kelemahan. Hal ini membuat mereka merasa malu jika mengalami depresi. Mereka berpikir mereka bisa menangani semua masalah tersebut seorang diri.

3. Menyangkal

Eccedentesiast biasanya muncul dari seseorang yang menyangkal kalau dirinya depresi. Banyak orang yang tidak bisa menerima bahwa ada yang salah dengan dirinya. Lebih mudah untuk berpura-pura baik-baik saja daripada berterus terang tentang apa yang mereka rasakan.

4. Takut akan Serangan Balik

Terkadang orang-orang khawatir tentang dampak pribadi dan profesional dari depresi. Misalnya, seorang komedian atau pengacara khawatir orang lain akan meragukan kemampuan mereka dalam melakukan pekerjaannya. Jadi, daripada mengambil risiko dihakimi karena depresi, mereka bersembunyi di balik senyuman.
ADVERTISEMENT

5. Tidak Ingin Terlihat Lemah

Eccedentesiast tidak hanya khawatir orang lain akan menganggap mereka lemah, tapi takut orang lain akan memanfaatkan kondisi depresi yang dialaminya. Mereka lebih baik terlihat kuat di luar daripada lemah.

6. Pandangan terhadap Bahagia yang Tidak Realistis

Media sosial membingkai konsep kebahagiaan secara tidak realistis. Banyak orang yang berselancar di media sosial dan melihat unggahan orang lain yang tampak bahagia.
Kondisi ini dapat memunculkan pemikiran bahwa hanya mereka yang kesulitan. Mereka merasa semakin terisolasi dan memutuskan menyembunyikan masalah dengan senyuman.
(DEL)