Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Arti Nrimo Ing Pandum dan Filosofi Jawa Lainnya yang Bisa Jadi Pedoman Hidup
2 Desember 2022 12:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam menjalani kehidupan, mayoritas masyarakat Jawa masih berpegang teguh pada filosofi-filosofi yang berkembang sejak dulu. Berbagai filosofi itu menjadi nasihat yang diberikan turun-temurun dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
Salah satu filosofi Jawa yang cukup terkenal adalah nrimo ing pandum. Pepatah ini sering dipakai untuk mengajarkan seseorang bersikap legowo atau menerima dengan lapang dada.
Lalu, apa arti nrimo ing pandum sebenarnya? Agar lebih memahaminya, simak penjelasan selengkapnya dalam artikel di bawah ini.
Arti Nrimo Ing Pandum
Dalam bahasa Jawa , nrimo artinya tulus menerima, sedangkan pandum berarti pemberian. Jadi, arti nrimo ing pandum adalah tulus atau ikhlas menerima segala sesuatu yang telah Tuhan berikan.
Dalam kehidupan sosial, nrimo ing pandum bisa berarti bermurah hati dengan sesama. Sedangkan dalam kehidupan, pepatah ini dapat diartikan sebagai rasa cukup dengan kekayaan yang dimiliki.
Mengutip buku Ubah Lelah Jadi Lillah oleh Dwi Suwiknyo, pepatah tersebut hadir untuk membuat hati merasa tenang dan nyaman. Dengan hidup sederhana dan tidak neko-neko, seseorang akan merasa cukup atas apa pun yang diberikan-Nya.
ADVERTISEMENT
Tidak ada rasa pura-pura atau malu dengan apa yang dimiliki. Seseorang yang memegang prinsip nrimo ing pandum bisa tampil apa adanya sesuai kemampuannya, dengan terus mensyukuri berapa pun rezeki yang didapatkan.
Filosofi Jawa dan Maknanya
Budaya Jawa tidak hanya memiliki filosofi nrimo ing pandum. Ada banyak filosofi lain yang bisa menjadi pedoman hidup masyarakat. Berikut beberapa filosofi Jawa beserta maknanya:
1. Urip Iku Urup
Dalam bahasa Jawa, urip iku urup artinya hidup itu menyala. Mengutip buku Setia Hati oleh Bambang Sri Hartono dan Dr. Taufiqur Rohman, filosofi ini mengingatkan bahwa hidup itu hendaknya memberi manfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
ADVERTISEMENT
Seberapa besar manfaat yang bisa diberikan bukanlah hal yang harus diperhitungkan. Sekecil apa pun manfaatnya bukan masalah, asalkan bisa membantu orang lain tanpa rasa pamrih.
2. Becik Ketitik Ala Ketara
Seseorang akan mendapat ganjaran setimpal sesuai perbuatannya. Jika ia berbuat baik, balasannya juga berupa hal baik. Sebaliknya, orang yang berbuat buruk akan menghadapi malapetaka dan hidup merugi.
3. Ngono Yo Ngono, Ning Aja Ngono
Dijelaskan dalam buku Nasihat-Nasihat Hidup Orang Jawa oleh Imam Budhi Santosa, ngono ya ngono, ning ojo ngono artinya “begitu ya begitu, tetapi jangan begitu”. Pepatah ini merupakan peringatan untuk tidak berbuat berlebihan hingga menimbulkan permasalahan baru.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, ngono yo ngono, ning aja ngono mengajarkan seseorang untuk tidak bersikap semaunya sendiri.Segala tindakan harus dipertimbangkan masak-masak. Sebab, jika berlebihan, perbuatan itu bisa merugikan atau mengganggu orang lain.
4. Witing Tresna Jalaran Saka Kulina
Witing tresna jalaran saka kulina merupakan falsafah Jawa tentang cinta yang sering dikaitkan dengan hubungan asmara. Nasihat ini mengandung arti “awal mula cinta dapat tumbuh karena sering bertemu”. Maksudnya, cinta akan tumbuh karena terbiasa.
Meskipun pada awal hubungan tidak ada rasa suka, seiring berjalannya waktu perasaan itu akan tumbuh dengan sendirinya karena terbiasa. Ini tidak hanya berlaku pada hubungan romantis, tetapi juga bisa diterapkan pada hal lain.
(ADS)