Konten dari Pengguna

Corak Tafsir Al Maraghi serta Metode Penafsiran yang Digunakan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
28 Februari 2023 13:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tafsir Al Maraghi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tafsir Al Maraghi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tafsir Al Maraghi merupakan kitab tafsir yang ditulis oleh seorang ulama kontemporer bernama Syaikh Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Proses menulis kitab ini menghabiskan waktu kurang lebih 10 tahun, yakni sejak tahun 1940-1950 M.
ADVERTISEMENT
Penyusunan Tafsir Al-Maraghi dilatarbelakangi kegelisahan Al-Maraghi melihat banyak orang kesulitan memahami Alquran jika hanya membaca tafsir zaman yang lekat dengan pendekatan sastra, bahasa, serta riwayat yang ‘tinggi’.
Mengutip buku The Unity of Al-Qur’an oleh Dr. Amir Faishol Fath, Al-Maraghi menulis Tafsir Al Maraghi dengan gaya bahasa serta susunan redaksi yang mudah dipahami maknanya. Meski begitu, ia tetap menaruh perhatian yang besar terhadap pembahasan antara ayat-ayat dan surat dalam seluruh Alquran.
Dengan begitu, Tafsir Al Maraghi mengandung berbagai ajaran yang memiliki argumentasi kokoh serta sesuai dengan bukti-bukti pengetahuan juga berbagai penelitian dan eksperimen. Pembahasan di dalamnya pun relevan dengan zaman kontemporer saat ini.
ADVERTISEMENT

Corak Tafsir Al Maraghi

Ilustrasi Alquran. Foto: FOTOKITA/Shutterstock
Mengutip buku Senarai Penelitian: Islam Kontemporer Tinjauan Multikultural oleh Evra Willya dkk., Tafsir Al Maraghi merupakan kitab tafsir yang bercorak adab al-Ijtima’i, yakni corak yang berorientasi pada kehidupan budaya dan kemasyarakatan serta diuraikan dengan bahasa yang indah dan menarik.
Penafsiran dengan corak adab al-ijtima’i berusaha mengemukakan keindahan bahasa dan kemukjizatan Alquran sekaligus menjelaskan makna ayat-ayatnya.
Di samping itu, corak tersebut turut berupaya mengungkapkan bahwa Alquran mengandung hukum-hukum alam dan aturan-aturan kemasyarakatan, serta berusaha mempertemukan ajaran Alquran dengan teori ilmiah yang benar.

Metode Penafsiran Tafsir Al Maraghi

Ilustrasi Al-quran. Foto: G.Tbov/Shutterstock
Mengutip buku Jurnal Iman dan Spiritualitas Volume 2 Nomor 1 oleh Irsyad Al-Fikri dan Deden Rohmanudin, metode yang digunakan dalam penulisan Tafsir Al Maraghi adalah metode tahlili, yakni metode yang menjelaskan ayat-ayat Alquran dari berbagai seginya, berdasarkan urutan-urutan ayat atau surat dalam mushaf.
ADVERTISEMENT
Metode tersebut dapat dilihat dari penafsirannya yang selaras dengan susunan surat dari Al-Fatihah hingga An-Nas dan selanjutnya diterangkan dengan serinci mungkin.
Selain metode tahlili, ada pula metode khusus yang digunakan Al-Maraghi, yakni:

1. Menampilkan Ayat pada Permulaan Bahasan

Al-Maraghi mengawali penafsirannya dengan menggunakan satu hingga tiga ayat sehingga menghasilkan suatu konsep yang terstruktur. Misalnya, ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 20, Al-Maraghi menyuguhkan dua ayat sesudahnya, yakni Al-Baqarah ayat 21 dan 22, sampai ia mendapatkan konsep tafsir yang lebih terstruktur.

2. Menerangkan Kata yang Dianggap Sukar Secara Terperinci

Setelah menampilkan beberapa untaian ayat, Al-Maraghi menerangkan mufrodat atau kosakata yang dianggap penting tapi sukar dimengerti. Setelah menginterpretasikannya, ia akan menambahkan catatan-catatan berupa penjelasan tentang kosakata tersebut.

3. Memaparkan Ayat-Ayat Secara Umum (Ma’na Al-ijmali)

Pada bagian ini, Al-Maraghi akan memaparkan makna ijmali atau makna umum dari suatu ayat. Tujuannya untuk memberikan gambaran umum tentang topik atau konteks dari ayat yang sedang dibahas.
ADVERTISEMENT

4. Menghindari Istilah-Istilah Ilmiah

Tafsir Al Maraghi jarang menggunakan istilah-istilah ilmiah seperti nahwu, shorof, atau balaghah. Ini dilakukan agar pembaca paham akan isi kandungan Alquran tanpa kesulitan menginterpretasikannya. Karena itu, kitab tafsir ini dianggap cocok bagi kalangan umum yang baru ingin mulai mempelajari kandungan Alquran.

5. Menghindari Kisah-Kisah yang Ada dalam Kitab

Al-Maraghi dalam kitab tafsirnya tidak menyertakan riwayat Israiliyat dalam menginterpretasikan makna ayat Alquran. Menurutnya, kitab-kitab tafsir terdahulu lebih fokus menceritakan sejarah umat sebelum kenabian Muhammad yang tertimpa azab Allah akibat dosa-dosa mereka.
Padahal, bangsa Arab kala itu belum mampu menginterpretasikan masalah-masalah yang disinggung di dalam Alquran karena mayoritas dari mereka buta huruf dan tidak terjangkau informasi.
(ADS)