Makna Lauhul Mahfudz dan Sifat-sifatnya yang Disebutkan Alquran

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
7 Januari 2021 16:03 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi alam semesta dan seisinya tercatat dalam Luhul Mahfudz. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi alam semesta dan seisinya tercatat dalam Luhul Mahfudz. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Lauhul Mahfudz adalah kitab yang menuliskan seluruh catatan takdir dan kejadian di alam semesta. Kitab ini terjaga dan keberadaannya telah ada sebelum penciptaan alam jagat raya dan umat manusia.
ADVERTISEMENT
Lauhul Mahfudz berisi rahasia Allah SWT mengenai manusia dan alam semesta yang telah ditetapkan, termasuk jodoh, rezeki, kematian, hingga hari kiamat.

Arti Lauhul Mahfudz

Ilustrasi Alquran yang menyebutkan Lauhul Mahfudz sebanyak 13 kali. Foto: Pexels
Secara bahasa, istilah Lauhul Mahfudz berasal dari kata Lauh dalam bahasa Arab yang artinya tulang yang lebar dan dapat ditulisi, sedangkan kata Mahfudz memiliki arti yang terpelihara.
Sementara secara istilah, Lauhul Mahfudz adalah kitab yang terjaga dan segala sesuatu yang tertulis di dalamnya tidak akan berubah atau rusak. Salah satu dalil mengenai Lauhul Mahfudz terdapat dalam ayat Alquran berikut:
بَلْ هُوَ قُرْءَانٌ مَّجِيدٌ فِى لَوْحٍ مَّحْفُوظٍۭ
Artinya: "Bahkan yang didustakan itu adalah Alquran yang agung yang tersimpan di papan yang terjaga (Lauhul Mahfudz)." (QS. Al Buruuj: 21-22)
ADVERTISEMENT
Alquran menyebut kata Lauhul Mahfudz sebanyak 13 kali. Namun, penyebutannya hanya sekilas dan tidak detail.
Lauhul Mahfudz memiliki beberapa nama lain, seperti Kitaabun Min Qabli (kitab ketetapan), Ummu Al-Kitab (induk kitab), Kitabbim Maknuun (kitab yang terpelihara), dan Kitabbim Mubiin (kitab yang nyata).

Arti Lauhul Mahfudz Menurut Para Ulama

Ilustrasi alam semesta yang sudah dicatat dalam Lauhul Mahfudz. Foto: Pexels
Lauhul Mahfudz merupakan istilah yang sering ditemui dalam literatur Islam. Berikut adalah penjelasan mengenai arti Lauhul Mahfudz menurut para ulama, seperti Ibnu Mandzur, Ibnu Katsir, dan Ibnu Qoyim.

1. Ibnu Mandzur

Ibnu Mandzur adalah seorang ahli tafsir yang terkenal dengan kitab tafsirnya, yaitu Lisan al-'Arab. Dalam kitab tersebut, Ibnu Mandzur menafsirkan Lauhul Mahfudz sebagai berikut:
"Lauh adalah alas lebar terbuat dari papan kayu. Azhari mengatakan, 'Lauh adalah papan dari papan kayu. Dan papan kalau ditulis di dalamnya dinamakan ‘Lauh’.'
ADVERTISEMENT
Dan Lauhul Mahfudz sebagaimana terdapat dalam Alquran 'Dalam Alquran (yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.' Maksudnya adalah Alquran yang tersimpan atas kehendak Allah.'" (Lisan al-Arab, 2/584)

2. Ibnu Katsir

Ibnu Katsir adalah seorang ulama terkemuka dan mufassir yang dikenal dengan tafsir Alquran yang komprehensif, yakni Tafsir Ibnu Katsir. Dalam tafsirnya tersebut, Ibnu Katsir mengartikan Lauhul Mahfudz sebagai berikut:
"'Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.' Maksudnya (bahwa Alquran) di tempat tertinggi dan terjaga dari adanya penambahan, pengurangan, penyelewengan, dan penggantian." (Tafsir Ibnu Katsir, 4/497-498)

3. Ibnu Qoyim

Ibnu Qoyim Al-Jauziyah adalah seorang cendekiawan Islam terkenal yang menghasilkan banyak tulisan, termasuk di bidang tafsir Alquran. Dalam karyanya yang terkenal, At-Tibyan Fi Aqsamil Qur’an, Ibnu Qoyim menjelaskan Lauhul Mahfudz sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
"Ungkapan (Mahfudz/terjaga) kebanyakan ahli qiroat membacanya dengan jar sebagai sifat untuk lauh. Di dalamnya ada isyarat bahwa syaitan tidak akan mungkin masuk di dalamnya karena tempatnya terjaga agar (tidak) sampai bisa masuk.
Maka Lauhul Mahfudz terjaga dari tindakan syaitan baik untuk menambah atau mengurangi. Maka (Allah SWT) mensifati bahwa ia terjaga dalam firman-Nya (dalam Alquran surat Al-Hijr ayat 9).
Maka Allah menjaga tempat Lauhul Mahfudz. Menjaga dari tambahan, pengurangan, dan penggantian. Menjaga maknanya dari penyelewengan sebagaimana menjaga lafaznya dari penggantian.
Dan Dia menetapkan siapa yang menjaga hurufnya dari tambahan dan pengurangan dan menjaga maknanya dari penyelewengan dan perubahan." (At-Tibyan Fi Aqsamil Qur’an, hlm. 62)
ADVERTISEMENT

Sifat-Sifat Lauhul Mahfudz

Alquran terjaga kemurniannya di Lauhul Mahfudz. Foto: pixabay
Dalam banyak ayat di Alquran, Allah menyebutkan beberapa sifat Lauhul Mahfudz, yakni sebagai berikut.

1. Tidak Ada yang Tertinggal atau Terlupakan

Allah berfirman:
وَعِنۡدَهٗ مَفَاتِحُ الۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَاۤ اِلَّا هُوَ‌ؕ وَيَعۡلَمُ مَا فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ‌ؕ وَمَا تَسۡقُطُ مِنۡ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِىۡ ظُلُمٰتِ الۡاَرۡضِ وَلَا رَطۡبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِىۡ كِتٰبٍ مُّبِيۡنٍ
Artinya:
"Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya.
Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Al-An'am: 59)
ADVERTISEMENT

2. Seluruh Kehidupan di Dunia Tercatat di Dalamnya

Allah berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ ۚ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
Artinya:
"Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan." (QS. Al-An'am: 38)

3. Seluruh Informasi tentang Manusia Tercatat di Dalamnya

Allah berfirman:
{ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ (1) بَلْ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ فَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا شَيْءٌ عَجِيبٌ (2) أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا ذَلِكَ رَجْعٌ بَعِيدٌ (3) قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الأرْضُ مِنْهُمْ وَعِنْدَنَا كِتَابٌ حَفِيظٌ (4)
Artinya:
"Qaaf. Demi Alquran yang sangat mulia.
(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, 'Ini adalah suatu yang amat ajaib.'
ADVERTISEMENT
Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin.
Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat)." (QS. Qaf: 1-4)

4. Kalimat Allah yang Ada di Dalamnya Tidak Akan Ada Habisnya

Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَٰمٌ وَٱلْبَحْرُ يَمُدُّهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَٰتُ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya:
'Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Luqman: 27)

Lauhul Mahfudz Jodoh yang Telah Ditetapkan oleh Allah SWT

Ilustrasi pasangan Muslim yang berjodoh. Foto: Pexels
Dalam Islam, jodoh diartikan sebagai seseorang yang namanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Seperti rezeki yang sudah ditulis di kitab ini, jodoh juga harus diusahakan dengan ikhtiar dan doa.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Mengikuti Zaman Tanpa Berpaling dari Agama oleh M. Aqil Maulana (2021: 78), jodoh adalah cerminan dari diri sendiri. Pria atau wanita yang baik akan dipertemukan dengan jodoh yang baik pula, sedangkan mereka yang buruk akan mendapatkan jodoh yang buruk pula.
Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam ayat Alquran berikut:
الخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ، أُولئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ هُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Artinya:
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).
Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)." (QS. An-Nur: 26)
ADVERTISEMENT
Ketika seorang Muslim ingin mencari jodoh yang sesempurna, maka harus berusaha menyempurnakan diri. Seorang Muslim harus terus-menerus memperbaiki diri, memperkaya intelektual, dan memperkuat iman agar mendapat kebahagiaan setelah menikah.

Hakikat Lauhul Mahfudz Jodoh

Ilustrasi perempuan-perempuan Muslim yang sholihah sebagai salah satu kriteria jodoh. Foto: Unsplash
Perihal jodoh sudah ditulis oleh Allah di Lauhul Mahfudz. Ketetapan ini sudah tertulis sejak puluhan ribu tahun lamanya sebelum langit dan bumi diciptakan. Rasulullah SAW bersabda:
"Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR. Muslim)
Jodoh sudah ditakdirkan beserta sebab-sebabnya. Tidak akan pernah keliru atau tertukar. Masing-masing pria ataupun wanita telah tertulis untuk menjadi jodoh bagi yang lain.
Setiap makhluk diciptakan Allah dengan berpasang-pasangan. Catatan jodoh itu menyangkut dengan siapa bertemu, kapan bertemu, dalam keadaan apa bertemu, perasaan apa yang muncul setelah bertemu, dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun sudah ditetapkan di Lauhul Mahfudz, umat Muslim dianjurkan agar berikhtiar semaksimal mungkin untuk menjemput jodohnya. Rasulullah telah memberikan beberapa catatan hadits untuk umatnya agar bisa memilih jodoh dengan baik, di antaranya:

1. Wanita atau Pria yang Baik Agamanya

Dikutip dari Halaqah Cinta (Special Edition) oleh Arif Rahman Lubis (2017: 278), kriteria jodoh yang baik adalah wanita atau pria yang baik agamanya. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut:
تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
Artinya:
"Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (keislamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi." (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Wanita yang Penyayang dan Subur

Rasulullah menganjurkan untuk menikahi wanita yang penyayang dan subur. Sebagaimana dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
ADVERTISEMENT
تزوجوا الودود الولود فاني مكاثر بكم الأمم
Artinya:
"Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya umatku." (HR. An Nasa’I dan Abu Dawud)

3. Mengetahui Baik Agama dan Akhlaknya

Jodoh yang baik dalam ajaran Islam adalah pria atau wanita yang baik agama dan akhlaknya. Karenanya, umat Muslim perlu mengetahui baik agama dan akhlak orang yang diharapkan menjadi jodohnya. Berikut keterangan haditsnya:
عن أبي هريرة قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إذا أتاكم من ترضون خلقه و دينه فانكحوه إلا تفعلوا تكن فتنة في الأرض وفساد عريض . رواه الحاكم وقال هذا حديث صحيح الإسناد و لم يخرجاه
Artinya:
"Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: 'Apabila datang kepada kalian siapa yang kalian ridhai akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak kalian lakukan, niscaya akan menjadi fitnah dan muka bumi dan kerusakan yang luas.'" (HR. Al-Hakim)
ADVERTISEMENT

4. Hiasan Terbaik bagi Seorang Pria adalah Wanita Sholihah

Dikutip dari Menjadi Wanita Shalihah dan Mempesona oleh Ya’cub Chamidi, dkk., (2019: 187), hiasan terbaik bagi seorang pria adalah wanita sholihah. Sebab, wanita sholihah dapat mengantarkan suaminya ke surga. Rasulullah bersabda:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَاالْمَرْأَةُ الصَّالِحَة
Artinya:
"Dunia adalah hiasan, dan sebaik-baik hiasan dunia adalah wanita Sholehah." (H.R Muslim)

5. Nikahi Wanita yang Merdeka

Seorang pria tidak boleh menikahi budak wanita sebelum ia membebaskannya. Pembebasan budak itu dapat dianggap sebagai maharnya. Rasulullah bersabda:
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ طَاهِرًا مُطَهَّرًا فَلْيَتَزَوَّجْ الْحَرَائِرَ
Artinya:
"Barang siapa yang mau menghendaki Allah dalam keadaan suci dan disucikan, maka hendaklah dia mengawini wanita merdeka." (HR. Ibnu Majah)
Meski begitu, diperbolehkan bagi pria untuk menikahi budak wanita Muslim dengan syarat pria tersebut tidak mempunyai biaya untuk menikahi wanita merdeka yang beriman. Allah berfirman:
ADVERTISEMENT
وَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ مِنْكُمْ طَوْلًا اَنْ يَّنْكِحَ الْمُحْصَنٰتِ الْمُؤْمِنٰتِ فَمِنْ مَّا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ مِّنْ فَتَيٰتِكُمُ الْمُؤْمِنٰتِۗ
Artinya:
"Dan barang siapa di antara kamu tidak mempunyai biaya untuk menikahi perempuan merdeka yang beriman, maka (dihalalkan bagimu perempuan) yang beriman dari hamba sahaya yang kamu miliki." (QS. An-Nisa: 25)
(MSD & SFR)