Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Festival Peh Cun, Peringatan Kematian Tokoh Penting China
3 Juni 2022 11:03 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Duan Wu Jie atau yang dikenal dengan Peh Cun adalah salah satu tradisi dalam kebudayaan Tionghoa. Peh Cun diperingati setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Untuk tahun 2022, Peh Cun dirayakan hari ini, Jumat (3/6).
ADVERTISEMENT
Peh Cun menjadi festival penting dalam sejarah dan kebudayaan Tionghoa. Festival ini selalu dirayakan masyarakat Tionghoa di berbagai negara. Di Indonesia, festival Peh Cun rutin dilaksanakan di sejumlah daerah, seperti Tangerang, Semarang, hingga Yogyakarta.
Mengutip jurnal Festival Peh Cun: Pesta Musim Panas Masyarakat Tionghoa di Tangerang oleh Lelly Qodariah dan Melinda Rahmawati, Peh Cun merupakan momen bagi etnis Tionghoa untuk terhubung dengan para leluhur mereka. Mereka menganggap energi keluar dengan kuat pada hari ini.
Festival Peh Cun identik dengan tradisi makan bakcang dan balap perahu naga. Hal ini tidak lepas dari sejarah festival Peh Cun yang dipercaya masyarakat keturunan Tionghoa. Bagaimana kisah di baliknya? Berikut ulasan singkatnya.
Sejarah Festival Peh Cun
Ada banyak versi sejarah festival Peh Cun. Namun, Hendra Kurniawan dalam buku Kepingan Narasi Tionghoa Indonesia menuliskan, banyak etnis Tionghoa yang memercayai bahwa festival ini erat kaitannya dengan seorang tokoh bernama Qu Yuan.
ADVERTISEMENT
Dalam buku sejarah Shi Ji dikisahkan bahwa Qu Yuan menjadi pejabat tinggi di Kerajaan Chu. Kala itu, keamanan Kerajaan Chu tengah terancam lantaran kedudukan Kerajaan Qin yang semakin kuat.
Qu Yuan pun mengusulkan pada Raja Chu agar bersekutu dengan Kerajaan Qi untuk memerangi Kerajaan Qin. Keluarga raja dan beberapa pejabat lain yang memihak Kerajaan Qin jelas tidak setuju dengan usulan tersebut. Alhasil, Qu Yuan dipecat dari jabatannya dan harus hidup dalam pengasingan.
Pada tahun 278, kekhawatiran Qu Yuan terwujud. Kerajaan Chu pada akhirnya ditaklukkan oleh Kerajaan Qin. Merasa terpukul, Qu Yuan bunuh diri dengan terjun ke Sungai Mi Luo pada tanggal 5 bulan 5 menurut kalender lunar.
Aksi bunuh diri tersebut sejatinya merupakan bentuk protes Qu Yuan. Dalam puisi yang ditulisnya sebelum meninggal, Qu Yuan mengutarakan kekecewaan juga kemarahannya terhadap para penguasa kerajaan yang egois dan tidak memikirkan keselamatan rakyat, hingga menyebabkan jatuhnya Kerajaan Chu.
ADVERTISEMENT
Mengetahui ketulusan Qu Yuan, banyak rakyat yang mencari jenazah Qu Yuan di sungai. Mereka melakukannya sambil melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai agar ikan dan udang tidak mengganggu jenazah Qu Yuan.
Mengutip buku Perayaan Tionghoa di Indonesia Alex Cheung dkk. agar naga dalam sungai tersebut tidak menyantap makanannya, mereka pun membungkusnya dengan daun-daunan. Makanan itu kini dikenal luas sebagai bakcang. Itulah mengapa tradisi makan bakcang dan balap perahu naga masih dilestarikan hingga kini.
Sejak Dinasti Jin, tradisi makan bakcang secara resmi menjadi salah satu kegiatan dalam festival Peh Cun, baik di China maupun di negara lainnya. Biasanya, bakcang terbuat dari beras ketan berisi daging atau tanpa isi dan dimakan dengan cairan gula.
ADVERTISEMENT
(ADS)