Konten dari Pengguna

Sejarah Masjid Namirah, Tempat Rasulullah Memberikan Khutbatul Wada

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
12 Desember 2022 15:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Masjid Namirah. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Masjid Namirah. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masjid Namirah merupakan salah satu ikon di Arafah. Saat musim haji, masjid yang terletak di arah barat Jabal Rahmah (Bukit Arafah) ini dipenuhi oleh ratusan ribu jamaah yang melaksanakan sholat dan mendengarkan khutbah.
ADVERTISEMENT
Terdiri dari dua lantai dengan luas 124.000 m2, Masjid Namirah mampu menampung jamaah hingga tiga ratus ribu orang. Namirah sendiri diambil dari nama salah satu dataran tinggi yang terdapat di Arafah.
Menurut sejarah, Masjid Arafah merupakan tempat Rasulullah SAW memberikan khutbah perpisahannya. Bagaimana kisahnya? Untuk mengetahuinya, simak sejarah Masjid Namirah dalam artikel berikut.

Sejarah Masjid Namirah

Jalanan di sekitar Masjid Namirah tempat khotbah Arafah tampak sepi pada haji 2020, Kamis (30/7). Foto: Twitter/@hsharifain
Masjid Namirah didirikan untuk menandai tempat khutbah saat wukufnya Nabi Ibrahim dan sang putra, Ismail. Masjid ini juga menjadi tempat di mana Nabi Muhammad memberikan khutbatul wada, yaitu khutbah terakhirnya dalam Haji Wada sebelum beliau meninggal dunia.
Mengutip buku Ensiklopedia Fiqih Haji dan Umrah oleh Gus Arifin, pada 9 Dzulhijjah atau 10 Hijriah, Rasulullah membuat kemah di Namirah sebelum kembali ke tempat semula di Arafah. Setelah tergelincirnya matahari, belau menuju ke tengah lembah Uranah lalu sholat Dzuhur dan Ashar secara jamak taqdim.
ADVERTISEMENT
Beliau juga berkhutbah untuk menyampaikan risalah. Dalam khutbah perpisahannya tersebut, Rasulullah SAW menyampaikan beberapa pesan kepada kaumnya. Di antaranya pesan untuk terus mendirikan sholat, membayar zakat, tidak berlaku kasar terhadap wanita, serta tidak murtad dan mengambil harta orang lain.
Pada hari itu, tepatnya selepas Ashar, Allah menurunkan Surat Al-Maidah ayat 3 sebagai wahyu terakhir Nabi Muhammad. Allah berfirman:
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah aku ridai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Maidah: 3)
Ilustrasi Masjid Namirah. Foto: Unsplash
Pada pertengahan abad kedua Hijriah, pada masa awal Dinasti Abbasiyah, sebuah masjid dibangun di tempat Nabi Muhammad sholat dan khutbah tersebut. Masjid itulah yang kini dikenal sebagai Masjid Namirah.
ADVERTISEMENT
Mengutip laman Life In Saudi Arabia, lembah Uranah sebenarnya bukan termasuk wilayah Arafah. Namun, setelah mengalami perluasan, masjid ini dibagi menjadi dua unit.
Unit pertama adalah tempat khutbah disampaikan, yaitu di luar wilayah Arafah. Sedangkan bagian kedua terletak di dalam Arafah.
Itu sebabnya, banyak papan nama yang dipasang di dalam Masjid Namirah untuk memberi tahu perbatasannya agar jamaah haji tetap berada di lingkungan Arafah. Dengan demikian, ibadah yang mereka jalani tetap dianggap sah dan bernilai sempurna.
Pasca perluasan, luas Masjid Namirah ditaksir mencapai 124.000 m2 dengan panjang sekitar 340 m dan lebar 240 m. Pada hari biasa, masjid ini mampu menampung hingga tiga ratus orang. Namun, ketika musim haji tiba, Masjid Namirah bisa menampung lebih banyak jamaah.
ADVERTISEMENT
(ADS)