Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Tripitaka, Kitab Suci Agama Buddha yang Ditulis Dalam Bahasa Pali
5 November 2021 9:29 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 16 Februari 2023 21:30 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap agama pasti memiliki Kitab Sucinya masing-masing termasuk Agama Buddha. Kitab suci sendiri merupakan Wahyu yang mengajarkan ajaran suatu agama dan dibukukan untuk dibaca oleh pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Agama Buddha mengenal beberapa aliran, yang terkenal diantaranya Theravada, Tantrayana, dan Mahayana. Menurut buku Seri Siapa Dia: Buddha (2000:1) karya Gillian Stokes, Aliran Theravada umumnya dianut di Thailand, Birma dan Srilanka, sedangkan aliran Tantrayana dianut oleh warga Buddhis di Tibet.
Di Indonesia sendiri dapat dilihat dari candi peninggalan sejarah seperti Borobudur, Pawon, dan Mendut kalau penganut Buddhis pada saat itu mengikuti aliran Mahayana.
Isi Tripitaka Sebagai Kitab Suci Agama Buddha
Kitab suci Agama Buddha adalah Tripitaka, atau dalam bahasa Pali disebut Tipitaka. Tripitaka merupakan istilah yang digunakan berbagai agama Buddhis untuk menggambarkan naskah kanon. Arti Tripitaka sendiri adalah tiga keranjang.
ADVERTISEMENT
Sesuai namanya, Tripitaka mengandung tiga keranjang atau tiga kelompok ajaran Agama Buddha yaitu Sutta Pitaka, Vinaya Pitaka, dan Abhidamma Pitaka.
Sutta Pitaka berisi khotbah Buddha selama 45 tahun mengajarkan Dhamma yang berjumlah 84.000 Sutta, Vinaya Pittaka berisi peraturan Bhikkhu atai Biksu dan Bhikkuni, sedangkan Abhidhamma Pitaka berisi ilmu filsafat dan metafisika dari Agama Buddha.
Sejarah Kitab Suci Agama Buddha
Pada mulanya Tipitaka diwariskan secara lisan dari satu generasi ke generasi sebelumnya. Setelah sang Buddha tiada, selama kurang lebih seabad terdapat perdebatan apakah beberapa peraturan kecil atau Vinaya dapat diubah dan disesuaikan.
Kemudian pada Pesamuan Agung Kedua di Vesali, para Arahat membaca ulang Kitab Suci Tipitaka. Kelompok Bhikkhu yang ingin mengubah Vinaya ini disebut Mahasanghika yang kelak menjadi Mahayana, sedangkah para Bhikhhu yang memegang teguh kemurnian Dhamma - Vinaya ini dinamakan Sthaviravada yang kelak disebut Theravada.
ADVERTISEMENT
Pada Pesamuan Agung ketiga dibawah pemerintahan Kaisar Asoka Wardhana, 100 orang Arahat kembali mengulang membacakan Tipitaka selama 9 bulan. Dari sinilah Agama Buddha dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Di Pesamuan agung keempat di Srilanka dibawah Raja Vattagamani Abhaya, untuk pertama kalinya kitab suci Tipitaka dituliskan untuk pertama kalinya dalam bahasa Pali. Di Tahun Masehi 1956 atau tahun Buddhis 2498 akhirnya kitab suci Tipitaka diterjemahkan dari bahasa Pali ke beberapa bahasa Barat.
Demikianlah penjelasan mengenai Tripitaka, kitab suci Agama Buddha yang ditulis dalam Bahasa Pali. Semoga informasi ini bermanfaat. (AGI)
Baca juga: Makna Peringatan Waisak dalam Agama Buddha