Tata Cara Puasa Mutih 3 Hari untuk Rezeki Lengkap

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
25 September 2021 9:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tata cara melaksanakan puasa mutih. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tata cara melaksanakan puasa mutih. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Puasa mutih merupakan salah satu puasa yang berkaitan dengan tradisi Jawa kuno atau dikenal dengan tirakatan kejawen. Puasa ini dilaksanakan dengan tujuan tertentu mulai dari jodoh, rezeki, dan hajat.
ADVERTISEMENT
Puasa mutih berasal dari istilah Jawa, kata mutih sendiri diartikan sebagai memutihkan. Jika dilihat dari segi filosofis, tradisi ini dinilai mampu memutihkan hati, membersihkan jiwa, dan memberi berkah.
Termuat dalam buku Menyatu Diri Dengan Ilahi karangan K. H. Muhammad Sholikhin, puasa mutih dilakukan dengan berpantang makan dan minum apa saja, kecuali nasi putih dan air putih. Tradisi ini juga melarang konsumsi gula, garam, dan jenis bumbu lainnya.
Simak penjelasan di bawah ini untuk mengetahui tata cara dan manfaat puasa mutih bagi tubuh.
Ilustrasi memakan nasi putih sesuai dengan tata cara puasa mutih. Fot: Pixabay

Pengertian Puasa Mutih

Puasa mutih adalah ritual puasa yang dilakukan dengan cara tidak makan dan minum, kecuali hanya makan nasi putih dan air putih seadanya. Puasa ini dikenal di kalangan orang-orang yang memiliki aliran terhadap kejawen dan tradisi tertentu.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini dapat diterapkan dalam waktu seminggu hingga 40 hari. Kendati demikian, sejumlah pakar kesehatan tidak menyarankan puasa selama 40 hari. Sebab, hal tersebut dapat membuat tubuh kekurangan protein dan mengalami penurunan fungsi. Sebaiknya, tradisi ini diterapkan dalam waktu seminggu.
Puasa mutih biasanya dilaksanakan mulai pukul 18.00 hingga pukul 18.00 keesokan harinya. Sementara itu, menurut beberapa sumber disebutkan puasa mutih bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Ilustrasi meminum air sebagai rangkaian puasa mutih. Foto: Pixabay

Niat Puasa Mutih

Niat puasa ini tidak perlu dilakukan dengan bahasa Arab. Sebab, puasa mutih merupakan tradisi dari masyarakat Jawa. Sebaiknya, Anda menggunakan bahasa Jawa atau bahasa daerah asal.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Anda yang ingin menggunakan bahasa Arab untuk tradisi ini juga diperbolehkan. Salah satu niat puasa yang bisa diucapkan, yakni: "Saya niat melakukan puasa mutih Iillahi ta’ala".
Adapun bacaan niat puasa mutih dengan menggunakan bahasa Jawa. Bacaannya sebagai berikut:
Artinya: "Saya niat puasa Mutih supaya putih batinku, putih badanku, putih seperti air suci karena Allah Ta'la."
Ilustrasi sahur menggunakan air putih sesuai tata cara puasa mutih. Foto: Pixabay

Tata Cara Puasa Mutih

Tata cara puasa mutih dalam ajaran Islam memang tidak ada syariatnya, tidak seperti puasa wajib bulan Ramadhan maupun puasa sunnah lainnya. Meringkas dalam buku Puasa Ibadah Kaya Makna karya Budi Handrianto, berikut tata caranya:

1. Makan Sahur

Sama seperti melakukan puasa yang disyariatkan, puasa mutih juga dianjurkan untuk makan sahur dengan hanya nasi putih dan air putih.
ADVERTISEMENT

2. Membaca Niat

Membaca niat puasa mutih boleh dilakukan saat sahur. Jika terlupa ketika sahur, boleh membaca niat pada pagi harinya sebelum masuk waktu Dzuhur.

3. Menghindari Amal Buruk

Saat melakukan puasa mutih dilarang untuk berkata yang tidak baik, berbohong, dan amalan buruk lainnya yang bisa merusak nilai puasa.

4. Memperbanyak Amal Ibadah

Selain menghindari hawa nafsu, dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah, baik dengan membaca Alquran, berdzikir, maupun selawat.

5. Membaca Doa

Doa orang puasa dinilai mustajab. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk berdoa kepada Allah SWT, agar hajat yang akan dilakukan bisa dikabulkan dan berjalan sesuai yang dikehendaki Allah SWT.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma Innaka 'afuwwun tuhibbul'afwa fa'fu 'annii
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf suka memberi maaf, maka maafkanlah daku".
ADVERTISEMENT

6. Menyegerakan Berbuka Puasa

Jika waktu Maghrib tiba, dianjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa.
Ilustrasi puasa mutih yang bermanfaat bagi jiwa dan raga. Foto: Pixabay

Manfaat Puasa Putih

Puasa mutih terkenal di kalangan masyarakat Jawa. Dikutip dari buku Sunan Kalijaga Nee Edition tulis Achmad Chidjim Sunan Kalijaga melakukan puasa mutih selama empat puluh hari, serta bangun di waktu Subuh sambil membaca kidung yang disertai sikap sabar dan rasa syukur merupakan landasan bagi tercapainya kehendak dan timbulnya daya dari Allah SWT.
Puasa mutih ini sebaiknya dilakukan ketika dalam keadaan senggang, yakni justru ketika tidak dalam kesulitan hidup. Artinya, melakukan puasa mutih sama saja dengan memanfaatkan kesempatan sebelum datangnya kesempitan.
Jika dilakukan dengan benar, puasa ini juga dapat mendatangkan sejumlah manfaat untuk tubuh dan jiwa. Berikut adalah manfaatnya:
ADVERTISEMENT
Ilustrasi puasa mutih yang dikategorikan sebagai puasa sunnah mutlak. Foto: Pixabay

Hukum Puasa Putih dalam Islam

Dikutip dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah, dalam Bahtsul Masail LBM NU Surabaya, menjelaskan bahwa setiap puasa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum syara’ yang tidak ada tuntunan pelaksanaannya, maka termasuk dalam kategori puasa sunnah mutlak.
وتكفي نية مطلقة النفل المطلق ) كما في نظيره ) من الصلاة ( ولو قبل الروال لابعده) لأنه صلى الله عليه وسلم قال لعائشة يوماهل عندكم من غداء قالت لاقا فإني إذا أ صوم قالت وقال لي يوما آخر أعندكم شيء قلت نعم قال إغذذاأفطروإن كنت فرضت الصوم “
ADVERTISEMENT
Dalam puasa sunnah mutlak (yang tidak terkait dengan puasa wajib maupun sunnah), cara berniatnya pun cukup dengan niat mutlak (umum), sebagaimana niat pada salat sunnah mutlak.
Rasulullah Saw suatu hari berkata pada Aisyah: “ Apa tidak ada sarapan pagi?” Aisyah menjawab: “Tidak ada.” Nabi Saw berkata: “Kalau begitu saya puasa”. Aisyah menyebutkan suatu hari Nabi bertanya pada saya: “Apa ada sarapan pagi?”, saya menjawab: ”Ada”. Nabi Saw berkata: ”Kalau begitu saya tidak berpuasa, meskipun saya perkirakan berpuasa.” (Asna almatholib V/281).
Dengan demikian, hukum puasa mutih bukan termasuk dalam perkara sunnah ataupun wajib, melainkan puasa mutlak dan diperbolehkan dalam Islam, selama niatnya karena Allah SWT dan bukan karena hal-hal yang dilarang oleh syariat agama.
ADVERTISEMENT
(WWN & VIO)