Konten Media Partner

Belajar dari Cerita Ludruk Anak: Akibat Berbohong Demi Beli Hp untuk Sekolah

28 Agustus 2020 5:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pementasan ludruk anak dari Sanggar Seni Medang Taruno Budaya Surabaya. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Pementasan ludruk anak dari Sanggar Seni Medang Taruno Budaya Surabaya. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Salah satu yang menjadi kendala ketika sekolah online adalah ketersediaan sarana, seperti hp maupun laptop. Tak semua warga memiliki kedua benda elektronik tersebut, sehingga tak bisa mengikuti sekolah online.
ADVERTISEMENT
Berbagai cara pun dilakukan untuk tetap dapat mengikuti sekolah online, meski harus dengan hp pinjaman. Namun ada juga yang harus berbohong untuk mendapatkan hp demi bisa sekolah online. Ini pula yang dilakukan Gibran. Bocah SD bersama sang ibu ini kompak berbohong demi mendapatkan sebuah hp untuk sekolah online.
Kisah Gibran tersebut merupakan lakon dalam pentas ludruk anak yang dimainkan Sanggar Seni Medang Taruno Budaya Surabaya. Bertempat di gedung BK3S Provinsi Jawa Timur, sebanyak 33 anak berusia 6 tahun hingga 18 tahun dari sanggar tersebut secara apik memainkan lakon bertajuk 'Berani Jujur Itu Keren', Kamis (27/8) sore.
"Lewat lakon ini kami ingin mengangkat permasalahan yang dihadapi ketika sekolah online, salah satunya tidak mempunyai hp. Tapi itu bukan alasan untuk kita berbohong agar bisa mendapatkan hp demi bisa mengikuti sekolah online," jelas Sri Wahyuni, pendiri sekaligus ketua Sanggar Seni Medang Taruno Budaya Surabaya, kepada Basra usai pementasan.

Pementasan tersebut menjadi yang pertama bagi sanggar seni tersebut setelah 6 bulan lamanya vakum karena merebaknya pandemi COVID-19. Untuk dapat tampil maksimal, anak didik Sri Wahyuni harus menjalani 6 kali latihan.
ADVERTISEMENT
"Kita latihan sejak pertengahan Juli kemarin, 6 kali latihan karena memang sudah 6 bulan kami vakum," tukas perempuan berhijab ini.
Pada pementasan kali ini, Sri memang memilih lakon sederhana. Selain waktu latihan yang terbatas karena adanya physical distancing, lakon yang dipilih dirasa pas dengan fenomena yang banyak dijumpai saat ini.
"Ini mengisahkan tentang anak yatim bernama Gibran yang tak bisa ikut sekolah online karena tak mempunyai hp. Akhirnya dia berbohong kepada pamannya agar diberi uang untuk membeli hp. Ibunya juga berbohong kepada teman-temannya agar bisa diberi bantuan uang untuk membeli hp buat Gibran sekolah online," jelas Sri.
Lewat lakon tersebut, Sri ingin mengingatkan tentang arti kejujuran. Betapa menjadi orang jujur itu jauh lebih keren daripada harus berbohong namun hati tak tenang.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita berterus terang dengan kondisi kita yang sebenarnya, akan lebih baik lagi. Tidak mungkin lah tidak ada yang akan membantu kita," tegasnya.
Sri sendiri mengaku senang akhirnya anak didiknya bisa manggung lagi setelah berbulan-bulan vakum. Sebelum pandemi merebak, sanggar yang telah didirikan Sri sejak tahun 2010 itu bisa pentas hingga 5 hingga 6 kali setiap bulannya.
"Sejak pandemi merebak praktis kami tidak bisa manggung lagi. Alhamdulillah sekarang ada kesempatan untuk tampil," simpulnya.