Kisah Dayat yang Rela Tak Naik Kelas 2 Tahun demi Jaga 3 Adiknya

Konten Media Partner
4 Juli 2019 10:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hidayatullah atau Dayat (tengah) bersama keempat saudaranya. Foto: Windy Goestiana/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Hidayatullah atau Dayat (tengah) bersama keempat saudaranya. Foto: Windy Goestiana/Basra
ADVERTISEMENT
Namanya Hidayatullah, umurnya sudah 15 tahun tapi masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Umumnya, remaja seusia Dayat sudah duduk di kelas 1 SMA, tapi nyatanya ia kini masih bersekolah di SD Mabadi'ul Ulum, Surabaya.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, Dayat pernah dua kali tinggal kelas saat bersekolah di SD Kyai Amin, Surabaya. Namun, penyebabnya bukan karena Dayat tidak pandai.
''Dua tahun tidak naik kelas pas kelas 5 SD. Karena saya sering diminta jaga adik dan sekolahnya jauh dari rumah,'' kata Dayat pada Basra, Rabu (3/7).
SD Kyai Amin terletak di kawasan Rungkut. Sebelum tinggal di kampung pemulung di kawasan Keputih Tegal, keluarga Dayat memang tinggal di Rungkut Menanggal. Di tengah masa sekolah itulah, keluarga Dayat memutuskan pindah ke Keputih Tegal. Alhasil, jarak tempuh dari sekolah ke rumahnya jadi sekitar 9 kilometer lebih.
''Pernah suatu saat Dayat sekolah naik sepeda angin, lalu rantainya putus, dan dia tidak bawa uang sama sekali jadi dia jalan kaki ke rumah,'' kata Endah Sulistiawati, Co-founder Komunitas Sahabat Belajar, yang membantu Dayat sejak setahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Perjalanan sekolah yang jauh dan tanggung jawab menjaga tiga adik yang saat itu berumur 9 tahun, 4 tahun, dan 2,5 tahun, membuat Dayat tak punya kesempatan untuk hadir terus di sekolah.
Ayah Dayat, Abdul Sahid, bekerja sebagai sekuriti, sedangkan ibunya, Ani Farida, bekerja sebagai tukang sapu jalanan di kawasan Galaxy Bumi Permai Surabaya. Keluarga Dayat bukan warga asli Surabaya. Mereka dulu hidup di Kalimantan dan memutuskan pindah ke Surabaya karena ingin kesejahteraan yang lebih baik.
Ekspresi Dayat saat kembali bersekolah di sekolah baru pada 2 Agustus 2018. Foto: Dok. Komunitas Sahabat Belajar
Dayat adalah anak kedua dari lima bersaudara. Saat ini, hanya Dayat dan adik perempuannya, Auliyah, yang bersekolah.
Kakak perempuan Dayat dulu sempat sekolah di SMP Yapita, Surabaya, tapi akhirnya berhenti begitu saja karena sering diolok-olok teman sekolahnya. Sementara itu, dua adik Dayat yang kini berusia 5 dan 7 tahun masih belum tersentuh pendidikan.
ADVERTISEMENT
''Sebelum kami (Komunitas Sahabat Belajar) kenal dengan keluarga Dayat, semua anak di keluarga ini tidak ada yang sekolah. Mungkin karena kesulitan ekonomi, orang tua mereka merasa sekolah bukan prioritas utama. Padahal Dayat ingin sekali sekolah,'' kata Endah Sulistiawati pada Basra, Rabu (3/7).
Dayat memang sangat ingin sekolah. Saat Basra berkunjung ke tempat tinggalnya, Dayat bahkan menunjukkan nilai rapor kenaikan kelasnya kemarin yang hasilnya terbilang lumayan. Untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, kesenian, olahraga, matematika, IPA, dan IPS semuanya di atas 80.
''Saya ingin jadi polisi. Saya mau adik-adik saya bisa sekolah. Saya cuma kepengin itu,'' kata Dayat yang senang olahraga silat ini.
Dayat ingin jadi polisi saat dewasa nanti. Dia ingin bisa menyekolahkan adik-adiknya supaya menjadi orang berhasil. Dok: Komunitas Sahabat Belajar
Komunitas Sahabat Belajar punya andil besar terhadap kelanjutan pendidikan Dayat. Atas inisiatif merekalah, Dayat dipindahkan dari SD Kyai Amin ke SD Mabadi'ul Ulum yang lebih dekat dengan rumahnya. Mengurus kepindahan itu juga tidak mudah, karena ternyata Dayat masih menunggak uang SPP sebesar Rp 8 juta yang tak pernah terbayar selama mengenyam pendidikan di kelas 1 hingga kelas 5.
ADVERTISEMENT
''Kami masih punya utang ke sekolah Dayat yang lama sebanyak Rp 8 juta. Kami menggalang dana agar Dayat bisa sekolah karena kami ingin Dayat bisa memperbaiki kehidupan keluarganya kelak. Kami melihat Dayat yang paling semangat untuk sekolah dan anaknya sopan,'' kata Endah.
Menurut pantauan Basra, penggalangan dana untuk Dayat dimasukkan ke situs KitaBisa. Dari total dana 10 juta yang dibutuhkan, baru terkumpul Rp 2.535.705. Menurut Endah, bila dana telah terkumpul makan akan dicairkan untuk membayar utang SPP Dayat dan mencukupi kebutuhan sekolah Dayat lainnya. (Reporter: Windy Goestiana)