Penderita Kanker Payudara di Surabaya 3 Kali Lebih Banyak dari Kanker Serviks

Konten Media Partner
3 Oktober 2023 9:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr. Bob. J Octovianus, Sp.B, MCh., FICS, Breast Surgeon RS Onkologi Surabaya, dalam acara Breast Cancer Awareness Month, (2/10). Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
dr. Bob. J Octovianus, Sp.B, MCh., FICS, Breast Surgeon RS Onkologi Surabaya, dalam acara Breast Cancer Awareness Month, (2/10). Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penderita kanker payudara di Surabaya terus meningkat. Bahkan jumlah telah melampaui jumlah penderita kanker serviks. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya hingga Agustus 2023 terdapat 1.677 penderita kanker payudara, disusul kanker serviks dengan 389 penderita.
ADVERTISEMENT
"Kenapa kanker serviks lebih rendah karena ada vaksin HPV untuk pencegahannya, sedangkan kanker payudara tidak ada (vaksin)," ujar dr. Bob. J Octovianus, Sp.B, MCh., FICS, Breast Surgeon RS Onkologi Surabaya, saat ditemui Basra usai acara Breast Cancer Awareness Month, (2/10).
Bob mengungkapkan pencegahan utama penyakit kanker dilakukan dengan mengubah gaya hidup yang baik. Namun hal ini bersifat mengurangi terjadinya risiko kanker.
"Ada kanker-kanker yang tidak bisa hanya dengan pencegahan primary, salah satunya adalah kanker payudara. Sehingga diperlukan cara untuk menemukan kanker itu secara dini. Sayangnya tidak semua kanker bisa ditemukan sejak dini," tuturnya.
Menurut Bob, kanker yang tidak bisa ditemukan secara dini tersebut antara lain kanker paru-paru, kanker esofagus, hingga kanker indung telur. Ketiga kanker ini biasanya ditemukan sudah dalam stadium lanjut karena deteksinya yang cukup sulit.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada skriningnya, tapi kalau untuk kanker payudara, serviks, kolon itu ada skriningnya. Kalau kanker payudara (skrining) dengan mammografi, serviks dengan pap smear, dan kolon dengan kolonoskopi," jelasnya.
Bob menegaskan jika kanker ditemukan sejak dini maka tingkat kesembuhannya cukup signifikan. Bahkan kanker payudara yang menjadi momok perempuan sejatinya merupakan kanker yang bisa disembuhkan.
"Sebagai perbandingan di negara maju (dengan Indonesia) dengan angka kejadian yang sama namun angka kesembuhan di negara maju sangat tinggi karena menemukannya masih dini atau awam. Sedangkan di Indonesia 60 persen sudah stadium 3 atau 4, sehingga kesembuhannya turun signifikan," jelasnya.
Bob menuturkan, di Indonesia masih bergantung kesadaran warganya untuk melakukan skrining. Padahal kanker payudara terjadi tidak dengan tiba-tiba.
ADVERTISEMENT
"Di sinilah pentingnya deteksi dini karena kita diberikan waktu yang cukup banyak mendeteksi. Kalau stadium 0 sampai 1 tingkat kesembuhannya mencapai 100 persen, tapi kalau sudah stadium 2, 3, atau 4 sudah menurun (angka kesembuhannya)," tandasnya.