Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sering Dipandang Sebelah Mata, Beberapa Selir Justru Memiliki Kekuatan Politik
25 Oktober 2020 16:04 WIB
Diperbarui 1 November 2020 20:25 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Raja memiliki istri utama yang sah di mana sering disebut dengan ‘permaisuri’. Pada banyak kasus, istri pertama yang dinikahi raja secara otomatis diangkat menjadi permaisuri. Meskipun begitu, tidaklah mengherankan ketika raja memiliki beberapa selir atau wanita yang tidak sepenuhnya resmi.
Terdapat alasan mengapa banyak raja yang mencari simpanan ketimbang bertahan dengan satu permaisuri. Pada zaman kerajaan, pernikahan merupakan praktik perjodohan untuk memperkuat beberapa dinasti. Oleh karena itu, rasa cinta bukanlah hal yang utama.
ADVERTISEMENT
Fenomena demikian mungkin menjadi pemicu raja mencari hiburan lain pada beberapa wanita. Kendati demikian, para wanita simpanan biasanya tidak memiliki cukup kekuatan untuk memerintah atau peran apa pun di dalam istana. Tetapi, ini tidak berlaku bagi beberapa gundik yang sungguh berbeda dari yang lainnya.
Menurut history.com, para diplomat yang ingin menemui Raja Louis XV pada pertengahan abad ke-18 harus melalui Madame de Pompadour. Pompadour adalah selir Louis XV. Bahkan dikabarkan, dia hanya bersama dengan raja dalam beberapa tahun pertama dari hubungan 20 tahun mereka. Selebihnya, Pompadour adalah penasihat politik dan orang kepercayaan terdekat raja.
Pompadour adalah wanita pertama yang memegang gelar resmi 'maîtresse-en-titre', atau nyonya resmi Raja Prancis. Gelarnya mencerminkan peran yang dimainkan oleh gundik di kerajaan Eropa selama berabad-abad. Meskipun peran ini kurang formal di Inggris daripada di Prancis, tentunya sang raja akan selalu mendengarkan orang terdekatnya, termasuk permaisuri atau selir kesayangannya.
ADVERTISEMENT
Christine M. Adams, salah satu penulis The Creation of the Official French Royal Mistress, mengatakan bahwa tidak ada pembagian nyata antara kekuatan politik formal dan informal di kerajaan Prancis awal. Bahkan, seorang sahabat raja atau lebih dari itu, secara ajaib dapat berpengaruh secara politik. Oleh karena itu, para selir memiliki peluang terbuka untuk lebih sekadar menjadi simpanan raja.
Sebagian besar anggota istana akan tahu siapa selirnya, dan kemungkinan cemburu serta curiga terhadap pengaruh yang akan dimiliki. Barbara Palmer, salah satu gundik Raja Charles II, membantu akses politik terhadap Henry Bennet, Earl of Arlington ke-1. Palmer yang terkenal licik dan keras juga membantu mengamankan gelar resmi untuk beberapa anak tidak resminya dengan raja.
ADVERTISEMENT
(Baca juga: 5 Selir yang Terkenal dalam Sejarah Dinasti Tiongkok )
Bergantung pada negara dan periode waktunya, rakyat biasa di luar istana mungkin tahu siapa nyonya yang menjadi kesayangan raja. Kathleen A. Wellman, penulis Queens and Mistresses of Renaissance France, mengatakan bahwa sudah biasa bagi raja untuk melakukan perjalanan keliling Prancis pada abad ke-15 dan ke-16 tanpa didampingi oleh permaisuri. Sebagai contoh, Raja Henry II dari Prancis pada pertengahan abad ke-16, sering bersama Diane de Poitiers, salah satu selirnya. Henry II sering menyebut Poitiers sebagai dewi Romawi Diana, dan dia adalah dewa disampingnya.
Adams menambahkan bahwa sebagian besar sejarawan cenderung melihat struktur politik formal dan mengabaikan peran politik simpanan. Kebanyakan selir sepenuhnya bergantung pada raja untuk mempertahankan posisi amannya di dalam kerajaan. Tetapi, para wanita itu juga tidak bisa dianggap remeh dalam hal memengaruhi raja dan tidak jarang membisikkan raja berbagai trik politik.
ADVERTISEMENT