Konten dari Pengguna

Meredupnya American Comics Diplomacy dan Berubahnya Pola Soft Power Dunia

Darynaufal Mulyaman
Direktur CESFAS UKI/Dosen Prodi HI FISIPOL UKI
27 September 2022 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darynaufal Mulyaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Diplomasi komik ala Amerika Serikat pernah merajai kekuatan budaya global pada masanya, tetapi dewasa ini, hal tersebut seolah bergeser dengan bangkitnya konten yang berasal dari Korea Selatan.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi komik (ActionVance/Unsplash)
Sekitar tahun 1970-an atau yang dalam dunia perkomikan AS disebut dengan era Silver Age, merupakan sebuah era yang sangat penting. Pada era ini, komik menjadi instrumen diplomasi yang digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai liberalisme AS ke seluruh dunia. Mehta (2015) berargumen dalam artikelnya bahwa komik adalah salah satu intstrumen perluasan pengaruh yang bahkan tidak jarang dapat berdampak di negara lain. Kemudian, Mehta memberikan contoh, misal di banyak negara Amerika Latin, komik Donald Bebek dipandang sebagai seorang yang imperialis, terutama di Chile. Di Chile pernah ada seorang presiden yang terpilih secara populer dan digulingkan dalam kudeta yang disetujui AS pada tahun 1973 melalui pengakuan junta militer yang berkuasa di sana akibat pengaruh komik Donald Bebek.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, komik di era yang lain seperti Bronze Age (tahun 1980-an) hingga Modern Age (tahun 2000-an), tetap diminati penggemarnya walaupun menjadi suatu hobi yang khusus bagi golongan tertentu saja dan seperti kehilangan magisnya. Komik seperti Batman dan teman-temannya di Justice League atau Iron Man dan teman-temannya di Avengers yang selalu mengedepankan nilai-nilai liberal ala AS setia diminati para pecinta komik di seluruh dunia.
Perubahan ini bergeser karena perubahan pola industri yang terjadi. Stan Lee dalam Gaudiosi (2015) menjelaskan bahwa gim vidio diprediksi akan melibas komik (dan film) sebagai bentuk budaya populer yang akan digemari orang-orang, meninggalkan komik dan film. Pandangan ini mungkin benar adanya, komik pada kenyataannya tidak terlalu dilirik lagi seperti gim. Walaupun demikian, film tetap digemari sebagai salah satu bentuk budaya populer, terutama dengan bangkitnya perfilman Asia, khususnya Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Komik memang memberikan inspirasi bagi para sineas untuk lebih banyak berkreasi dalam membuat film. Terbukti, film dengan tema komik juga laku keras di pasaran. Hal yang menarik adalah, banyak juga film yang tidak berdasarkan komik tetapi tetap laku di masyarakat dan bahkan mempunyai penggemar yang fanatik.
Film dan serial drama asal Korea Selatan adalah salah satu bukti genre yang dapat bersaing dengan film-film yang bersumber dari komik. Korea Selatan membuktikan dirinya sebagai salah satu pusat budaya populer baru dunia. Film Parasite dan drama-drama Korea Selatan contohnya, memghipnotis masyarakat global dan menjadi bukti keperkasaan Korea Selatan dalam membuat pola baru dalam tata kelola kekuatan soft power dunia.
Didukung dengan keberlangsungan industri budaya populer yang berkesinambungan, membuat film dan drama Korea Selatan mampu bersaing dengan film-film yang bersumber dari komik, seperti Superman, Star Wars, bahkan Spiderman yang mungkin akan dianggap mustahil 20 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Industri budaya populer yang saling mendukung menjadi kunci Korea Selatan memenangi persaingan pengaruh di tingkat global, bahkan menyaingi AS yang sudaha lama menjadi raksasa industri kreatif dan budaya populer lewat Hollywood. Salah satu contoh strategi yang digunakan pihak Korea Selatan untuk menggabungkan dukungan industri kreatif adalah sinergi industri musik dan perfilman. Korea Selatan yang sudah memiliki industri musik yang mendunia, berkolaborasi dengan industri perfilman yang memang sedang berkembang pesat. Seperti, anggota BTS yang berkolaborasi bermain dalam sebuah drama, seperti dalam serial Hwarang, sehingga secara otomatis dapat mengangkat pemasaran drama tersebut.
Melalui strategi pemasaran yang baik dan pembuatan konten yang menarik, Korea Selatan mampu membuktikan bahwa konten yang bukan berasal dari komik pun dapat bersaing dan memberikan pengaruh di tingkat global. Korea Selatan dengan tata kelola industri kreatif yang baik mampu bersaing secara ketat dengan Hollywood dan konten-konten kreatif dari AS.
ADVERTISEMENT