5 Kabar Baik bagi Dunia Hewan di Tahun 2020

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
8 Desember 2020 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tidak ada yang menyangkal bahwa tahun 2020 terasa berat untuk dilalui. Virus corona telah menewaskan jutaan orang di seluruh dunia. Selain itu, pandemi mengubah hampir seluruh tatanan hidup untuk menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak di mana pun berada.
ADVERTISEMENT
Dunia hewan juga mengalami nasib yang memilukan. Misalnya, Pemerintah Tiongkok mempromosikan empedu beruang sebagai pengobatan virus corona. Tak hanya sampai disini, minyak hiu juga digadang-gadang sebagai jalan terang vaksin COVID-19, dan masih banyak cerita nahas lainnya.
Tetapi untungnya, 2020 tidak selalu mengerikan. Tentunya, ada pelangi setelah badai usai. National Geographic merangkum lima kabar baik bagi dunia hewan sepanjang tahun 2020.

Satwa liar memperoleh manfaat dari perubahan gaya hidup yang dipicu oleh wabah

Seekor rusa menyebrangi jalan raya. Foto: 12019 from Pixabay
Virus corona yang diduga berasal dari pasar hewan di Wuhan, Tiongkok, telah menyebabkan banyak orang memikirkan kembali cara manusia untuk berinteraksi dengan hewan liar. Pada bulan Februari, Pemerintah Tiongkok mengeluarkan keputusan untuk mengkriminalisasi penggunaan satwa liar sebagai makanan.
ADVERTISEMENT
Dengan memaksa orang untuk tinggal di rumah, pandemi telah mendorong manusia secara tak sadar untuk ramah kembali dengan alam. Pada bulan Maret dan April di Amerika Serikat, lalu lintas jalan raya menurun sebanyak 73 persen. Kecelakaan dengan hewan liar seperti rusa, beruang, dan singa gunung turun hingga 58 persen.
Fraser Shilling dari University of California, memperkirakan setiap penurunan kepadatan lalu lintas 50 persen selama setahun maka akan menyelamatkan 500 juta vertebrata di jalan raya. Ini jelas berita bahagia bagi kehidupan satwa liar yang hidup dekat dengan keberadaan jalan raya.

Trenggiling, mamalia yang paling banyak diperdagangkan di dunia mendapatkan perlindungan di Tiongkok

ADVERTISEMENT
Pada bulan Juni, Beijing memberi trenggiling tingkat perlindungan tertinggi di bawah undang-undang satwa liar di negara itu. Peraturan melarang hampir semua perdagangan domestik dan pemanfaatan trenggiling. Tiongkok sebagai salah satu konsumen tertinggi sisik hewan itu juga diaporkan menghapus trenggiling dari daftar bahan obat tradisional.
Sayangnya masih ada celah untuk melanggar kebijakan yang telah dibuat, karena bagian tubuh hewan diyakini memiliki banyak manfaat. Faktanya lebih dari 128 ton sisik dan daging trenggiling disita di seluruh dunia tahun lalu, yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah.
Fenomena demikian menunjukkan meskipun ada larangan secara global atas perdagangan komersial mamalia bersisik itu, pasar untuk memperjualbelikan bagian tubuh trenggiling sebagai pengobatan tradisional Tiongkok dan transaksi daging masih tetap ada dan harus terus dipantau.
ADVERTISEMENT

Pensiunan gajah sirkus akan memulai babak baru kehidupan yang lebih baik

Ilustrasi sirkus yang melibatkan gajah. Foto: Free-Photos from Pixabay
Pada bulan September, para konservasionis mengumumkan puluhan ekor pensiunan gajah dari beberapa kelompok sirkus akan dipindahkan ke pusat konservasi seluas 2.500 hektar di Florida tahun depan.
White Oak Conservation yang mengamankan 35 gajah Asia, mengatakan bahwa fasilitas baru konservasi tersebut akan menjadi tanah terluas untuk menampung gajah Asia di belahan barat.
Michelle Gadd, pemimpin upaya konservasi global, mengatakan kepada National Geographic, inisiasi itu merupakan kesempatan bagi para konservasionis untuk membiarkan gajah kembali dekat dengan alam liar yang dirindukan sejak lama.

Tasmanian devil kembali ke tanah Australia untuk pertama kalinya dalam ribuan tahun

Seekor Tasmanaian devil. Foto: MappingMeganTravel from Pixabay
Pemburu pribumi dinilai bertanggung jawab atas hilangnya hewan marsupial itu 3.000 tahun yang lalu di benua Australia. Pada tahun 1990-an, populasi Tasmanian devil di Pulau Tasmania turun menjadi 25.000 karena penyebaran kanker wajah yang menular dan mematikan. Kabar baiknya, dua lusin ekor menghirup udara segar di alam liar pada bulan Maret dan September tahun ini.
ADVERTISEMENT
Tim Faulkner, presiden organisasi pemulihan spesies AussieArk, mengatakan kepada National Geographic, “Mereka telah bebas dan berada di luar sana. Sekarang terserah hewan itu melakukan apa di alam bebas.”
Tasmanian devil adalah pemakan bangkai, sehingga memainkan peran penting dalam menjaga ekosistem yang sehat. Para ilmuwan berharap spesies dapat membantu memulihkan keseimbangan di area yang dirusak oleh spesies invasif seperti kucing liar dan rubah merah.

Kerja sama global menentang keras penyelundupan satwa liar

Badan penegakan hukum global menyita ribuan produk satwa liar sebagai bagian dari Operasi Guntur 2020 antara bulan September dan Oktober. Produk sitaan termasuk 1.700 ton trenggiling dan 87 truk yang berisi kayu. Hewan hidup juga ditemukan, yaitu lebih dari 30 simpanse dan 1.800 reptil.
ADVERTISEMENT
Upaya tersebut dipimpin oleh World Customs Organization dan melibatkan lebih dari seratus negara dalam melakukan operasi tahunan. Rebecca Regnery, direktur senior satwa liar di Humane Society International, memberi keterangan, banyak produk satwa liar ilegal lolos tanpa terdeteksi atau disulap menjadi produk legal dengan izin palsu dan dokumen menipu lainnya.
Tentunya kerja sama dan kekompakkan dari negara-negara terlibat akan membuat identifikasi pelanggaran yang berulang secara lebih mudah. Selain itu, operasi dilakukan dengan membandingkan dokumen dan memastikan validitasnya apakah sesuai dengan produk yang ada atau tidak serta termasuk pelanggaran hukum atau tidak. Dengan demikian, praktik yang ketat dapat mengurangi bahkan memberantas laju penyelenudupan sumber daya alam liar yang dilindungi.