Spesies Invasif Dianggap Mengganggu Kestabilan Ekosistem

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
7 Desember 2020 16:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Koloni burung merpati menguasai kota. Foto: Free-Photos from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Koloni burung merpati menguasai kota. Foto: Free-Photos from Pixabay
ADVERTISEMENT
Flora dan fauna yang sebelumnya hidup di alam liar yang stabil dan berpindah ke suatu habitat bisa menjadi ancaman bagi spesies asli. Selain itu makhluk liar juga banyak yang telah berpindah ke perkotaan dan dapat berbahaya bagi hewan itu sendiri maupun makhluk lain.
ADVERTISEMENT
Organisme yang muncul ke suatu tempat dan dianggap lebih banyak merugikan sering kali dikaitkan dengan spesies invasif. Kehadirannya juga akan berdampak pada kestabilan ekosistem yang telah ada. Melansir dari Science Abc, begini penjelasan tentang makhluk invasif.

Apa itu spesies invasif?

Suatu spesies menjadi 'invasif' ketika mengalahkan flora atau fauna lokal untuk mendapatkan sumber daya dengan sangat cepat. Ketika spesies baru itu sangat sedikit, maka dampaknya para pendatang bisa menjadi mati. Tetapi jika tak terkendali, spesies bisa menguasai habitat baru.
Kudeta dapat memakan waktu mulai berhari-hari, berminggu-minggu hingga berpuluh-puluh tahun. Terdapat beberapa faktor pendukung, seperti jumlah individu yang masuk ke wilayah baru, perbedaan iklim wilayah asli dan baru, dan kecepatan spesies berkembang biak.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, kelinci dapat menghasilkan 50 keturunan dalam setahun. Sehingga, kelinci jauh lebih lebih mungkin menjadi invasif daripada gajah hutan Afrika yang menghasilkan satu kelahiran setiap lima tahun atau lebih. Genetika memainkan peran besar dan penting dalam menentukan apakah suatu organisme dapat atau tidak dapat menjadi invasif.

Bagaimana spesies invasif memengaruhi keanekaragaman hayati?

Brumbies atau kuda liar yang dianggap menjadi hewan invasif di Australia. Foto: A_Different_Perspective from Pixabay
Spesies yang menjajah sering memiliki ciri dan karakteristik yang tidak dikenali oleh ekosistem baru. 'Brumbies' atau kuda liar yang hidup di pedalaman Australia telah mengubah sebagian besar sistem rawa penyaringan air yang penting menjadi petak tanah yang keras dan kering.
Kuda yang baru diperkenalkan tahun 1788 di Australia itu digunakan untuk keperluan pertanian. Kuku kuda mengolah tanah dan menghaluskan lumpur, membuat saluran dan menghancurkan rawa-rawa. Air mengalir ke sungai kecil, alih-alih melewati sistem filter secara perlahan. Akibatnya, keanekaragaman hayati asli yang membutuhkan waktu ribuan tahun untuk beradaptasi dan bergantung pada sistem ini menghilang dengan sangat cepat.
ADVERTISEMENT

Hewan invasif

Predator invasif seperti kucing liar, tikus, luwak, babi, dan lain-lain sangat berbahaya di tempat di mana mangsanya tidak pernah bertemu makhluk seperti itu dan tidak beradaptasi untuk melawan. Inilah yang menyebabkan kepunahan hewan asli dengan cepat. Faktanya, terhitung predator invasif bertanggung jawab atas 58% penurunan populasi burung, mamalia, dan reptil di seluruh dunia.

Tanaman invasif

Tanaman invasif tidak kalah berbahaya bagi kelangsungan hidup spesies, karena dapat merampas air dan nutrisi tanah. Eceng gondok terkenal invasif di banyak sistem aliran di seluruh dunia. Tumbuhan berkembang pesat dan menutupi aliran yang mengakibatkan pengurangan pasokan udara dan sinar matahari. Sehingga, organisme di dalam air kekurangan sinar matahari dan oksigen.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pohon sangat tinggi juga dapat mengurangi akses sinar matahari, panas, dan hujan untuk mencapai tanah, sehingga dianggap invasif. Hal ini dapat memengaruhi tanaman dan hewan dibawahnya yang membutuhkan sinar matahari untuk hidup dan berfotosintesis.

Kehadiran spesies invasif: Disengaja atau tidak disengaja?

Kehadiran spesis pengganggu bisa menjadi disengaja atau tidak disengaja dan dapat disebabkan faktor alam dan non-alam seperti manusia. Beberapa kasus diketahui disengaja, seperti katak tebu yang diperkenalkan di Australia. Katak konon diimpor oleh seorang penguasa dari India untuk menghiasi taman.
Contoh tidak disengaja adalah air pemberat yang dibawa kapal untuk menjaga stabilitas. Air pemberat mengandung berton-ton mikroba, tumbuhan, ikan, dan hewan kecil lainnya yang terbawa ribuan kilometer atau ke daerah baru.
ADVERTISEMENT

Mengapa spesies invasif perlu diperhatikan?

Terdapat beberapa faktor yang perlu disorot terkait kehadiran spesies invasif di suatu wilayah. Yang pertama, spesies pendatang ini berpengaruh pada keanekaragaman hayati lokal sehingga dapat menyebabkan penurunan spesies asli secara drastis karena dirampas sumber dayanya. Para pendatang juga mengacaukan habitat, iklim, dan sumber daya pada suatu ekosistem.
Alasan kedua tidak begitu jelas. Kemunculan spesies invasif sering bersamaan dengan peristiwa perubahan iklim. Beberapa hewan memang dapat beradaptasi dan bertahan dengan lingkungan yang dinamis. Sementara yang lainnya membutuhkan upaya ekstra dan tidak sepenuhnya tangguh. Ahli genetika invasi mencoba menemukan pola di antara berbagai organisme invasif untuk mempelajari faktor apa yang membuatnya menyebar.
ADVERTISEMENT
Harus dipahami bahwa setiap ekosistem sangatlah kompleks. Sehingga, para penggiat lingkungan, masyarakat, dan pemerintah, dihadapkan pada inisiatif dalam menjaga kestabilan ekosistem untuk menahan spesies agar tidak invasif yang pada akhirnya merugikan. Selain itu, pembunuhan spesies invasif secara besar-besaran juga bukanlah keputusan yang bijak. Sehingga, perlu mempertimbangkan upaya yang tidak merugikan satu sama lain.
Eceng gondok sebagai tumbuhan invasif. Foto: solaymanhaider from Pixabay