Ada Spesies yang Bisa Hidup Selama 10.000 Tahun?

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
18 Desember 2020 10:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Monyet Laut. Foto: Youtube .dok/Super Sea Monkey
zoom-in-whitePerbesar
Monyet Laut. Foto: Youtube .dok/Super Sea Monkey
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1972, misi ilmuwan adalah membawa beberapa hewan termasuk “monyet laut” ke luar angkasa. Monyet laut sebenarnya merupakan “hewan buatan” yang serupa udang, alih-alih terlihat seperti makhluk primata yang mungkin terbayang di pikiran orang.
ADVERTISEMENT
Udang air asin itu memiliki keterampilan bertahan hidup di luar akal. Udang dapat dikeringkan, dibakar, dihilangkan oksigen, direbus pada suhu 105 derajat Celcius, disetrum dengan sinar ultraviolet, atau suhu di sekitar diubah mendekati nol absolut.
Monyet laut secara mengejutkan dapat bertahan di ruang hampa pada tekanan yang menghancurkan. Meskipun terdengar tidak masuk akal, para peneliti mencari tahu bagaimana sebenarnya itu terjadi.
Dikutip dari BBC Earth, eksperimen yang disebut dengan “Biostack I” melibatkan embrio udang air asin, bersama dengan bibit tanaman dan spora bakteri. Semuanya ditempatkan di antara lapisan bahan yang sensitif terhadap radiasi.
Terdapat 110 embrio udang air asin dalam percobaan yang terkena peluru galaksi. Nyatanya banyak embrio yang menetas, meskipun dengan kelainan bentuk. Tetapi kekurangan itu tidak menghalangi hewan untuk tetap hidup.
ADVERTISEMENT
Eksperimen lanjutan “Biostack II” dibawa ke Bulan oleh Apollo 17 pada tahun yang sama. Anehnya, udang air asin terlihat agak rapuh. Terlepas dari namanya, monyet laut tidak hidup di lautan terbuka.
Hewan telah mencapai kolam dan danau asin, dari Danau Great Salt di Utah hingga Laut Kaspia, selama lebih dari 100 juta tahun, sebelum akhirnya menjadi hewan hibrida pada tahun 1957 oleh Harold von Braunhut.
Udang air garam ternyata bukan udang, melainkan termasuk dalam kelompok krustasea. Tubuhnya yang tidak lebih dari 15 mm dapat mentolerir konsentrasi hingga 50%. Air seperti itu jauh lebih asin daripada laut, yang hanya sekitar 3,5% garam.
ADVERTISEMENT
Pada persentase tertentu garam akan berada di ambang pengendapan sebagai padatan. Lebih mengejutkannya, udang air asin baik-baik saja dengan ini. Sehingga, spesies mampu bertahan pada kondisi ekstrim.
Jika kondisinya mendukung, udang air asin betina menghasilkan telur bercangkang tipis yang segera menetas. Tetapi ketika makanan langka atau kadar garam meningkat, hewan menggunakan rencana lain. Udang menghasilkan "kista" bercangkang keras, yang masing-masing berisi larva yang berkembang sempurna.
Kista ini mampu menahan dehidrasi hampir total, dengan angka kehilangan air sebesar 97%. Semua proses hidup berhenti dan memasuki keadaan mati suri yang disebut anhydrobiosis, persinggahan aneh antara hidup dan mati.
Siapa pun yang memelihara monyet laut harus menambahkan air untuk menghidupkan kembali embrio. Kista bertambah 1,4 kali beratnya dalam waktu kurang dari 24 jam, sebelum menetas menjadi larva seukuran titik. Ketika pertama kali menetas, monyet laut hanya memiliki satu mata primitif yang akan segera berkembang menjadi dua.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1990-an, kru eksplorasi minyak mengebor di dekat Great Salt Lake dan tak sengaja mengeruk lapisan kista di antara dua lapisan garam. Penanggalan radiokarbon memperkirakan, kista telah terbaring di sana selama 10.000 tahun. Ternyata udang mengubah selnya menjadi gula padat yang merupakan 15% dari berat keringnya.
Gula padat menopang protein dan membran, mempertahankan strukturnya, dan membekukannya di tempatnya berada. Trehalose adalah ramuan ajaib yang menyatukan sebagian besar organisme yang mampu mati suri. Dengan sendirinya, trehalosa memungkinkan udang air asin untuk mengatasi dehidrasi.
Selain itu, krista udang air asin secara mengejutkan telah mengembangkan beberapa trik lain. Krista melakukan perbaikan DNA menjadi protein yang tidak memiliki struktur tetap. Sehingga, evolusi mendorong udang air asin menjadi begitu tangguh.
ADVERTISEMENT
Hal itu dibuktikan hewan hidup di Danau Great Salt yang mengandung antara 5 hingga 27% garam. Hanya sedikit makhluk hidup yang mampu bertahan dengan kondisi ekstrim seperti itu. Namun, hubungan udang air asin dengan garam tidak sepenuhnya positif.
Sebuah penelitian oleh Odrade Nougué dari University of Montpellier pada tahun 2015, menemukan udang air asin bekerja lebih baik dalam garam rendah. Tetapi, hidup di dalam air asin tetap menawarkan keuntungan besar, yaitu kaya akan alga dan rencah persaingan.
Fenomena itu dibuktikan dengan jumlah udang air asin mencapai miliaran di Danau Great Salt. Keuntungan lainnya, baik udang dan kristanya menjadi nilai ekonomis bagi nelayan dan pembudidaya yang hidup di sekitar danau.
ADVERTISEMENT
Selain dapat dimakan langsung seperti yang dilakukan oleh penduduk asli Amerika selama ribuan tahun, udang juga disarankan sebagai sumber makanan untuk perjalanan luar angkasa jangka panjang.
Krista juga semakin diminati untuk pengobatan yang memberikan insulin kepada penderita diabetes tanpa perlu suntikan. Banyak dari produk ini yang telah lulus uji klinis, sehingga aman untuk dikonsumsi.
Udang air asin yang dilihat melalui mikroskop. Foto: Youtube .dok/Uncle Ben