Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Indonesia Bisa Tiru Turki yang Sukses Lakukan Redenominasi
31 Mei 2017 13:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Penyederhanaan digit mata uang atau redenominasi pernah dilakukan di berbagai negara, termasuk Turki dan Rusia.
ADVERTISEMENT
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Samual mengatakan, Turki merupakan contoh negara yang berhasil melakukan redenominasi mata uangnya, lira. Menurutnya, Turki banyak dijadikan acuan bagi negara-negara lain yang ingin menerapkan kebijakan serupa.
Turki mulai melakukan redenominasi pada 1 Januari 2005. Ketika itu, Turki menghilangkan 6 digit, sehingga 1 juta lira sama dengan 1 new lira.
Sebagai gambaran, pada 2004 atau sebelum redenominasi, nilai tukar lira terhadap dolar AS sekitar 1,32 juta lira. Setelah redenominasi, nilainya menjadi sekitar 1,32 new lira per dolar AS.
[Baca Juga: Apa Untungnya Redenominasi Rupiah? ]
David mengatakan, Turki melakukan redenominasi ketika laju inflasinya saat itu rendah dan relatif stabil. Dan Turki melakukan redenominasi secara bertahap, hampir sepuluh tahun masa transisi.
ADVERTISEMENT
"Mereka lakukan redenominasi ketika inflasi stabil, rendah. Intinya harus dilakukan dalam tahapan, jangan sekaligus," ujar David kepada kumparan (kumparan.com), Rabu (31/5).
Menurutnya, kunci sukses redenominasi Turki yakni pengawasan pemerintah yang ketat dalam melakukan stabilisasi harga sehingga ancaman lonjakan inflasi bisa diredam.
Sementara itu, ada juga negara yang gagal melakukan redenominasi, yakni Rusia. Negara tersebut menjalankan redenominasi mata uangnya, ruble, dalam periode empat tahun.
Pada 1998, salah satu negara adikuasa di dunia itu melakukan redenominasi dengan memangkas 3 digit mata uang, sehingga 1.000 ruble sama dengan 1 new ruble.
Salah satu kunci kegagalan Rusia dalam redenominasi adalah ketidakmampuan pemerintah maupun bank sentral untuk meyakinkan masyarakat bahwa redenominasi tidak akan mendorong inflasi.
ADVERTISEMENT
[Baca Juga: Memahami Redenominasi Rupiah ]
"Inflasi justru semakin tinggi. Ini yang gagal," jelasnya.
Sebagai gambaran, sebelum redenominasi, laju inflasi di Rusia cukup tinggi di kisaran 14,6 persen per tahun. Pada masa transisi redenominasi, inflasi naik hampir dua kali lipatnya menjadi 27,6 persen.
Namun setelah dilakukan redenominasi secara penuh, inflasi makin tak terkendali, mencapai 85,7 persen.